Showing posts with label kebudayaan. Show all posts
Showing posts with label kebudayaan. Show all posts

Sunday, April 16, 2017

Tujuh Batu Permata yang Menyeimbangkan Bumi

Tujuh Batu Permata yang Menyeimbangkan Bumi

MSH.9 JUN 2011.PREPOST.BAH
 Tujuh Batu Permata yang Menyeimbangkan Bumi
Mawlana Syekh Hisyam Kabbani
9 Juni 2011  Kuala Lampur, Malaysia
Maghrib / Shuhbah di Rumah Pribadi


Ketika tambang itu runtuh, inspirasi Mawlana pada saat itu ketika saya memberikan pelajaran (ceramah) adalah bahwa Grandsyekh berkata, “Ada tujuh permata, berlian di dunia ini, dan di setiap berlian itu terdapat gambar Jibril (a).”  Ada tujuh di seluruh dunia dan Allah mengetahui di mana mereka.  Satu bersama Mahdi (a).  Ketika para penambang itu terjebak, mereka sangat dekat dengan batu permata itu sehingga jika mereka terus melanjutkan penggaliannya, mereka akan menemukan harta karun di sana!  Mereka (awliya) tidak ingin harta itu terlihat, itulah sebabnya segala sesuatu menjadi runtuh di atas kepala mereka.  Tetapi walaupun terjadi reruntuhan, itu tidak mempengaruhi mereka karena di sana ada sebuah gua dan mereka memasuki gua itu.

Allah (swt) berfirman di dalam Kitab Suci al-Qur’an:

فَأْوُوا إِلَى الْكَهْفِ يَنشُرْ لَكُمْ رَبُّكُم مِّن رَّحمته ويُهَيِّئْ لَكُم مِّنْ أَمْرِكُم مِّرْفَقًا

faauuw ila ‘l-kahfi yanshur lakum rabbukum min rahmaatihi wa yuhayyi lakum min amrikum mirfaqa.
Berlindunglah ke dalam gua, niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam  urusanmu." (Surat al-Kahf, 18:16)

Dia berfirman, “Berlarilah ke dalam gua!”  kepada orang-orang yang melarikan diri dari penindasan sultan pada saat itu.  “Berlarilah ke dalam gua dan Allah akan mengirimkan rahmat-Nya kepadamu.”  Jadi ketika para penambang itu berlari ke dalam gua dan gunung itu runtuh, reruntuhannya tidak mengenai mereka dan dari gua itu mereka bisa berhubungan dengan orang-orang dan memperoleh air dan penerangan.  Jadi saya memberikan suatu pelajaran panjang mengenai hal itu.

Orang Chile dan Argentina mempunyai iman yang kuat, bukannya setengah-setengah, tidak.  Mereka mempunyai iman yang kuat!  Alhamdulillah, saya tidak melihat keimanan yang seperti itu, kecuali di Indonesia.  Orang Indonesia juga seperti itu; mereka mempunyai iman yang kuat.  Kalian mengatakan sesuatu, mereka lalu menangis.  Saya tidak pernah melihat ada orang menangis di sini, saya dan kalian, kita tidak menangis.  Tetapi di sana, di Indonesia, mereka membuat setiap orang menangis.  Orang-orang Chile dan Argentina juga sama: mereka cepat menangis karena mereka mempunyai iman yang kuat.  Tetapi sungguh, tajali di sana begitu kuat, kalian dapat merasakannya.

Jadi ada tujuh batu permata di  dunia tetapi batu-batu itu tidak akan diberikan kepada kalian.  Jika satu batu itu jatuh ke tangan kalian, dengan segera jin akan datang dan mengatakan, “Kembalikan amanat itu kepadaku!”  Jadi jangan dicari, karena batu-batu itu bukan untuk dimiliki oleh manusia, mereka adalah untuk menyeimbangkan bumi.  Jika batu-batu ini hilang, maka bumi akan kehilangan keseimbangannya.  Jika malaikat memindahkan batu itu sedikit saja, maka akan terjadi gempa bumi dan dengan segera gelombang elektromagnetik di daerah itu akan menggerakkan bumi agar tidak memindahkan batu-batu itu, batu-batu berlian itu.  Jadi setiap kali terjadi gempa bumi, ingatlah bahwa batu itu telah bergeser sedikit.  Jika ia bergeser lebih banyak lagi, maka akan terjadi gempa yang lebih besar.  Jika ia terus bergerak lebih banyak lagi, maka tidak ada jalan untuk mengontrol gempa bumi itu.  Setiap kali gempa itu terjadi, kalian harus ingat bahwa Hari Kiamat sedang mendekat.

Allah (swt) berfirman di dalam Kitab Suci al-Qur’an:

إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَاوَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا وَقَالَ الْإِنسَانُ مَا لَهَايَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا
idza zulzilat al-ardhu zilzaalah, wa akhrajatil ardhu atsqaalaha, wa qaalat al-insaanu maa laha yawmaidzin tuhadditsu akhbaarahaa bi-anna rabbaka awhaa lahaa.  ..."
Ketika bumi diguncangkan dengan guncangan dan bumi telah mengeluarkan beban-beban beratnya, dan manusia bertanya, “Ada apa dengannya?” Pada hari itu ia akan menceritakan beritanya.  Karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan kepadanya,  (az-Zalzalah, 99:1-5)

Gempa bumi akan mengguncang, tetapi bukan dengan guncangan biasa, dan ia akan mengeluarkan apa yang tersembunyi; apa yang terkubur di dalamnya akan muncul.  Sekarang para ulama menjelaskan hal ini dengan merujuk pada Hari Kebangkitan di mana seluruh orang yang telah meninggal dunia, mereka yang telah dikubur akan bangkit kembali.  Tetapi itu bukanlah satu-satunya makna, itu adalah salah satu penafsirannya.  Allah (swt) akan membawanya kembali untuk diberikan kepada kalian.  Dia akan memberi kalian sebuah tanda.  Guncangan besar itu akan membawa harta karun dari dasar tanah yang akan berada dalam pengendalian Mahdi (a).  Jin akan diperintahkan untuk membawa segala harta yang memungkinkan ke permukaan bumi dari bawah tanah.  Lalu, di mana mereka akan meletakannya?  Di Masjid al-Amawi di Damaskus!  Seluruh harta di dunia—emas, berlian, dan segalanya—tak ada yang tersisa.  Orang akan lewat dan melihatnya, tetapi mereka tidak akan menyentuhnya, karena pada saat itu tidak ada orang yang memerlukannya lagi.
Jadi pada saat itu, wa qaala al-insaanu maa laha, “Manusia menangis (karena menderita), ‘Ada apa dengannya (Bumi)?’"  Manusia akan berkata, “Apa yang terjadi!?  Apa yang terjadi!?”   Yawmaidzin tuhadditsu akhbaarahaa, pada hari itu bumi akan menceritakan beritanya.”  Jadi apa yang terjadi?  Pada saat itu, di masa Mahdi (a), bumi akan berbicara dengan kalian, mengatakan kesalahan apa yang telah kalian lakukan, jadi kalian bisa bertobat.  Di masa Mahdi (a) semua orang akan menjadi saleh, karena mereka semua bertobat dan memberikan bay’at kepada Mahdi (a)!  Tuhadditsu akhbaarahaa bi-anna rabbaka awhaa lahaa, “Dia akan menceritakan beritanya karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan kepadanya.”   Apapun yang telah diturunkan Allah (swt), Dia mengirimkannya sebagai wahi, wahyu.  Ini artinya bahwa bumi itu begitu penting, sangat disayang oleh Allah sehingga Dia memberikannya kepada manusia.

Bagaimana Allah mengirimkannya sebagai suatu wahyu?  Untuk manusia kita mengatakannya, “inspirasi”.  Hanya para nabi yang menerima wahyu.  Tetapi  Allah mengirimkan wahyu kepada bumi.  Ini artinya Allah memberi manusia sesuatu yang sangat disayang-Nya agar manusia dapat hidup dengan damai, tetapi mereka mengancurkannya, karena mereka adalah para penindas.  Pada saat itu orang-orang akan berlari-larian.  Berlari ke mana?  Dalam arti yang diberikan para ulama, itu artinya berlari ke akhirat, dalam arti harfiahnya, itu artinya berlari menuju Mahdi (a), untuk berada di Syam, sedemikian rupa sehingga bagi seseorang yang jauh, seperti di Malaysia, ia akan mampu pergi ke Syam dalam satu langkah hanya dengan mengucapkan, “Bismillahi 'r-Rahmaani 'r-Rahiim.”

Itu akan menjadi masa yang penuh dengan keajaiban.  Bi anna rabbaka awhaa lahaa, “Karena Tuhanmu telah memerintahkan kepadanya (memberinya wahyu).”  Pada saat itu, orang akan datang dalam kelompok untuk melihat apa yang telah mereka lakukan, sebagaiman Allah (swt) berfirman:

 يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Faman ya`mal mitsaqaala dzarratin khayran yaraah, wa man ya`mal mitsaqaala dzarratin syarran yaraah.
Di sana, barang siapa yang mengerjakan suatu kebaikan walau hanya seberat atom  niscaya ia akan melihatnya dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan walau hanya seberat atom, niscaya ia akan melihatnya pula. (Surat az-Zalzalah, 99:7,8)

“Barang siapa yang melakukan suatu kebaikan kecil, ia akan menjumpai kebaikan.”  Apa yang dimaksud dengan “kebaikan” di sini?  Itu artinya ia tidak akan berada di tangan Dajjal, yang akan pergi ke seluruh dunia kecuali ke Mekah, Madinah dan Syam.  Jadi barang siapa yang melakukan kebaikan tidak akan jatuh ke tangan Anti Kristus, melainkan ia akan menjumpai kebaikan bersama Mahdi (a).  Orang-orang yang melakukan kejahatan akan bersama dengan setan, dengan jin kafir dan dengan Anti Kristus, Dajjal..

Jadi batu itu adalah equilibrium, titik keseimbangan yang menggerakkan gempa bumi atau apapun, dan itu akan terjadi seperti itu.  Semoga Allah mengampuni kita dan memberkati kita.
Bi hurmati 'l-habiib, bi hurmati 'l-Fatihah.

