Showing posts with label bahasa. Show all posts
Showing posts with label bahasa. Show all posts

Thursday, July 28, 2016

Gaya Bahasa

Gaya Bahasa

Secara terperinci, gaya bahasa (channel) dapat dibagi menjadi dua, yaitu gaya lisan dan gaya tulis. Gaya lisan atau tulis ini tidak terkait erat dengan apakah bahasa itu diucapkan atau ditulis. Gaya lisan dan gaya tulis ini diklasifikasikan berdasarkan sifat alamiah bahasa yang sedang digunakan (the nature of language). Sebenarnya pembagian gaya bahasa lisan atau tulis ini tidak semata-mata bersifat dikotomis, tetapi perbedaan itu lebih merupakan suatu kontinum. Artinya, bahasa yang kita gunakan sehari-hari berada pada garis kontinum, yaitu lebih bersifat lisan, cenderung lisan, tengah-tengah antara lisan dan tulis, cenderung tulis, atau lebih bersifat tulis.
Di dalam realitas sehari-hari variasi gaya bahasa dapat jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan pembagian di atas. Akan ada gaya bahasa yang jatuh pada titik kontinum antara lisan dan cenderung lisan, antara cenderung lisan dan lisantulis, antara lisan-tulis dan cenderung tulis, dan antara cenderung tulis dan tulis yang bergantung pada konteks situasinya.
Ciri gaya bahasa lisan atau tulis ini pada dasarnya dibedakan menurut tingkat keabstrakan atau luwes dan padatnya bahasa yang digunakan. Bahasa lisan secara keseluruhan lebih konkret dan luwes, sedangkan bahasa tulis lebih abstrak dan padat. Pada sistem kebahasaan keabstrakan dan kepadatan bahasa dapat dilihat melalui sistem leksisnya: kongruen atau inkongruen, kepadatan leksikalnya: perbandingan antara leksis gramatikal dan leksis konten, sistem klausanya: simpleks atau kompleks, sistem kelompok nomina: simpleks atau kompleks, sistem gramatikanya: merujuk pada situasi komunikasi searah atau dua arah, serta penggunaan aspek kohesi tertentu.
Lebih lanjut, perbedaan bahasa lisan dan tulis dapat dirangkum sebagai berikut.

Perbedaan Bahasa Lisan dan Tulis

Bahasa Lisan
1. Sistem leksisnya lebih kongruen (sistem penyimpulannya langsung), serta lebih luwes karena sedikit abstraksi dan teknikalitas, rasio antara leksis konten dan gramatikalnya lebih dari 0,5.
2. Penggunaan gramatikalnya lebih merujuk pada situasi komunikasi dua arah, misalnya penggunaan vokatif (gramatika untuk memanggil seseorang), seperti John, sayang, Pak. Penggunaan kata ganti orang kedua: kamu, Anda dengan variasi pronomina orang keduanya: seperti Anda sekalian.
3. Sistem klausanya lebih bersifat kompleks karena klausa kompleks secara jelas menunjukkan hubungan logis antara kejadian yang satu dan yang lainnya. Klausa kompleks dengan kata sambung (eksternalnya): dan, tetapi, atau, walaupun, karena, sehingga, setelah, sebelum, dan lain- lain membuat logika lebih mudah dimengerti.
4. Sistem grupnya (nomina, verba, dan adjunct) lebih bersifat simpleks karena grup simpleks ini lebih jelas entitasnya (nomina), prosesnya (verba), serta lebih jelas sirkumstan-nya (adjunct).
5. Sistem kohesi yang digunakan banyak menggunakan repetisi karena dengan repetisi rujukannya menjadi lebih jelas; adanya elipsis yang membuat teks, seperti wacana percakapan.