Dipublikasikan oleh Google Drive–Laporkan Penyalahgunaan –Dimutakhirkan secara otomatis setiap 5 menit
Busana Kerajaan Buatan Tangan untuk Sultan Selim IV

Busana Kerajaan Buatan Tangan untuk Sultan Selim IV

MSN.2 JUNE 2011.PREPOST.BAH
Busana Kerajaan Buatan Tangan untuk Sultan Selim IV
Sultan al-Awliya
Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani
2 Juni 2011     Lefke, Siprus
(Seorang murid membawa dua stel busana yang dikerjakan dengan tangan dan sebuah tarbuush (sejenis peci ala Turki), dan diperlihatkan kepada Mawlana Syekh Nazim.  Diterjemahkan dari Bahasa Turki).

(Mawlana Syekh Nazim berdiri) Allahu Akbar, Allahu Akbar, la ilaaha illa-Llah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahi ‘l-hamd!  Yaa Rabbii!  Dengan Kekuasaan dan Kebesaran-Mu, kedahsyatan yang telah Engkau karuniakan kepada Islam di malam suci ini (dengan busana kerajaan ini), semoga Sultan Islam disandangkan dengannya sehingga Syariah-Mu akan tersingkap!  Wahai Tuhan kami, Engkau adalah Qaadiru ‘l-Muqtadir, dan kami adalah makhluk yang lemah.   Kami membuat persiapan-persiapan dan sekarang kami memohon untuk dikirimkan seorang sultan dari Kemurahan Ilahiah-Mu demi Kekasih-Mu, para Sahaabah ‘l-Kiraam, dan demi Ottoman, yaa Rabb!  Fatihah.
(Mawlana Syekh Nazim duduk)

Tamu: Ini adalah tali pedang asli dari Sultan Resyad Khan, pedang itu masuk ke sini.  Dengan berkahmu, kami menemukan sebuah pedang yang pernah digunakan di dalam pertempuran oleh seorang tentara di masa Sultan `Abdul Hamid Khan.  Kami tidak bisa membawanya bersama kami karena itu adalah peninggalan Ottoman yang bersejarah dan tak ternilai, tetapi dengan berkahmu kami akan bisa mengirimkannya ke Jerman.  Ini adalah gambarnya.  Itu sama persis dengan pedang yang dibawa di dalam upacara-upacara oleh Sultan Resyad Khan dan Sultan `Abdul Hamid Khan.

Mawlana Syekh Nazim: Masyaa-Allah, bagus sekali!

Tamu: Ini adalah celana setelannya.  Dengan izin Allah, ia memperlihatkan penampilan yang agung.  Kami menggunakan produk yang berkualitas tinggi dan sepenuhnya dikerjakan dengan tangan.

Mawlana Syekh Nazim: Berapa usia kepala pengrajinnya?

Tamu: Penjahit itu berumur 40 tahun.  Wanita yang menjadi kepala penjahit itu juga berumur 40 tahun dan ia adalah wanita yang sama yang memperbaiki Mantel Suci Nabi (s), Hirka-i Syariif.  Pada saat yang sama, ketika ia berusia 13 tahun, ia membordir kain penutup Ka`bah suci.  Sembilan wanita bekerja siang dan malam dan dengan berkahmu busana itu selesai dalam waktu 45 hari!  Beberapa orang mengatakan bahwa mustahil untuk menyelesaikan sesuatu seperti ini kurang dari sembilan bulan, mereka pikir kami berbohong.  Mawlana, kami membawa ini ke sini sebagai suatu amanat dan kami percayakan ini kepadamu.  Insyaa-Allah, engkau akan menyukainya.

Mawlana Syekh Nazim: Allahu Akbar!  Seluruh bangsa akan berdiri!  Ini adalah milik sultan akhir zaman.  Mari kita bertakbir! (Mawlana Syekh Nazim berdiri).  Allahu Akbar, Allahu Akbar, la ilaaha illa-Llah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahi ‘l-hamd!  Allahu Akbar, Allahu Akbar, la ilaaha illa-Llah, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahi ‘l-hamd!  Yaa Rabbii, Engkau telah mempersembahkan busana kerajaan ini di malam yang suci.  Kirimkanlah juga orang yang akan mengenakan busana ini!  Demi Kekasih kami, kirimkanlah kepada kami Sultan Selim yang akan menjalankan dan menghidupkan kembali Syariah-Mu, yaa Rabbii!  (Mawlana Syekh Nazim duduk).
Fatihah.

Aferin, bagus!  Sekarang, ini adalah yang diinginkan orang, ini adalah apa yang mereka minta.  Libaas, busana ini telah disucikan di malam yang suci ini (Laylat ul-Raghaib) dan insyaa-Allah, sultan kita, Sultan Selim Khan akan mengenakannya. Fatihah.  Ia adalah orang yang sangat tinggi.

Tamu: (Memegang kedua busana itu)  Apakah yang berwarna merah seperti yang kau inginkan?

Mawlana Syekh Nazim: Yang berwarna merah adalah untuk ketika ia duduk di singgasana dan yang hitam ketika ia akan memakai simbol kenegaraannya.  Kita akan melihatnya ia memakai ini dulu.  Ia akan memakai busana yang hitam pada acara Kilic Merasimi (Upacara Peletakan Pedang), setelah itu ia akan mengenakan yang merah ketika ia akan diangkat menuju singgasananya.  Insyaa-Allah kekuatan untuk menyatukan umat akan diberikan kepadanya, dan ini adalah harapan kita karena itu dibawa kepada kita pada suatu malam yang suci.  Fatihah.

Jagalah busana kerajaan ini dengan baik karena itu akan dibawa ke veliaht, pewaris takhta, Sultan Selim.  Semoga ini akan dikenakan olehnya!  Setelah disandangkan dengan busana ini, ia akan masuk ke Eropa.  Ia akan disandangkan di sana dan akan diumumkan, “Kembalikan hak-hak kami!”  Inilah yang masuk ke dalam kalbu kami.  Semoga Allah dan Kekasih-Nya akan rida denganmu.  Yaa Rabbii, ini semua yang dapat kami lakukan, kami tidak mempunyai kekuasaan melebihi ini karena seluruh daya dan kekuatan kami adalah milik-Mu.  Yaa Rabbii!  Demi kekasih-Mu, sandangkanlah Sultan Selim dan bawalah ia keluar agar ia dapat menghidupkan kembali Syariah-Mu. Allah, Allah!
Fatihah.

Apakah para wanita telah melihat ini?  Ini adalah buatan tangan.  (Mawlana Syekh Nazim memanggil putrinya, Hajjah Rukiyyah.)

Mawlana Syekh Nazim: Hajjah Rukiyyah, lihatlah ini! Insyaa-Allah demi malam yang penuh berkah ini, semoga Sultan Akhir Zaman akan mengenakannya.  Ia datang tepat pada waktunya.  Tajalinya telah berubah pada malam ini.  Sekarang seluruh dunia Muslim berkewajiban untuk memohon kepadanya. (...) Allahu Akbar! (Mawlana Syekh berbicara kepada seseorang di ruangan itu.)  Kau harus meminta atas nama Kekaisaran Jerman, karena giliran mereka juga akan tiba.  Untuk mereka semua, kerajaan-kerajaan akan dibangkitkan dan orang-orang yang kotor akan disingkirkan.  (...)

Untuk sekarang, kalian boleh menyimpannya di sini, tetapi ketika kalian kembali, bawa busana ini bersama kalian.  Mungkin pada tanggal 27 Rajab, pada saat malam Mir`aaj, ia akan disandangkan dengannya dan akan membuatnya termahsyur; atau kalau tidak upacara itu akan ditunda hingga 15 Syakban, pada malam Bara’ah, di mana ini lebih sempurna karena itu adalah awal bagi tahun spiritual, yang menandakan suatu permulaan.  Oleh karena itu, kita akan menjaganya dengan baik, agar ia dapat mengumumkan kekhilafahan yang benar, yang merupakan milik dinasti Ottoman; itu tidak diberikan kepada bangsa Arab atau non-Arab.  Tak seorang pun dapat menghilangkan khilafah darinya!

Bangsa Arab juga akan bangkit.  Amir dari Hijaz, Syariif Hussayn, juga menginginkannya, tetapi Sultan Vahyettin tidak akan memberikannya kepadanya.  Jadi ketika itu tidak diberikan, tak ada yang dapat menunjuk dirinya sebagai khalifah. Itu berada di tangannya dan ia adalah Sultan Selim!  Allahu Akbar, wa lillahi 'l-hamd! Allahu Akbar, wa lillahi 'l-hamd! Allahu Akbar, wa lillahi 'l-hamd!  Puji syukur kepada Allah bahwa itu datang pada saat yang tepat (di bulan suci Rajab, ketika hal-hal yang menakjubkan terjadi).

Semoga Allah rida dengan orang-orang yang kalbunya telah Dia palingkan, untuk mempersiapkan ini bagi sultan.  Sekarang tidak ada lagi yang tersisa dari Ottoman, kecuali Sultan Ibnu Sultan Ibnu Sultan, Sultan Selim!  Allahu Akbar, wa lillahi 'l-hamd!  Itu berasal dari perintah Nabi (s) kita sebagaimana  yang disebutkan dalam Hadiits Syariif-nya, “Sultan Selim akan mengambil darimu dan memberinya kepada Sultan Selim lainnya yang akan mengantarkannya kepada pemilik sesungguhnya.”
Jadi sekarang tidak ada lagi yang dapat kita lakukan; semuanya akan langsung dilaksanakan dari atas dan inilah semua yang dapat kita lakukan.  Selebihnya kita harus maju terus.  Ottoman kini akan bersatu dan di Turki akan terjadi suatu kekacauan yang besar.  Tidak ada seorang pun yang masih hidup yang tidak menginginkan hal ini terjadi.  Ini sangat dahsyat, sangat dahsyat!  Allahu Akbar!

Tamu: Apakah kita harus mengadakan suatu pertemuan besar dan memberitahu orang-orang?

Mawlana Syekh Nazim: Tentu, biarkan semua orang tahu.  Beritahukan hal ini kepada orang-orang di Eropa; mereka semua akan datang dan melihat sultan dengan seragamnya.  Kenakan busana itu padanya dan perlihatkan ia kepada mereka.  Ia akan diperlihatkan pada Laylat al-Bara`ah, karena itu adalah malam di mana kami akan mempersiapkan dirinya, insyaa-Allah.  Biarkan orang-orang melihatnya!  Apa yang telah dibenarkan oleh Allah, tak seorang pun dapat menyangkalnya, tidak pula oleh tentara, tidak pula oleh suatu bangsa atau suatu kekaisaran!  Allah telah menunjuk segala sesuatu pada waktunya yang tepat.  Islam akan menjadi terang-benderang, apakah kalian suka atau tidak.  Mereka yang tidak suka, boleh pergi ke Neraka!

Tamu: Sayyidii, Sultan Selim telah mengatakan kepada kami bahwa ia akan menunjukkan dirinya di bulan Ramadan, suatu waktu pada hari `Eid ul-Fitri.  Tetapi kami akan menyampaikan pesanmu mengenai Laylat al-Bara `ah.

Mawlana Syekh Nazim: Sekarang kami akan berjalan dengan instruksi yang berasal dari atas.  Malam Laylat al-Bara`ah adalah awal baginya dan ia akan memasuki Ramadan dengannya.

(Mawlana Syekh Hisyam memasuki ruangan.) Hisyam Effendi! (Mawlana Syekh Nazim beridiri.)

Mawlana Syekh Hisyam: As-salaamu `alaykum, Sayyidii.

Mawlana Syekh Nazim: Wa `alaykum as-salaam. Bawa kembali (busana kerajaan) ke sini agar Hisyam Effendi dapat melihatnya.

Mawlana Syekh Hisyam: O masyaa-Allah, Sayyidii, indah sekali, hampir seperti aslinya.  Di mana mereka membuatnya? (Di Marasy, Turki; itu adalah buatan tangan.)

Mawlana Syekh Nazim: Lihatlah pada heybet, kedahsyatannya!

Mawlana Syekh Hisyam: Ini indah sekali, Sayyidii; bahannya sangat bagus.

Tamu: Biasanya bordiran ini dikerjakan dalam waktu sembilan bulan, tetapi dengan berkahmu, sembilan wanita menyelesaikannya dalam 45 hari.

Mawlana Syekh Hisyam:  Itu adalah busana untuk sultan.

Mawlana Syekh Nazim: Jelas! Itu bukannya tiruan, lihatlah bahannya.  Hisyam Effendi dapat memahaminya segera (mengenai keaslian dari bahan tersebut).

Tamu: Penjahitnya mengatakan bahwa itu mempunyai 500,000 jahitan.

Mawlana Syekh Nazim: Bagaimana dengan yang merah?

Mawlana Syekh Hisyam: Ini indah sekali, Sayyidii.

Mawlana Syekh Nazim: Merah menandakan Sifat Ilahi, Jalaal, Mulia.

Mawlana Syekh Hisyam: Yang Mulia harus memakainya salah satu di antaranya; ini bukanlah sesuatu yang mudah.

Mawlana Syekh Nazim: Ini akan membangkitkan seluruh bangsa. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Laylat ul-Raghaib, O Hisyam Effendi!

Tamu: Itu dibuat dari bahan linen Mesir, yang dikenal sebagai bahan terbaik.

Mawlana Syekh Nazim: Hisyam Efendi adalah yang pertama yang paling pantas mengenakan taaj (mahkota).

Tamu: Alhamdulillah, itu cocok untuknya.

(Mawlana Syekh Nazim memperlihatkan sebuah foto Sultan Selim kepada Mawlana Syekh Hisyam.)
Laylat al-Raghaib.  Ini adalah Malam Permintaan yang suci, awal bulan Rajab, dan di bulan Rajab engkau akan melihat hal-hal yang menakjubkan.  Sungguh seperti itu.  Semoga ini akan menjadi kenyataan sesungguhnya di bulan ini!
Fatihah.

Dipublikasikan oleh Google Drive–Laporkan Penyalahgunaan –Dimutakhirkan secara otomatis setiap 5 menit
Budaya Karapan Sapi Madura

Budaya Karapan Sapi Madura

Tugas Makalah Ujian Tengah Semester
Psikologi Lintas Budaya :
Budaya Karapan Sapi Madura









Oleh :
Aisyah Humairoh 09.640.001

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2010


ABSTRAK

Tulisan ini akan menjelaskan mengenai budaya Jarapan Sapi di Madura sebagai contoh adanya kekhas-an budaya di suat daerah yang tidak dimiliki oleh budaya di daerah lainnya.

Karapan Sapi (bulls race) sangat ‘kental’ Madura, walaupun di daerah lain juga mulai banyak ditiru. Karapan ini di pulau Madura sangat terkenal, awalnya adalah untuk menyambut musim tanam padi, dengan maksud membangun komunikasi dan informasi saat tanam, ketika hujan mulai jatuh di beberapa bagian pulau. Semua bagian masyarakat biasanya  terlibat dan bergembira, baik pemilik sapi maupun pemilik tegal/sawah, walaupun Sebenarnya jarang masyarakat di Madura memiliki bersama-sama kedua barang ‘mewah’ tersebut.

Sawah di Madura sangat terkenal karena hanya ditanami  padi 1 kali selama setahun (tadah hujan), demikian juga Sapi Madura juga sangat terkenal,  selain di lindungi oleh pemerintah karena jenisnya yang istimewa (sapi betina Madura tidak boleh dibawa keluar pulau) juga larinya sangat kencang. Mereka membangun komunitas social dan pekerjaan yang solit diantara masing-masing kelompok.


BAB I
PENDAHULUAN

Gambaran Umum Pulau Madura

Pulau Madura dapat ditempuh hanya 20-30 menit dengan memakai kapal feri dari Surabaya (Pulau Jawa) atau hanya berjarak lebih kurang 1,5 mil laut. Tetapi keduanya memiliki perbedaan seperti ‘Bumi dengan Langit’ orang mengatakan pulau ini seperti ‘black hole’ semua yang masuk akan terserap tapi tidak ada bekasnya (sisa pengaruh).
   
Gugusan pulaunya mencapai 70-an, diantaranya Pulau Pagerungan (pusat minyak dan gas bumi), Pulau Masalembo (Kapal Tampomas) Pulau Madura sebagai pusatnya. Tanahnya tandus, jarang hujan, tanah berbukit kapur tertinggi 471M (G.Tamberu), juga dikenal sebagai Pulau Garam atau Pulau Kapur. Alam dan ekonominya kurang menguntungkan makanan pokok jagung (dahulu) menyebabkan diaspora/migrasi, tujuan utama Kalimantan, Malaysia,  Timur Tengah, dan hingga Afrika.
   
Salah satu penggerak ekonomi tradisional rakyatnya terdapat system Paron Sapi (ngowan) tetapi di Madura tidak sama dengan sistim bagi hasil sapi (ternak) di daerah lain. Selain ruwet, karena sapi memiliki nilai ekonomi dan social yang tinggi di masyarakat sana juga resiko pencurian, santet sapi, dan jenis kejahatan lainnya. Sepasang sapi di Pulau Madura dapat mencapai harga 100 juta rupiah. Ngowan ada 2 macam, pertama (ngowan) paron buduk; kedua paron ontong keduanya juga melibatkan hubungan dengan pihak lainnya lagi, yaitu: (tokang) tk. ngebir, tk. ngobing atau tk. tonton dan berakhir di tokang

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kebudayaan sendiri oleh Selo Soemardjan dan Soeleman Somardi diartikan sebagai semua hasil karya, rasa, cipta masyarakat. Dan antropolog E.B Taylor (1871) pernah mendefinisikan kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hokum, adat-istiadat dan lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang di dapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Emic sendiri berarti keunikan budaya yang khas dimiliki suatu daerah yang merupakan titik pandang studi perilaku dari dalam system budaya tersebut. Dan definisi sederhananya adalah aspek kehidupan yang muncul hanya pada satu budaya tertentu.


BAB III
PEMBAHASAN

Kerapan atau karapan sapi adalah satu istilah dalam bahasa Madura yang digunakan untuk menamakan suatu perlombaan pacuan sapi. Ada dua versi mengenai asal usul nama kerapan. Versi pertama mengatakan bahwa istilah “kerapan” berasal dari kata “kerap” atau “kirap” yang artinya “berangkat dan dilepas secara bersama-sama atau berbondong-bondong”. Sedangkan, versi yang lain menyebutkan bahwa kata “kerapan” berasal dari bahasa Arab “kirabah” yang berarti “persahabatan”. Namun lepas dari kedua versi itu, dalam pengertiannya yang umum saat ini, kerapan adalah suatu atraksi lomba pacuan khusus bagi binatang sapi. Sebagai catatan, di daerah Madura khususnya di Pulau Kangean terdapat lomba pacuan serupa yang menggunakan kerbau. Pacuan kerbau ini dinamakan mamajir dan bukan kerapan kerbau.

Asal usul kerapan sapi juga ada beberapa versi. Versi pertama mengatakan bahwa kerapan sapi telah ada sejak abad ke-14. Waktu itu kerapan sapi digunakan untuk menyebarkan agama Islam oleh seorang kyai yang bernama Pratanu. Versi yang lain lagi mengatakan bahwa kerapan sapi diciptakan oleh Adi Poday, yaitu anak Panembahan Wlingi yang berkuasa di daerah Sapudi pada abad ke-14. Adi Poday yang lama mengembara di Madura membawa pengalamannya di bidang pertanian ke Pulau Sapudi, sehingga pertanian di pulau itu menjadi maju. Salah satu teknik untuk mempercepat penggarapan lahan pertanian yang diajarkan oleh Adi Polay adalah dengan menggunakan sapi. Lama-kelamaan, karena banyaknya para petani yang menggunakan tenaga sapi untuk menggarap sawahnya secara bersamaan, maka timbullah niat mereka untuk saling berlomba dalam menyelesaikannya. Dan, akhirnya perlombaan untuk menggarap sawah itu menjadi semacam olahraga lomba adu cepat yang disebut kerapan sapi.