Bahasa Tulis
1. Sistem leksisnya lebih inkongruen (penyimpulannya secara tidak langsung),serta padat karena banyak abstraksi dan teknikalitas, rasio leksis konten dangramatikalnya lebih banyak kurang dari 0,5.
2. Penggunaan gramatikalnya lebih merujuk pada situasi komunikasi satu arah. Tidakada vokatif, tidak mengadakan kata gantiorang kedua.
3. Sistem klausanya lebih bersifat simpleks karena penggunaan klausa simpleks lebih menutupi hubungan logis antara kejadian yang satu dan kejadian yang lain. Jikasuatu teks banyak menggunakan klausa simpleks, logika sering diekspresikan secara implisit atau menggunakan katasambung internal yang biasanya terletak pada bagian depan klausa simpleks(kalimat simpleks), misalnya sementara itu,oleh karena itu, lebih lanjut, dan pada sisi lain.
4. Sistem grupnya lebih bersifat kompleks, terdapat pre dan post modifier (embedding) di dalam kelompok nominanya dengan verba ganda serta modifiernya pada kelompok verba, sertaadanya embedding frasa benda di dalamkelompok adjunct.
5. Sistem kohesinya jarang menggunakan repetisi, hanya jika terpaksa untuk menghindari ambiguitas rujukan.Tidak adanya penggunaan elipsis yangmembuat seolah-olah seperti wacana percakapan.

Karena tingkat abstraksi dan keluwesan gaya bahasa lisan atau tulis ini, sering gaya bahasa lisan atau tulis ini dikaitkan dengan ragam bahasa lainnya. Misalnya, anak sering menggunakan bahasa ragam lisan karena tingkat pemikiran anak yang lebih konkret serta logika anak yang sederhana untuk mengekspresikan hubungan kejadian yang satu dengan kejadian yang lainnya. Di pihak lain, orang tua sering menggunakan ragam bahasa yang lebih cenderung tulis karena orang tua lebih banyak berpikir secara abstrak dengan logika yang lebih rumit. Bahasa akademik lebih bersifat tulis karena sistemnya secara keseluruhan lebih abstrak dan logika implisit dan leksis yang lebih padat. Bahasa awam lebih cenderung bergaya lisan karena orang awam lebih berpikir konkret dan lebih luwes dengan logika yang lebih eksplisit.
Berdasarkan asumsi di atas, setiap ragam bahasa, seperti ragam jurnalistik, hukum, sastra, atau seni dapat dikategorikan menurut gaya bahasa lisan atau tulis dengan berbagai kecenderungannya. Untuk memberikan contoh yang lebih jelas, lihat teks berikut ini. Teks yang diambil dari teks iklan ini akan dilihat aspek konteks situasinya: medan, pelibat, dan sarananya. Selain itu, subaspek perlibat: afek, status, dan kontak, serta subaspek saran:gaya bahasa dan medianya juga akan dibahas.