Versi lainnya mengatakan bahwa Karapan Sapi merupakan kesenian yang pada mulanya berasal dari Pulau Sapudi, Kabupaten Sumenep atas prakarsa dari Pangeran Katandur pada akhir abad 13.

Awalnya ingin memanfaatkan tenaga memanfaatkan tenaga sapi sebagai pengolah sawah. Brangkat dari ketekunan bagaimana cara membajak sapinya bekerja ,mengolah tanah persawahan, ternyata berhasil dan tanah tandus pun berubah menjadi tanah subur.

Melihat gagasan bagus dan membawa hasil positif, tentu saja warga masyarakat desa mengikuti jejak Pangerannya. Akhirnya tanah di seluruh Pulau Sapudi yang semula gersang, menjadi tanah subur yang bisa ditanami padi. Hasil panenpun berlimpah ruah dan jadilah daerah yang subur makmur.

Karena Pangeran Ketandur tidak pernah diam, ada saja yang ingin dilakukan untuk memajukan warga masyarakatnya. Setiap hari ia melihat sapi-sapi itu tenaganya hanya dimanfaatkan membajak sawah, sesudahnya berdiam diri dikandangnya. Melihat keadaan itulah, maka Pangeran Ketandur lalu mengajak warga di desanya untuk mengadakan balapan sapi. Areal tanah sawah yang sudah dipanen dimanfaatkan untuk areal balapan sapi. Akhirnya tradisi balapan sapi gagasan Pangeran Ketandur itulah yang hingga kini terus berkembang dan dijaga kelestariannya. Hanya namanya diganti lebih populer dengan "Kerapan Sapi".

Macam-macam Kerapan Sapi
Kerapan sapi yang menjadi ciri khas orang Madura ini sebenarnya terdiri dari beberapa macam, yaitu:
1. Kerap Keni (kerapan kecil)
Kerapan jenis ini pesertanya hanya diikuti oleh orang-orang yang berasal dari satu kecamatan atau kewedanaan saja. Dalam kategori ini jarak yang harus ditempuh hanya sepanjang 110 meter dan diikuti oleh sapi-sapi kecil yang belum terlatih. Sedangkan penentu kemenangannya, selain kecepatan, juga lurus atau tidaknya sapi ketika berlari. Bagi sapi-sapi yang dapat memenangkan perlombaan, dapat mengikuti kerapan yang lebih tinggi lagi yaitu kerap raja.

2. Kerap Raja (kerapan besar)
Perlombaan yang sering juga disebut kerap negara ini umumnya diadakan di ibukota kabupaten pada hari Minggu. Panjang lintasan balapnya sekitar 120 meter dan pesertanya adalah para juara kerap keni.

3. Kerap Onjangan (kerapan undangan)
Kerap onjangan adalah pacuan khusus yang para pesertanya adalah undangan dari suatu kabupaten yang menyelenggarakannya. Kerapan ini biasanya diadakan untuk memperingati hari-hari besar tertentu.

4. Kerap Karesidenen (kerapan tingkat keresidenan)
Kerapan ini adalah kerapan besar yang diikuti oleh juara-juara kerap dari empat kabupaten di Madura. Kerap karesidenan diadakan di Kota Pamekasan pada hari Minggu, yang merupakan acara puncak untuk mengakhiri musim kerapan.

5. Kerap jar-jaran (kerapan latihan)
Kerapan jar-jaran adalah kerapan yang dilakukan hanya untuk melatih sapi-sapi pacuan sebelum diturunkan pada perlombaan yang sebenarnya.

Pihak-pihak yang Terlibat dalam Permainan Kerapan Sapi

Kerapan sapi adalah salah satu jenis permainan rakyat yang banyak melibatkan berbagai pihak, yang diantaranya adalah: (1) pemilik sapi pacuan; (2) tukang tongko (orang yang bertugas mengendalikan sapi pacuan di atas kaleles); (3) tukang tambeng (orang yang menahan tali kekang sapi sebelum dilepas); (4) tukang gettak (orang yang menggertak sapi agar pada saat diberi aba-aba dapat melesat dengan cepat); (5) tukang tonja (orang yang bertugas menarik dan menuntun sapi); dan (6) tukang gubra (anggora rombongan yang bertugas bersorak-sorak untuk memberi semangat pada sapi pacuan).


Jalannya Permainan

Sebelum kerapan dimulai semua sapi-kerap diarak memasuki lapangan. Kesempatan ini selain digunakan untuk melemaskan otot-otot sapi, juga merupakan arena pamer keindahan pakaian dan hiasan dari sapi-sapi yang akan dilombakan. Setelah parade selesai, pakaian dan seluruh hiasan itu mulai dibuka. Hanya pakaian yang tidak mengganggu gerak tubuh sapi saja yang masih dibiarkan melekat.

Setelah itu, dimulailah lomba pertama untuk menentukan klasemen peserta. Seperti dalam permainan sepak bola, dalam babak ini para peserta akan mengatur strategi untuk dapat memasukkan sapi-sapi pacuannya ke dalam kelompok “papan atas” agar pada babak selanjutnya (penyisihan), dapat berlomba dengan sapi pacuan dari kelompok “papan bawah”.

Selanjutnya adalah babak penyisihan pertama, kedua, ketiga dan keempat atau babak final. Dalam babak penyisihan ini, permainan memakai sistem gugur. Dengan perkataan lain, sapi-sapi pacuan yang sudah dinyatakan kalah, tidak berhak lagi ikut dalam pertandingan babak selanjutnya. Sedangkan, bagi sapi pacuan yang dinyatakan sebagai pemenang, nantinya akan berhadapan lagi dengan pemenang dari pertandingan lainnya. Begitu seterusnya hingga tinggal satu pemain terakhir yang selalu menang dan menjadi juaranya.

Nilai budaya

Permainan kerapan sapi jika dicermati secara mendalam mengandung nilai-nilai yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai itu adalah: kerja keras, kerja sama, persaingan, ketertiban dan sportivitas.

Nilai kerja keras tercermin dalam proses pelatihan sapi, sehingga menjadi seekor sapi pacuan yang mengagumkan (kuat dan tangkas). Untuk menjadikan seekor sapi seperti itu tentunya diperlukan kesabaran, ketekunan dan kerja keras. Tanpa itu mustahil seekor sapi aduan dapat menunjukkan kehebatannya di arena kerapan sapi.

Nilai kerja sama tercermin dalam proses permainan itu sendiri. Permainan kerapan sapi, sebagaimana telah disinggung pada bagian atas, adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai pihak. Pihak-pihak itu satu dengan lainnya saling membutuhkan. Untuk itu, diperlukan kerja sama sesuai dengan kedudukan dan peranan masing-masing. Tanpa itu mustahil permainan kerapan sapi dapat terselenggara dengan baik.

Nilai persaingan tercermin dalam arena kerapan sapi. Persaingan menurut Koentjaraningrat (2003: 187) adalah usaha-usaha yang bertujuan untuk melebihi usaha orang lain dalam masyarakat. Dalam konteks ini para peserta permainan kerapan sapi berusaha sedemikian rupa agar sapi aduannya dapat berlari cepat dan mengalahkan sapi pacuan lawan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, masing-masing berusaha agar sapinya dapat melakukan hal itu sebaik-baiknya. Jadi, antarpeserta bersaing dalam hal ini.

Nilai ketertiban tercermin dalam proses permainan kerapan sapi itu sendiri. Permainan apa saja, termasuk kerapan sapi, ketertiban selalu diperlukan. Ketertiban ini tidak hanya ditunjukkan oleh para peserta, tetapi juga penonton yang mematuhi peraturan-peraturan yang dibuat. Dengan sabar para peserta menunggu giliran sapi-sapi pacuannya untuk diperlagakan. Sementara, penonton juga mematuhi aturan-aturan yang berlaku. Mereka tidak membuat keonaran atau perbuatan-perbuatan yang pada gilirannya dapat mengganggu atau menggagalkan jalannya permainan.

Dan, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada.


BAB IV
KESIMPULAN

Semakin pesatnya pertumbuhan media belakangan ini membuat Karapan Sapi kurang di ekspos sebagai kebudayaan unik yang ada di Madura. Sudah semestinya kita warga Indonesia berapresiasi penuh terhadap keunikan budaya ini. Mengingat asal – usul lahirnya Karapan Sapi sebagai tanda usai panen di kalangan masyarakat Madura atau bias dikatakan pesrta rakyat khas Madura.
Dengan adanya kekhasan budaya ini semakin menunjukkan budaya Indonesia yang memang beranearagam, dan kebudayaan ini juga mempunyai nila budaya kebersamaan dan sportifitas, seperti halnya filosofi yang pernah kita dengan Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu.




Daftar Pustaka
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Grafindo Persada
Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta
http://obyek-wisata-kerapan-sapi-madura.html
http://kebudayaan-madura.html
http://www.my-indonesia.info/



Lampiran
Kerap Raja (Kerapan Besar)
Kerapan besar ini disebut juga kerap negara, umumnya diadakan di ibukota kabupaten pada hari Minggu. Ukuran lapangan 120 meter. Pesertanya adalah juara-juara kecamatan atau kewedanaan.
Kerap Onjangan (Kerapan Undangan)
Kerapan undangan adalah pacuan khusus yang diikuti oleh peserta yang diundang baik dari dalam kabupaten maupun luar kabupaten. Kerapan ini diadakan menurut waktu keperluan atau dalam acara peringatan hari-hari tertentu.
Kerap Karesidenen (kerapan tingkat keresidenan)
Kerapan ini adalah kerapan besar yang diikuti oleh juara-juara kerap dari empat kabupaten di Madura. Kerap karesdenan diadakan di kotaPamekasan pada hari Minggu, merupakan acara puncak untuk mengakhiri musim kerapan.
Kerap jar-jaran (kerapan latihan)
Kerapan latihan tidak tertentu harinya, bisa diadakan pada setiap hari selesai dengan keinginan pemilik atau pelatih sapi-kerap itu. Pesertanya adalah sapi lokal.
Persyaratan sapi-kerap tidaklah banyak, asalkan sapinya kuat dan diberi makanan yang cukup, dilatih lari, dipertandingkan dan diiringi dengan musik saronen. Konon beberapa pemilik sapi-kerap juga melengkapi kehebatan sapinya dengan menggunakan mantra-mantra serta sajian tertentu. Sesungguhnya hal ini tidak dibenarkan dalam aturan sebuah lomba atau kerapan.


http://obyek-wisata-kerapan-sapi-madura.html
Interdependensi TEORI SOSIAL

Interdependensi TEORI SOSIAL

Sifat Interdependensi Sosial
Interdependensi sosial terjadi ketika hasil individu dipengaruhi oleh tindakan masing-masing (DW Johnson & Johnson, 1989). Ada dua jenis saling ketergantungan sosial yang: positif, ketika tindakan individu mempromosikan pencapaian tujuan bersama, dan negatif, ketika tindakan individu menghambat pencapaian tujuan masing-masing. Sosial saling ketergantungan mungkin dibedakan dari ketergantungan sosial, kemandirian, dan ketidakberdayaan (lihat Gambar 1). Sosial ketergantungan ada saat pencapaian tujuan dari Si A dipengaruhi oleh tindakan si B, tetapi sebaliknya tidak benar. Sosial kemerdekaan ada saat pencapaian tujuan dari Si A tidak dipengaruhi oleh tindakan si B dan sebaliknya. Hasilnya adalah upaya individualistik. Sosial berdaya ketika tidak ada orang atau orang lain dapat mempengaruhi pencapaian tujuan.
Teori saling ketergantungan sosial memiliki asal-usul dalam Psikologi Gestalt dan Lapangan Teori Lewin. It was formally conceptualized by Morton Deutsch (1949a). Hal ini secara formal dikonsepkan oleh Morton Deutsch (1949a).
Kurt Koffka
Akar historis teori interdependensi sosial dapat ditelusuri ke pergeseran dalam fisika dari mekanistik untuk teori medan (Deutsch, 1968; Deutsch & Krauss, 1965). Pergeseran ini dipengaruhi bidang psikologi, khususnya sekolah yang muncul dari Gestalt Psikologi di Universitas Berlin pada awal 1900-an. Sebagai lapangan menjadi unit analisa dalam fisika, seluruh (atau gestalt) menjadi fokus dari studi tentang persepsi dan perilaku bagi psikolog Gestalt. Gestalt mengemukakan bahwa manusia terutama terkait dengan pengembangan pandangan terorganisir dan berarti dalam dunia mereka dengan mengamati peristiwa sebagai keseluruhan yang terpadu daripada penjumlahan bagian atau properti. Persepsi terjadi di lapangan dan diatur menjadi elemen-elemen saling tergantung yang membentuk sebuah sistem. Dalam bidang psikologis, negara-negara tertentu lebih sederhana dan lebih tertib dari yang lain, dan proses psikologis bertindak untuk membuat keadaan lapangan sebagus kondisi yang berlaku memungkinkan (Deutsch & Krauss). Dengan demikian, keseluruhan lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. Salah satu pendiri dari sekolah Gestalt psikologi, Kurt Koffka (1935), mengusulkan bahwa, mirip dengan bidang psikologis, kelompok keutuhan dinamis di mana saling ketergantungan di antara anggota bisa bervariasi.
Kurt Lewin
Membangun prinsip-prinsip psikologi Gestalt dan gagasan Koffka's, Kurt Lewin (1935, 1948) mengusulkan bahwa esensi suatu kelompok adalah saling ketergantungan antara anggota, yang menghasilkan kelompok menjadi keseluruhan yang dinamis sehingga perubahan di negara bagian setiap anggota atau subkelompok perubahan negara dari anggota lain atau subkelompok. Anggota grup dibuat saling bergantung melalui tujuan bersama. Untuk saling ketergantungan ada, harus ada lebih dari satu orang atau badan yang terlibat dan orang-orang atau badan harus dampak satu sama lain, bahwa perubahan di negara satu menyebabkan perubahan di negara bagian yang lain. Dampak ini terjadi dalam situasi yang mendesak, karena perilaku setiap orang ditentukan oleh bagaimana situasi yang dirasakan, bukan oleh faktor-faktor obyektif atau sejarah (misalnya, prinsip contemporaneity). Prinsip contemporaneity menyatakan bahwa satu-satunya penentu perilaku pada saat tertentu adalah sifat orang dan lingkungan psikologis orang tersebut pada waktu itu.. Dengan demikian, perilaku sosial secara inheren konteks dan tidak dapat dipahami di luar ruang hidup saat ini untuk yang dikalibrasi. tindakan Individu 'ditentukan oleh perwakilan mereka dari dunia mereka menganggap mereka bersaing dengan sebagai perilaku mereka terungkap. ruang hidup seseorang adalah dinamis (tidak statis), sehingga, sebagai individu berinteraksi dan peristiwa terjadi, persepsi masing-masing individu dari perubahan situasi. Dalam ruang hidup, perilaku masyarakat yang didorong oleh negara-negara dari ketegangan yang timbul karena mereka melihat tujuan yang diinginkan. Ini adalah ketegangan yang memotivasi gerakan menuju pencapaian tujuan.. Persepsi tujuan bersama dalam hubungannya dengan motivasi bersama untuk mencapainya adalah sumber dari saling ketergantungan antara anggota kelompok.
Morton Deutsch


Deutsch (1949a, 1962) diperpanjang teori Lewin dengan meneliti bagaimana sistem ketegangan orang-orang yang berbeda dapat saling berhubungan. Ia dikonsep dua jenis saling ketergantungan sosial - positif dan negatif (lihat Gambar 2). saling ketergantungan positif ada ketika ada korelasi positif antara pencapaian tujuan individu '; individu merasa bahwa mereka dapat mencapai tujuan mereka jika, dan hanya jika, individu-individu lain dengan siapa mereka kooperatif terkait mencapai tujuan mereka. Negatif ada ketika ada korelasi negatif antara pencapaian tujuan individu '; individu ...

Saturday, September 24, 2016

PERANAN BELA NEGARA DI DUNIA ANAK MUDA

PERANAN BELA NEGARA DI DUNIA ANAK MUDA

PERANAN BELA NEGARA DI DUNIA ANAK MUDA

19 Desember , merupakan Hari Bela Negara (HBN) yang merupakan salah satu hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia guna untuk memperingati deklarasi Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara di Sumatra Barat pada tahun 19 Desember 1948. Hari yang mana para pahlawan bangsa terdahulu mempertaruhkan jiwa raganya untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di tengah-tengah guncangan Agresi Militer Belanda II.
 Pada saat itu Belanda menguasai ibukota RI yang masih berada di Yogyakarta. Mereka berulangkali menyiarkan berita bahwa RI sudah bubar. Karena para pemimpinya, seperti Soekarno, Hatta, dan Syahrir sudah menyerah dan ditahan. Mendengar berita bahwa tentara Belanda telah menduduki Yogyakarta dan menangkap sebagian besar pemimpin Pemerintah Republik Indonesia, tanggal 19 Desember sore hari, Mr. Syafruddin Perwiranegara bersama Kol. Hidayat, Panglima Tentara dan Teritorium Sumatera, mengunjungi Mr. Teuku Mohammad Hasan, Gubernur Sumatera/ Ketua Komisaris Pemerintah Pusat dikediamanya, untuk mengadakan perundingan.
Malam itu juga mereka meninggalkan Bukittinggi menuju Halaban, daerah perkebunan teh, 15 Km di selatan kota Payakumbuh. Sejumlah tokoh pimpinan RI yang berada di Sumatera Barat dapat berkumpul di Halaban, dan pada tanggal 22 Desember 1948 mereka mengadakan rapat yang dihadiri antara lain oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Mr. T. M. Hassan, Mr. Sutan Muhammad Rosjid, Kol. Hidayat, Mr. Lukman Hakim, Ir. Indracahya, Ir. Mananti Sitompul, Maryono Danubroto, Mr. A. Karim, Rusli Rahim, dan Mr. Latif. Walaupun secara resmi kawat Presiden Soekarno belum diterima, tanggal 22 Desember 1948, sesuai dengan konsep yang telah disiapkan, maka dalam rapat tersebut diputuskan untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Dalam keputusan tersebut, Mr. Sjafruddin Prawiranegara terpilih menjadi ketua PDRI, dan pada keesokan harinya, pada tanggal 23 Desember beliau berpidato yang intinya memberi motifasi kepada para tentara RI dan seluruh rakyat Sumatera Barat agar selalu semangat dan terus berjuang mempertahankan NKRI, walaupun para pemimpin bangsa telah ditangkap Belanda. Salah satu kata motifasi beliau dalam pidatonya yaitu “Bertempurlah, gempurlah Belanda di mana saja dan dengan apa saja mereka dapat dibasmi. Jangan letakkan senjata, menghentikan tembak-menembak kalau belum ada perintah dari pemerintah yang kami pimpin. Camkanlah hal ini untuk menghindarkan tipuan-tipuan musuh”.
Sejak itu PDRI menjadi musuh nomor satu bagi Belanda. Tokoh-tokoh PDRI harus bergerak terus sambil menyamar untuk menghindari kejaran dan serangan Belanda. Hutan belukar, sepanjang sungai, tanah yang terjal menjadi saksi besarnya perjuangan para pahlawan bangsa, bahkan kurangnya bahan makanan tak menghentikan perjuangan mereka mempertahankan keutuhan NKRI. Sekitar satu bulan setelah agresi militer Belanda, Mr. Sjrafuddin Prawiranegara menjalin komunikasi dengan keempat Menteri yang berada di Jawa, guna untuk menghilangkan dualisme kepemimpinan di Sumatera dan Jawa. Akhirnya, pada tanggal 31 Maret 1945 PDRI dapat disempurnakan. Menjelang pertengahan tahun 1949, posisi Belanda semakin terjepit. Dunia internasional mengecam agresi militer Belanda. Akhirnya, dengan terpaksa Belanda harus menghadapi RI di meja perundingan. Belanda memilih berunding dengan utusan Soekarno-Hatta yang ketika itu statusnya tawanan. Perundingan itu menghasilkan Perjanjian Roem-Royen yang membuat para tokoh PDRI tidak senang. Jendral Sudirman mengirimkan kawat kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara mempertanyakan kelayakan para tahanan maju ke meja perundingan. Namun, Sjafruddin Prawiranegara berfikiran untuk mendukung dilaksanakannya perjanjian Roem-Royen. Setelah perjanjian Roem-Royen, M. Nasir meyakinkan Mr. Sjafruddin Prawiranegara untuk datang ke Jakarta, menyelesaikan dualisme pemerintahan RI, yaitu PDRI yang dipimpinya, dan kabinet Hatta, yang secara resmi tidak dibubarkan. Dan setelah perjanjian Roem-Royen ditandatangani, pada 13 Juli 1949, diadakan sidang antara PDRI dengan Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta serta sejumlah menteri kedua kabinet.
 Pada sidang inilah secara formal Mr. Sjafruddin Prawiranegara menyerahkan kembali mandatnya, sehingga dengan demikian, M. Hatta, selain sebagai wakil Presiden, kembali menjadi Perdana Menteri. Setelah serah terima secara resmi pengambilan mandat dari PDRI, tanggal 14 Juli, pemerintah RI menyetujui hasil persetujuan Roem-Royen, sedangkan KNIP baru mengesahkan persetujuan tersebut tanggal 25 Juli 1949. Perjuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara ini tidak boleh kita lupakan begitu saja, sebab perjuangan mempertahankan keutuhan suatu negara merupakan pekerjaan yang sangat mulia.