Sumber : buku k13 Bahasa Indonesia kelas XI

Friday, June 24, 2016

Register dan Gaya Bahasa

Register dan Gaya Bahasa

Seperti yang telah sedikit disebutkan di atas, register merupakan konsep semantis yang dihasilkan dari suatu konfigurasi makna atau konfigurasi kontekstual antara medan, pelibat, dan sarana di dalam konteks situasi tertentu. Konfigurasi makna tersebut membatasi penggunaan/pilihan makna dan sekaligus bentuknya untuk mengantar sebuah teks di dalam konfigurasi itu. Dengan demikian, register merupakan tidak hanya konsep bentuk, tetapi juga sebetulnya konsep makna. Jika di dalam suatu konfigurasi makna tertentu register memerlukan bentuk ekspresi tertentu, hal itu disebabkan oleh bentuk ekspresi diperlukan untuk mengungkapkan makna yang dibangun di dalam konfigurasi tersebut. Dalam pengertian ini, register sama dengan pengertian gaya bahasa (style), yaitu suatu varian bahasa yang berdasarkan penggunaannya (lihat Lyons, 1990, 1987). Bahkan, Fowler (1989) mengatakan bahwa register atau gaya bahasa termasuk bahasa yang digunakan dalam karya sastra, seperti puisi, novel, atau drama. Ia berpendapat demikian walaupun para sastrawan mengklaim bahwa karya sastra merupakan dunia kreasi tersendiri. Bahasa sastra merupakan sistem semiotika tingkat kedua (second order semiotic system). Bahasa hanya sebagai medianya yang hanya merupakan sistem semiotika tingkat pertama (first order semiotic system). Menurut Fowler (1989), keseluruhan sistem semiotik tersebut, baik yang tingkat pertama maupun kedua, tetap saja direalisasikan ke dalam bahasa yang merupakan media karya sastra tersebut.
Medan (field) merujuk pada apa yang sedang terjadi, sifat proses sosial yang terjadi: apa yang sedang dilakukan oleh partisipan dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Medan ini juga menyangkut pertanyaan yang terkait dengan lingkungan kejadian, seperti kapan, di mana, bagaimana kejadian itu terjadi, dan mengapa kejadian itu terjadi. Di dalam contoh “mengajar”, medan merujuk pada peristiwa mengajarnya itu sendiri, cara yang digunakan dalam mengajar, yaitu ceramah, topik yang dibahas, tempat dan waktu mengajar, serta tujuan mengajar. Aspek medan ini di dalam teks dapat dilihat melalui struktur teks, sistem kohesi, transitivitas, sistem klausa, sistem kelompok, nomina, verba, atau adjektiva, serta sistem leksis: abstraksi dan teknikalitas, serta ciri dan kategori semantiknya.
Pelibat (tenor) merujuk pada siapa yang berperan di dalam kejadian sosial tersebut, sifat partisipan, termasuk status serta peran sosial yang dipegangnya: peran sosial yang bagaimana yang dipegang setiap partisipan, termasuk hubungan status atau peran permanen atau sesaat. Pelibat juga merujuk pada peran bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan hubungan peran dan status sosial di dalamnya.
Di dalam contoh mengajar itu yang termasuk di dalam pelibat ialah partisipan (guru dan murid serta hubungan peran dan status sosial mereka seperti yang tampak pada bahasa yang mereka gunakan untuk mengekspresikan hubungan peran serta status sosial mereka masing- masing). Aspek pelibat juga mempunyai tiga subbagian, yaitu afek, status, dan kontak. Afek ialah penilaian (assesment, evaluation, dan judgement) antarpartisipan di dalam teks. Penilaian ini secara umum dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu penilaian positif dan negatif. Akan tetapi, di dalam analisis teks penilaian positif atau negatif ini dapat dijelaskan melalui komponen semiotik yang digunakan di dalam teks tersebut. Untuk penilaian positif, antara lain dapat dikatakan apakah partisipannya mendukung atau menyetujui pendapat partisipan yang lain; apakah partisipan yang satu sedang menghargai dan menyanjung partisipan yang lain. Untuk penilaian negatif, dapat terlihat apakah partisipan yang satu sedang menyerang, mengkritik, mengejek, mencela, atau tidak menyetujui pendapat partisipan yang lainnya. Dari penilaian itulah sebetulnya kita dapat melihat ideologi partisipan yang satu terhadap partisipan yang lainnya. Dalam sistem kebahasaannya, afek ini dapat diinterpretasikan dari sistem fonologi/ grafologi, leksisnya: deskriptif atau atitudinal, struktur mood-nya: proposisi atau proposal, transitivitas, struktur temanya, kohesi, dan struktur teks, serta genrenya. Aspek pelibat yang kedua, yaitu status, membahas hubungan status sosial atau hubungan peran partisipannya. Secara umum, hubungan peran dan status sosial ini dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu hierarkis/vertikal, dan nonhierarkis/horizontal.
Di dalam analisis, status sosial dan hubungan peran itu harus dijelaskan status sosial yang seperti apa serta peran sosial apa yang sedang diperankan oleh partisipan di dalam suatu teks, misalnya status dan peran sosial partisipan lebih bersifat otoriter:
tertutup seperti atasan-bawahan atau dokter-pasien atau mungkin lebih bersifat demokratis: terbuka seperti hubungan antaranggota parlemen, antardosen, atau antarmahasiswa. Secara semiotis, hubungan status dan peran sosial ini dapat dilihat melalui fonologi, grafologi, leksis: deskriptif atau atitudinal, struktur mood: proposisi atau proposal, transitivitas, struktur tema, kohesi, dan struktur teks beserta genrenya.
Subaspek yang terakhir, yaitu kontak, mengevaluasi penggunaan bahasa yang sedang digunakan di dalam teks tersebut. Apakah bahasa yang sedang digunakan tersebut familier atau tidak. Artinya, semua partisipan yang terlibat di dalamnya memahami dan mengerti bahasa yang sedang digunakan di dalam teks (proses sosial verbal) tersebut.
Jika ditinjau lebih lanjut, kontak ini menyangkut tingkat keterbacaan (readability) suatu teks yang sedang digunakan, dalam pengertian apakah teks itu terlalu sulit, sulit, mudah, atau terlalu mudah untuk dimengerti. Untuk mencari tahu kontak (familiaritas dan keterbacaan ini) seluruh aspek kebahasaan, dari aspek yang tertinggi sampai aspek yang terendah (struktur teks: pembukaan, isi, dan penutupnya jelas atau membingungkan, linier atau spiral, kohesi: rujukannya jelas atau membingungkan, sistem klausanya: simpleks, simpleks dengan penyematan (embbeding), kompleks dengan penyematan (embbeding), sistem grupnya (nomina, verba, adjunct): simpleks atau kompleks, sistem leksisnya: kongruen atau inkongruen, menggunakan abstraksi atau teknikalitas, serta fonologi atau grafologinya harus diukur.
Sarana (mode) merujuk pada bagian yang diperankan oleh bahasa, apa yang diharapkan partisipan dengan menggunakan bahasa dalam situasi tertentu itu: organisasi simbolis teks, status yang dimilikinya, fungsinya di dalam konteks tersebut, termasuk saluran (channel), apakah bahasa yang digunakan termasuk bahasa tulis atau lisan atau gabungan. Termasuk di dalam sarana ialah makna retorisnya:
apa yang diinginkan teks tersebut termasuk dalam kategori: persuasif, ekspositori, didaktis, atau yang lainnya. Aspek sarana ini juga melibatkan medium yang digunakan untuk mengekspresikan bahasa tersebut: apakah mediumnya bersifat lisan dengan komunikasi satu arah (one-way) atau komunikasi dua arah (two-way): audio, audiovisual, visual, misalnya tutorial, pidato, siaran radio, atau televisi, dialog, seminar, atau khotbah; atau tulis/cetak yang bersifat komunikasi satu arah atau dua arah, seperti koran, majalah, tabloid, spanduk, papan iklan, atau surat-menyurat.
Dalam contoh lain yang termasuk di dalam aspek sarana ialah varian bahasa lisan: ngoko dan kromo yang digunakan oleh partisipan di dalam medium rembug desa atau sarasehan. Teks yang digunakan merupakan satu kesatuan aktivitas sosial yang bersifat persuasif dengan argumen logis atau hortatoris serta mediumnya ialah musyawarah dengan berbagai aturan tempat dan tata letak (proksemik), cara bermusyawarah, dan lain-lain.