 Jika waktu itu, tidak ada yang bertindak seperti apa yang dilakukan beliau, pasti tidak akan ada negara Indonesia yang sekarang ini. Mengingat pentingnya peristiwa tersebut, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengeluarkan Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 28 Tahun 2006. Negara megakui PDRI sebagai bagian sejarah, dan memiliki arti penting bagi keutuhan NKRI. Masa itu, pemerintah tidak berjalan dan pemimpin Indonesia Soekarno-Hatta ditangkap Belanda, tapi PDRI yang dipimpin Mr.Sjafruddin Prawiranegara membuktikan NKRI masih ada. Begitulah perjuangan para pahlawan bangsa kita terdahulu. Mereka begitu ikhlas dalam berjuang, memiliki semangat yang tinggi, dan selalu mengutamakan persatuan demi kemakmuran bangsa Indonesia. Untuk itu, kita sebagai generasi penerus sudah seharusnya kita melanjutkan perjuangannya demi mewujudkan bangsa yang aman dan sejahtera. Kita harus memaknai Hari Bela Negara kali ini, dengan selalu berada di barisan terdepan dalam bersikap dan berbuat demi membela dan mempertahankan kepentingan bangsa dan negara, karena negara merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan kita. Pada dasarnya setiap orang itu membutuhkan organisasi yang disebut negara. Coba bayangkan, apa yang akan terjadi jika tidak ada negara? Pasti kehidupan ini tidak akan teratur, kacau, dan rusak yang tidak bisa dibayangkan kerusakannya

NAMA              :SEPTIADI SUNARYA PUTRA
NPM                :1443010250

Wednesday, May 11, 2016

Isi Deklarasi Nahdlatul Ulama

Isi Deklarasi Nahdlatul Ulama

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nadlaltul Ulama (PBNU) menerbitkan “Deklarasi Nahdlatul Ulama” dalam International Summit of Moderate Islamic Leaders (Isomil) di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, yang dihelat sejak Senin (9/5).

Deklarasi tersebut dibacakan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Selasa (10/9) sore, di hadapan para ulama dari berbagai negara. Naskah deklarasi dirumuskan setelah PBNU menggelar pertemuan terbatas dengan para ulama itu pada siang harinya.

Berikut naskah lengkah “Deklarasi Nahdlatul Ulama” di ujung forum internasional yang mengusung tema “Islam Nusantara, Inspirasi untuk Peradaban Dunia” ini:



Deklarasi Nahdlatul Ulama 

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
 (الأنبياء: 107)

“Kami (Allah) tidak mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai pembawa rahmat bagi semesta” (QS. Al-Anbiya`: 107)

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
 (الإسراء: 70)

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Isra`: 70)

وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ 
(الحج:78)

“Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama” (QS. Al-Hajj: 78)

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْأَخْلَاقِ 
(رواه البيهقي)

“Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia” (HR. Al-Baihaqi)

إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَبْعَثْنِي مُعَنِّتًا وَلا مُتَعَنِّتًا ، وَلَكِنْ بَعَثَنِي مُعَلِّمًا مُيَسِّرً 
(رواه مسلم)

“Sesungguhnya Allah tidak mengutusku (Muhammad) sebagai orang yang mempersulit atau memperberat para hamba. Akan tetapi Allah mengutusku sebagai pengajar yang memudahkan (HR. Muslim).

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ النَّاسُ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُؤْمِنُ مَنْ أَمِنَهُ النَّاسُ عَلَى دِمَائِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ 
(رواه النسائ)

“Seorang muslim sejatinya adalah orang yang seluruh manusia selamat dari lisan dan tangannya. Sedang seorang mukmin adalah orang yang mendatangkan rasa aman kepada orang lain dalam darah dan hartanya” (HR. An-Nasai)

إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الرِفْقَ فِى الْأَمْرِ كُلِّهِ (متفق عليه)

“Sesungguhnya Allah menyukai kelembutan dalam semua urusan” (Muttafaq ‘Alaih)

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

“Orang-orang yang menyayangi sesama, Sang Maha Penyayang menyayangi mereka. Sayangilah semua penduduk bumi niscaya penduduk langit akan menyayangimu” (HR. At-Tirmidzi)

قَالَ بْنُ بَطَّالٍ فِيهِ الحَضُّ عَلَى اسْتِعْمَالِ الرَّحْمَةِ لِجَمِيعِ الخَلقِ فَيَدْخُلُ الْمُؤْمِنُ وَالْكَافِرُ وَالْبَهَائِمُ الْمَمْلُوكُ مِنْهَا وَغَيْرُ الْمَمْلُوكِ وَيَدْخُلُ فِي الرَّحْمَةِ التَّعَاهُدُ بِالْإِطْعَامِ وَالسَّقْيِ وَالتَّخْفِيفُ فِي الْحَمْلِ وَتَرْكُ التَّعَدِّي بِالضَّرْبِ 
(انظر ابن حجر العسقلاني، فتح الباري بشرح صحيح البخاري، بيروت-دار المفرفة، 1379هـ، ج، 10، ص. 440)

“Ibnu Baththal berkata: ‘Hadits ini mengandung anjuran kuat untuk bersikap penuh kasih sayang terhadap semua makhluk, baik mukmin maupun kafir, binatang piaraan maupun binatang liar, dan termasuk juga di dalamnya adalah komitmen untuk memberikan bantuan makanan dan minuman (kepada yang membutuhkan), meringankan beban, dan menghindari berbuat kekerasan terhadap seluruh makhluk” (Lihat, Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari bi Syarhi Shahih al-Bukhari, Bairut-Dar al-Ma’rifah, 1379 H, juz, XI, h. 440) 

مِنَ الْمَعْلُوْمِ اَنَّ النَّاسَ لاَبُدَّ لَهُمْ مِنَ اْلاِجْتِمَاعِ وَالْمُخَالَطَةِ ِلأَنَّ الْفَرْدَ الْوَاحِدَ لاَيُمْكِنُ اَنْ يَسْتَقِلَّ بِجَمِيْعِ حَاجَاتِهِ، فَهُوَ مُضْظَرٌّ بِحُكْمِ الضَّرُوْرَة اِلَى اْلاِجْتِمَاعِ الَّذِيْ يَجْلِبُ اِلَى اُمَّتِهِ الْخَيْرَ وَيَدْفَعُ عَنْهَا الشَّرَّ وَالضَّيْرَ. فَاْلإِتِّحَادُ وَارْتِبَاطُ الْقُلُوْبِ بِبَعْضِهَا وَتَضَافُرُهَا عَلَى اَمْرِ وَاحِدٍ وَاجْتِمَاعُهَا عَلَى كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ مِنْ أَهَمِّ اَسْبَابِ السَعَادَةِ وَاَقْوَى دَوَاعِى الْمَحَبَّةِ وَاْلمَوَدَّةِ. وَكَمْ ِبهِ عُمِّرَتِ البِلاَدُ وَسَادَتِ الْعِبَادُ وَانْتَشَرَ الْعِمْرَانُ وَتَقَدَّمَتِ اْلاَوْطَانُ وَاُسِّسَتِ الْمَمَالِكُ وسُهِّلَتِ المسَاَلِكُ وَكَثُرَ التَّوَاصُلُ اِلَى غَيْرِ ذَلِكَ مِنْ فَوَائِدِ اْلاِتِّحَادِ الَّذِيْ هُوَ اَعْظَمُ الْفَضَائِلِ وَأَمْتَنُ اْلاَسْبَابِ وَالْوَسَائِلِ
 (الرئيس الأكبر لجمعية نهضة العلماء الشيج العالم العلامة هاشم أشعري, مقدمة القانون الأساسي لجمعية نهضة العلماء)

“Telah dimaklumi bahwa manusia niscaya bermasyarakat, bercampur dengan yang lain; sebab tak mungkin seorang pun mampu sendirian memenuhi segala kebutuhan--kebutuhannya. Maka mau tidak mau ia harus bermasyarakat dalam cara yang membawa kebaikan bagi umatnya dan menolak ancaman bahaya dari padanya. Karena itu, persatuan, ikatan batin satu dengan yang lain, saling bantu dalam memperjuangkan kepentingan bersama dan kebersamaan dalam satu kata adalah sumber paling penting bagi kebahagiaan dan faktor paling kuat bagi terciptanya persaudaraan dan kasih sayang. Berapa banyak negara-negara yang menjadi makmur, hamba-hamba menjadi pemimpin yang berkuasa, pembangunan merata, negeri-negeri menjadi maju, pemerintah ditegakkan, jalan-jalan menjadi lancar, perhubungan menjadi ramai dan masih banyak manfaat-manfaat lain dari hasil persatuan merupakan keutamaan yang paling besar dan merupakan sebab dan sarana paling ampuh” (Rais Akbar Jamiyah Nahdlatul Ulama Hadlratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, Muqaddimah Qanun Asasi)

Nahdlatul Ulama telah merampungkan munaadharah dalam “International Summit of Moderate Islamic Leaders” (Isomil), “Muktamar Internasional Para Pemimpin Islam Moderat”, yang diselenggarakan pada tanggal 9-11 Mei di Jakarta, Indonesia. Setelah berkonsultasi dan berdikusi secara ekstensif bersama banyak ahli dari berbagai bidang yang ikut serta dalam Muktamar ini, Nahdlatul Ulama berbulat hati menyiarkan “Deklarasi Nahdlatul Ulama” sebagai berikut: 

1. Nahdlatul Ulama menawarkan wawasan dan pengalaman Islam Nusantara kepada dunia sebagai paradigma Islam yang layak diteladani, bahwa agama menyumbang kepada peradaban dengan menghargai budaya yang telah ada serta mengedepankan harmoni dan perdamaian.