Sumber : buku k13 Bahasa Indonesia kelas XI

Monday, May 9, 2016

Pengertian Register

Pengertian Register

Register secara sederhana dapat dikatakan sebagai variasi bahasa berdasarkan penggunaannya. Register berbeda dengan dialek, yang merupakan variasi bahasa berdasarkan penggunanya. Dalam pengertian ini, register tidak terbatas pada variasi pilihankata saja (seperti pengertian register dalam teori tradisional), tetapi juga termasuk dalam pilihan penggunaan struktur teks dan teksturnya: kohesi dan leksikogramatika, serta pilihan fonologi atau grafologinya. Karena register meliputi seluruh pilihan aspek kebahasaan atau linguistis berdasarkan konteks dan tujuannya, banyak para ahli bahasa atau linguis menyebut register sebagai gaya bahasa (Fowler, 1989). Variasi pilihan bahasa pada register bergantung pada konteks situasi, yang meliputi tiga variabel: medan, pelibat, dan sarana yang bekerja secara simultan untuk membentuk konfigurasi kontekstual atau konfigurasi makna.
Variasi bahasa pada dialek terjadi atas faktor letak geografis dan strata sosial.
Berdasarkan letak geografis, misalnya, di dalam bahasa Jawa terdapat dialek Jawa Timuran, Jawa Pesisiran, Surakartan, Yogyakartan, dan Banyumasan. Berdasarkan strata sosial, dialek didasarkan pada struktur hierarkis di dalam sistem kekerabatan, struktur hierarkis status sosial, struktur hierarkis profesi. Misalnya, di dalam bahasa Jawa terdapat bahasa Jawa Ngoko, Kromo Madya, dan Krama Inggil. Secara umum, Halliday (dalam Halliday dan Hasan, 1985) membedakan register dan dialek sebagai berikut.