2. Nahdlatul Ulama tidak bermaksud untuk mengekspor Islam Nusantara ke kawasan lain di dunia, tapi sekadar mengajak komunitas-komunitas Muslim lainnya untuk mengingat kembali keindahan dan kedinamisan yang terbit dari pertemuan sejarah antara semangat dan ajaran-ajaran Islam dengan realitas budaya-budaya lokal di seantero dunia, yang telah melahirkan beragam peradaban-peradaban besar, sebagaimana di Nusantara. 

3. Islam Nusantara bukanlah agama atau madzhab baru melainkan sekadar pengejawantahan Islam yang secara alami berkembang di tengah budaya Nusantara dan tidak bertentangan dengan syari’at Islam sebagaimana dipahami, diajarkan dan diamalkan oleh kaum Ahlussunnah wal Jama’ah di seluruh dunia. 

4. Dalam cara pandang Islam Nusantara, tidak ada pertentangan antara agama dan kebangsaan. Hubbul watan minal iman: “Cinta tanah air adalah bagian dari iman.” Barangsiapa tidak memiliki kebangsaan, tidak akan memiliki tanah air. Barangsiapa tidak memiliki tanah air, tidak akan punya sejarah.

5. Dalam cara pandang Islam Nusantara, Islam tidak menggalang pemeluk-pemeluknya untuk menaklukkan dunia, tapi mendorong untuk terus-menerus berupaya menyempurnakan akhlaqul karimah, karena hanya dengan cara itulah Islam dapat sungguh-sungguh mewujud sebagai rahmat bagi semesta alam (Rahmatan lil ‘Alamin).

6. Islam Nusantara secara teguh mengikuti dan menghidupkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai Islam yang mendasar, termasuk tawassuth (jalan tengah, yaitu jalan moderat), tawaazun (keseimbangan; harmoni), tasaamuh (kelemah-lembutan dan kasih-sayang, bukan kekerasan dan pemaksaan) dan i‘tidaal (keadilan).

7. Sebagai organisasi Ahlussunnah wal Jama’ah terbesar di dunia, Nahdlatul Ulama berbagi keprihatinan yang dirasakan oleh sebagian besar warga Muslim dan non-Muslim di seluruh dunia, tentang merajalelanya ekstremisme agama, teror, konflik di Timur Tengah dan gelombang pasang Islamofobia di Barat. 

8. Nahdlatul Ulama menilai bahwa model-model tertentu dalam penafsiran Islamlah yang merupakan faktor paling berpengaruh terhadap penyebaran ekstremisme agama di kalangan umat Islam.

9. Selama beberapa dekade ini, berbagai pemerintah negara di Timur Tengah telah mengeksploitasi perbedaan-perbedaan keagamaan dan sejarah permusuhan di antara aliran-aliran yang ada, tanpa mempertimbangkan akibat-akibatnya terhadap kemanusiaan secara luas. Dengan cara mengembuskan perbedaan-perbedaan sektarian, negara-negara tersebut memburu soft power (pengaruh opini) dan hard power (pengaruh politik, ekonomi serta militer) dan mengekspor konflik mereka ke seluruh dunia. Propaganda-propaganda sektarian tersebut dengan sengaja memupuk ekstremisme agama dan mendorong penyebaran terorisme ke seluruh dunia. 

10. Penyebaran ektremisme agama dan terorisme ini secara langsung berperan menciptakan gelombang pasang Islamofobia di kalangan non-Muslim.

11. Pemerintahan negara-negara tertentu di Timur Tengah mendasarkan legitimasi politiknya diambil justru dari tafsir-tafsir keagamaan yang mendasari dan menggerakkan ekstremisme agama dan teror. Ancaman ekstremisme agama dan teror dapat diatasi hanya jika pemerintahan-pemerintahan tersebut bersedia membuka diri dan membangun sumber-sumber alternatif bagi legitimasi politik mereka. 

12. Nahdlatul Ulama siap membantu dalam upaya ini.

13. Realitas ketidakadilan ekonomi dan politik serta kemiskinan massal di dunia Islam turut menyumbang pula terhadap berkembangnya ekstremisme agama dan terorisme. Realitas tersebut senantiasa dijadikan bahan propaganda ekstremisme dan terorisme, sebagai bagian dari alasan keberadaannya dan untuk memperkuat ilusi masa depan yang dijanjikannya. Maka masalah ketidakadilan dan kemiskinan ini tak dapat dipisahkan pula dari masalah ektremisme dan terorisme. 

14. Walaupun maraknya konflik yang meminta korban tak terhitung jumlahnya di Timur Tengah seolah-olah tak dapat diselesaikan, kita tidak boleh memunggungi masalah ataupun berlepas diri dari mereka yang menjadi korban. Nahdlatul Ulama mendesak Pemerintah Indonesia untuk mengambil peran aktif dan konstruktif dalam mencari jalan keluar bagi konflik multi-faset yang merajalela di Timur Tengah.

15. Nahdlatul Ulama menyeru siapa saja yang memiliki iktikad baik dari semua agama dan kebangsaan untuk bergabung dalam upaya membangun konsensus global untuk tidak mempolitisasi Islam, dan memarjinalkan mereka yang hendak mengeksploitasi Islam sedemikian rupa untuk menyakiti sesama.


16. Nahdlatul Ulama akan berjuang untuk mengonsolidasikan kaum Ahlussunnah wal Jama’ah sedunia demi memperjuangkan terwujudnya dunia di mana Islam dan kaum Muslimin sungguh-sungguh menjadi pembawa kebaikan dan berkontribusi bagi kemaslahatan seluruh umat manusia. 

Jakarta, 10 Mei 2016

        Pengurus Besar Nahdlatul Ulama



Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, MA        Dr. Ir. Helmi Faisal Zaini
Ketua Umum                                        Sekretaris Jenderal




Dr. K.H. Ma’ruf Amin                            K.H. Yahya Cholil Staquf 
Rais ‘Aam                                               Katib ‘Aam
 

Saturday, April 16, 2016

Sejarah Ucapan Penutup Pidato "Wabillahi Taufiq wal Hidayah"

MusliModerat.Com - Saat menghadiri peringatan hari lahir (Harlah) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) ke-46, Gus Dur diminta untuk memberikan sambutan oleh panitia.


Setelah berbicara panjang lebar, dan hendak menutup pidatonya, Gus Dur tanpa disadari akan mengucapkan kalimat "wabillahi taufiq wal hidayah", tapi tiba-tiba dia diam sejenak....

"Saya kok mau salah menyampaikan salam penutup, harusnya kan yang khas NU," ujarnya.

"Dulu ulama-ulama NU, sepakat menggunakan wabillahi taufiq wal hidayah untuk ucapan penutup dan Nahdliyiin  wajib mengikuti. Tapi setelah musim kampanye pemilu tahun 70-an, Golkar memakai ucapan itu untuk menutup setiap pidato kampanyenya." Tutur cucu pendiri NU ini.

Gus Dur kemudian menjelaskan tentang sejarah singkat kalimat penutup pidato khas warga NU yang masih digunakan sampai saat ini.

"Jadi Golkar minjem ‘wabillahi taufiq wal hidayah’ dari NU dan belum dikembalikan hingga saat ini," lanjutnya, diikuti gelak tawa hadiri..


Sejarah dan Pencipta
Kalimat penutup pidato dan surat-menyurat khas warga NU sebelum salam penutupan. Arti harfiahnya: “Allah adalah Dzat yang memberi petunjuk ke jalan yang selurus-lurusnya.” Istilah ini diciptakan oleh KH Ahmad Abdul Hamid dari Kendal, Jawa Tengah. 


Sebelum menciptakan kalimat Wallahul muwaffiq ila aqwamit-tharieq, Kiai Ahmad telah menciptakan istilah Billahit taufiq wal-hidayah. Namun karena Billahit taufiq wal hidayah kemudian digunakan oleh hampir semua kalangan umat Islam, maka ia merasa kekhasan untuk orang NU tidak ada lagi. 


Untuk itu ia menciptakan istilah baru, Wallahul muwaffiq ila aqwamit tharieq yang dirasakan cukup sulit ditirukan oleh orang non-NU.


KH Ahmad Abdul Hamid adalah salah satu ulama kharismatik di Jawa Tengah. Ia merupakan pengasuh Pondok Pesantren al-Hidayah dan Imam Masjid Besar Kendal. Karena peran dan ketokohannya, masyarakat Kendal menyebutnya sebagai “Bapak Kabupaten Kendal”. 


Kiprah Kiai Ahmad, demikian panggilannya sehari-hari, di lingkungan NU dimulai dari tingkat daerah sampai PBNU. Beberapa posisi penting di NU yang pernah didudukinya adalah Rais Syuriyah PCNU Kabupaten Kendal, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah (dengan Katib KH Sahal Mahfudz), dan terakhir sebagai Mustasyar PBNU. Ia juga tercatat sebagai distributor majalah Berita NO, yang terbit tahun 1930an. Dalam sebuah tulisan, Kiai Sahal Mahfudz menyebutkan bahwa Kiai Ahmad menyimpan dokumen-dokumen majalah NU seperti Buletin LINO (Lailatul Ijtima' Nadhlatoel Oelama)


Kiai Ahmad termasuk sangat produktif menulis dan menerjemahkan kitab-kitab. Kitab-kitabnya umumnya ditulis dalam bahasa Jawa dengan tulisan Arab Pegon. Salah satu tulisannya yang cukup fenomenal adalah terjemahan Qanun Asasi Hadlratus Syech KH Hasyim Asy’ari yang ia terjemahkan atas permintaan Sekretaris Jenderal PBNU Prof. KH Saifudin Zuhri. 