Perbedaan Register dan Dialek

Dialek
1. Variasi bahasa berdasarkan pengguna bahasa; dialek merupakan variasi bahasa yang digunakan setiap hari; dan ditentukan oleh geografis atau sosiologis Siapa Anda (daerah dan/atau asal kelas sosial dan/atau kelas sosial yang diadopsi.
2. Dialek menunjukkan asal geografis dan struktur sosial atau tipe hierarki sosial penggunanya.
3. Oleh karena itu, pada dasarnya dialekmengatakan hal yang sama secara berbeda. Dialek cenderung berbeda dalam hal fonetik, fonologi, kosakata, dan beberapa hal tata bahasa, tetapi tidak pernah berbeda di dalam semantik.
4. Contoh ekstrem dialek ini adalah “antibahasa”, prokem, dan bahasa ibu.
5. Contoh lain adalah variasi subkultur: kasta, kelas sosial, keaslian (rural atau urban), generasi (orang/anak), usia (tua/muda), dan seks (pria/wanita) (lihat juga Chambers dan Trudgill, 1980; Lyons, 1981 untuk membandingkannya dengan register

Register
1. Variasi bahasa berdasarkan penggunaan bahasa. Register adalah bahasa yang digunakan pada saat tertentu dan ditentukan oleh apa yang Anda kerjakan, dengan siapa, dan dengan menggunakan sarana apa.
2. Register menunjukkan tipe proses sosial yang sedang terjadi.
3. Oleh karena itu, pada hakikatnya register mengatakan hal yang berbeda. Register cenderung berbeda dalam bidang semantik, berbeda tata bahasa dan kosakatanya (sebagai ekspresi makna), tetapi jarang berbeda dalam fonologinya (menuntut kualitas suara yang khas).
4. Contoh ekstrem register adalah bahasa terbatas dan bahasa untuk tujuan khusus.
5. Contoh lain adalah variasi profesi (ilmiah, teknologis), kelembagaan (doktor-pasien; guru-murid) dan konteks-konteks lain yang mempunyai struktur dan strategi tertentu (seperti dalam diskusi, belanja, dan ngobrol) (dimodifikasi dari Halliday dan Hasan, 1985)

Yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah bahwa di dalam dialek anggota masyarakat terdapat ikatan afektif yang sangat kuat dengan dialeknya karena dialek dapat mengekspresikan identitas daerah dan struktur sosial. Dialek dapat juga digunakan sebagai media komunikasi untuk mengatur hierarki sosialnya. Oleh karena itu, dialek akan mempunyai status tertentu sebagai simbol suatu masyarakat.
Sebaliknya, register ditentukan oleh konfigurasi semantik yang secara khusus dihubungkan dengan konteks situasi tertentu (seperti yang ditentukan oleh medan, pelibat, dan sarana tertentu).Akan tetapi, garis batas antara register dan dialek tidak selalu terlihat jelas. Ada titik- titik tertentu yang menunjukkan bahwa dialek dan register tumpang tindih. Misalnya, dalam dunia kerja terdapat pembagian tingkatan pekerja: buruh, staf pegawai, manager, dan direktur. Setiap anggota tingkatan mempunyai ciri dan peran sosial yang berbeda. Anggota setiap tingkatan tersebut mempunyai register dan sekaligus dialek. Sebagai buruh, manager, atau direktur, mereka mempunyai ciri kebahasaan yang sesuai dengan jabatannya. Akan tetapi, ketika mengadakan pertemuan, buruh, manager, dan direktur menggunakan juga register pertemuan untuk mencapai tujuan pertemuan tersebut. Jadi, di dalam bahasa terdapat percampuran antara bahasa buruh, manager, dan direktur sebagai dialek dan bahasa pertemuan sebagai register.
Dalam kasus lain, misalnya, banyak penelitian di dalam dunia pendidikan pada anak- anak yang berasal dari kelas sosial yang berbeda. Di dalam sekolah, misalnya, anak-anak yang berasal dari kelas sosial menengah dan atas dapat dengan mudah mengikuti pelajaran sekolah karena mereka sudah terbiasa dengan register sekolah dengan baik. Hal itu terjadi karena di rumah mereka diperkenalkan bahasa sekolah oleh orang tua mereka. Pada saatyang sama, anak-anak dari kalangan kelas sosial bawah mendapat kesulitan dengan pelajaran sekolah karena bahasa yang diperkenalkan oleh orang tua mereka merupakan bahasa terbatas yang masing-masing dipengaruhi oleh dialek di lingkungan mereka (Bernstein dalam Cook-Gumperz, 1986).
Banyak penelitian sejenis yang menunjukkan hasil yang sama, misalnya penelitian Brian Gray (1986), yang meneliti bahasa anak sekolah orang kulit putih dengan anak aborigin di Australia, kemudian Michaels dan Heath yang melihat bahasa anak dan orang kulit hitam dan kulit putih di Amerika Serikat. Anak Aborigin dan anak kulit hitam mendapat kesulitan untuk memahami register sekolah karena di rumah mereka hanya mengenal dialek mereka (dalam Cook-Gumperz, 1986).