Terjemahan tersebut telah dimulai oleh KH Mahfud Sidiq, tetapi tidak selesai sehingga PBNU meminta Kiai Ahmad untuk menyelesaikannya. Terjemahan itu oleh Kiai Ahmad dinamakan "Ihyau Amalil Fudlala’ Fi Tarjamati Muqaddimatil Qanunil Asasi li-Jam’iyati Nahdlatil Ulama"


KH Ahmad Abdul Hamid wafat pada 14 Februari 1998 bertepatan dengan 16 Syawal 1418 H. (Sumber: Ensiklopedi NU)
BUDAYA DAN KEPRIBADIAN MANUSIA

BUDAYA DAN KEPRIBADIAN MANUSIA

1.         Budaya dan Kepribadian Manusia
Kebudayaan berasal dari kata budh- budhi- budhaya dalam bahasa sansekerta yang berarti akal, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Kebudayaan tidak bisa dilihat atau dipegang karena berada di dalam pikiran atau kepala manusia. Oleh karena itu, kebudayaan bersifat abstrak. Akan tetapi, hasil kebudayaan dapat dilihat dan dideteksi (dipantau) dengan panca indra manusia.
Menurut Roucek dan Warren, kepribadian adalah organisasi yang terdiri atas faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis. Kepribadian adalah serangkaian karakteristik pemikiran, perasaan dan perilaku yang berbeda antara individu dan cenderung konsisten dalam setiap waktu dan kondisi. Ada dua aspek dalam definisi ini, yaitu kekhususan (distinctiveness) dan stablilitas serta konsistensi (stability and consistency). Semua definisi di atas menggambarkan bahwa kepribadian didasarkan pada stabilitas dan konsistensi di setiap konteks, situasi dan interaksi. Definisi tersebut diyakini dalam tradisi panjang oleh para psikolog Amerika dan Eropa yang sudah barang tentu mempengaruhi kerja ataupun penelitian mereka. Semua teori mulai dari psikoanalisa Freud, behavioral approach Skinner, hingga humanistic Maslow-Rogers meyakini bahwa kepribadian berlaku konsistan dan konsep-konsep mereka berlaku universal. Dalam budaya timur, asumsi stabilitas kepribadian sangatlah sulit diterima. Budaya timur melihat bahwa kepribadian adalah kontekstual (contextualization). Kepribadian bersifat lentur yang menyesuaikan dengan budaya dimana individu berada. Kepribadian cenderung berubah, menyesuaikan dengan konteks dan situasi.
2.         Kepribadian dalam Lintas Budaya
Kepribadian merupakan konsep dasar psikologi yang berusaha menjelaskan keunikan manusia. Kepribadian mempengaruhi dan menjadi acuan dari pola pikir, perasaan dan perilaku individu manusia, serta bertindak sebagai aspek fundamental dari setiap individu tersebut. Dimana merupakan aspek inti keberadaan manusia yang karena tak lepas dari konsep kemanusiaan yang lebih besar, yaitu budaya sebagai konstruk sosial.
Hal pertama yang menjadi perhatian dalam studi lintas budaya dan kepribadian adalah perbedaan diantara beragam budaya dalam member definisi kepribadian. Dalam literature-literatur psikologi Amerika umumnya kepribadian dipertimbangkan sebagai karakter perilaku, karakter kognitif dan predisposisi yang relative abadi (Matsumoto, 1996).
Definisi lain menyatakan bahwa kepribadian adalah serangkaian karakteristik pemikiran, perasaan, dan perilaku yang berbeda antara tiap individu dan cenderung konsisten dalam setiap waktu dan kondisi. Ada dua aspek dalam definisi ini yaitu : kekhususan (distinctiveness), dan stabilitas serta konsistensi (stability and consistency) (Phares, 1991).
Semua definisi di atas menggambarkan bagaimana mereka mempercayai bahwa kepribadian didasarkan pada stabilitas dan konsistensi di setiap konteks, situasi dan iteraksi (Matsumoto, 1996).
Tokoh Humanistic salah satunya Maslow, dalam teorinya meyakini bahwa kepribadian diarahkan oleh pemenuhan level-level kebutuhan dengan puncaknya adalah keberhasilan dalam aktualisasi diri. Tahapan-tahapan kebutuhan Maslow tersebut diyakini para pengagumnya adalah berlaku universal, begitupun dengan apa yang dimaksud aktualisasi diri.
Budaya Timur (East Cultures) melihat kepribadian adalah kontekstual (contrxtualization). Kepribadian cenderung berubah, seberapapun besarnya, untuk menyesuaikan dengan konteks dan situasi (Matsumoto, 1996).
3.         Budaya dan Perrkembangannya
Kepribadian manusia selalu berubah sepanjang hidupnya dalam arah-arah karakter yang lebih jelas dan matang. Perubahan-perubahan tersebut sangat dipengaruhi lingkungan dengan fungsi–fungsi bawaan sebagai dasarnya. Stern menyebutnya sebagai Rubber Band Hypothesis (Hipotesa Ban Karet). Seseorang diumpamakan sebagai ban karet dimana faktor-faktor genetik menentukan sampai mana ban karet tersebut dapat ditarik (direntangkan) dan faktor lingkungan menentukan sampai seberapa panjang ban karet tersebut akan ditarik atau direntangkan. Dari hipotesa di atas dapat disimpulkan bahwa budaya memberi pengaruh pada perkembangan kepribadian seseorang. Perubahan-perubahan yang terjadi pada seorang anak yang tinggal bersama orangtua ketika beranjak dewasa tentunya sangat berbeda dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada anak yang tinggal di panti asuhan.
Selain itu, perkembangan kepribadian seseorang dipengaruhi pula oleh semakin bertambahnya usia seseorang. Semakin bertambah tua seseorang, tampak semakin pasif, motivasi berprestasi dan kebutuhan otonomi semakin turun, dan locus of control dirinya semakin mengarah ke luar (eksternal).
4.         Budaya dan Indigenous Personality
Berbagai persoalan mendasar yang muncul dalam kajian kepribadian dapat ditinjau melalui lintas budaya, menggambarkan sebuah pernyataan bahwa antar budaya yang berbeda sangat mungkin secara mendasar memiliki pandangan yang berbeda mengenai apa tepatnya kepribadian itu. Suatu kajian kepribadian yang bersifat lokal atau indigenous personality. Konseptualisasi mengenai kepribadian yang dikembangkan dalam sebuah budaya tertentu dan relevan hanya pada budaya tertentu tersebut.
Di Indonesia sendiri kajian mengenai indigenous personality telah diawali oleh Darmanto Jatman (1997). Dalam  bukunya Psikologi Jawa, Jatman menemukan adanya profil kepribadian manusia Jawa yang memandang jiwanya adalah sebagai rasa.Rasa ini terbagi atas tiga,yaitu: rasa subjek, rasa objek, dan rasa pertemuan subjek-objek. Ketiganya dilahirkan oleh rasa yaitu rasa hidup.
5.         Budaya dan Konsep Diri
Konsep diri adalah oganisasi dari persepsi-persepsi diri (Burns, 1979). Organisasi dari bagaimana kita mengenal, menerima dan menilai diri kita sendiri. Suatu deskripsi mengenai siapa kita, mulai dari identitas fisik, sifat, hingga prinsip.
Berfikir mengenai bagaimana mempersepsi diri, dalam percakapan awam, adalah bagaimana seseorang memberi gambaran mengenai sesuatu (hubungan dengan orang lain, etos kerja, atau sifat kepribadiannya misalnya) pada dirinya. Selanjutnya label akan sesuatu dalam diri tersebut digunakan sekaligus untuk mendeskripsikan karakter dirinya.
Dua kontinum yang sering dilakukan untuk mempermudah studi mengenai konsep diri dalam lintas budaya adalah konstruk diri individual dengan diri kolektif atau dalam bahasa Matsumoto disebut Independent Construal of Self dan Interdependent Construal of Self.
a)      Diri Individual /Independent Construal of Self
Diri individual adalah diri yang fokus pada atribut internal yang sifatnya personal-kemampuan individual, inteligensi, sifat kepribadian,dan pilihan-pilihan individual. Diri adalah terpisah dari orang lain dan lingkungan. Dalam istilah Matsumoto (1996) disebut konstruk diri yang tergantung (Independent Construal of Self).
Dalam kerangka  budaya ini, nilai akan kesuksesan dan perasaan akan harga diri mengambil bentuk khas individualisme. Ketika individu sukses untuk melaksanakan tugas budaya, tidak tergantung pada orang lain, maka mereka lebih puas akan diri mereka dan harga diri mereka meningkat seiringnya. Keberhasilan individu adalah berkata usaha keras dari indiidu tersebut, dan diri serta masyarakatnya sangat menghargai keberhasilannya karena individu tersebut mampu menggapainya tanpa bantuan orang lain.
b)      Diri Kolektif/ Interdependent Construal of Self.
Budaya yang menekankan nilai diri kolektif sangat khas dengan ciri perasaan akan keterkaitan antar manusia satu sama lain, bahkan antar dirinya sebagai mikro kosmos dengan lingkungan di luar dirinya sebagai makro kosmos. Tugas normatif utama pada budaya ini adalah bagaimana individu memenuhi dan memelihara katerikatannya dengan individu lain.Tugas normatif depanjang sejarah adalah mendorong saling ketergantungan satu sama lain.
Individu fokus pada status keterakitan mereka dan penghargaan serta tanggung jawab sosialnya. Aspek terpenting dalam pengalaman kesadaran adalah intersubjective, saling terhubung antar personal. Antar satu individu dengan individu lain dalam budaya dengan diri kolektif, misalnya memiliki derajat kekolektifitasan yang tidak sama. Bagaimana individu melihat keberhasilannya, siapa yang menentukan, dan bagi siapa keberhasilannya tersebut, apakah oleh dan untuk individu, ataukah oleh dan untuk kolektif, derajatnya antar individu adalah tidak sama.