Sumber : buku k13 Bahasa Indonesia kelas XI

Sunday, May 8, 2016

Proses Menulis (Writing Process):

Proses Menulis (Writing Process):

Agar siswa dapat menulis dengan baik, mereka harus mengikuti proses penulisan. Guru harus menetapkan standar proses penulisan. Guru harus selalu ingat untuk tidak mengecilkan pekerjaan siswa, atau menjatuhkan harga diri siswa, akan tetapi selalu memberi motivasi dan masukan yang positif dan kritik yang membangun.

Proses penulisan meliputi langkah-langkah berikut ini:

• Prewriting: terdiri dari curah gagasan (brainstorming), mempertimbangkan tujuan penulisan, sasaran dan audiens. Siswa dapat menggunakan graphic organizer atau mind map.

• Drafting: Siswa membuat outline atau draft. Bagian ini hanya berupa struktur atau kerangka penulisan dan guru dapat memberikan input dan saran kepada siswa.

• Revising and Editing: guru akan membaca draft yang dibuat siswa, dan memberi feedback. Guru harus menunjukkan bagaimana cara merevisi aspek-aspek tertentu yang dianggap perlu. Siswa harus diberi dorongan untuk menulis kembali sesuai dengan masukan yang telah diberikan.

• Rewriting: Siswa menuliskan perubahan-perubahan yang diperlukan dan menyelesaikan draft akhir penulisannya.

• Publishing: Setelah siswa menyelesaikan draft akhirnya, guru mendorong siswa untuk mempublikasikan hasil karyanya dengan berbagai cara, misalnya memasukkannya ke dalam blog, koran/ majalah sekolah, majalah dinding, buletin sekolah, dinding kelas, dan lain-lain. Hal ini dapat meningkatkan motivasi untuk menulis yang lebih baik lagi di kesempatan berikutnya. (adapted from www. edu.gov.on.ca)

Sumber : buku Bahasa Inggris kelas xi K13

Strategi Membaca (Reading Strategy)

Strategi Membaca (Reading Strategy)

Guru dapat menggunakan strategi-strategi berikut ini untuk kegiatan membaca di kelas:

• Comprehension Monitoring
Membagi kegiatan membaca menjadi pre-reading, during reading, dan post reading.
• Pre reading: siswa fokus pada personal dan genre connection
• During reading: siswa dapat memusatkan perhatian pada kegiatan:
     * Bertanya (Questioning); Siswa membuat pertanyaan untuk memahami teks. Misalnya: Apa yang sedang saya baca? Apa artinya? Mungkinkah itu? Dapatkah itu terjadi?
     * Memvisualisasikan (Visualizing); siswa menciptakan gambaran atau film dalam pikirannya selama proses membaca teks. Siswa membuat gambaran cerita dalam pikirannya.
• Post reading: Siswa dapat memusatkan perhatian pada: Pertanyaan-pertanyaan untuk diskusi (Discussion questions): siswa memikirkan dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan isi teks.
Inferring: siswa menggunakan clues untuk memahami isi teks.
Summarizing: siswa menjelaskan hal-hal penting dari isi teks
Evaluating: siswa memberikan penilaian terhadap apa yang mereka baca.
Synthesizing: memetakan segala hal terkait isi teks untuk melihat kembali dengan suatu cara tersendiri.

• Cooperative Learning
Ini adalah suatu strategi yang bisa dipastikan bahwa semua siswa terlibat dalam pembelajaran. Strategi ini akan membantu mengurangi kompetisi di antara siswa, dan lebih mendorong siswa untuk belajar. Siswa biasanya bekerja dalam kelompok. Oleh karena strategi ini akan sering digunakan maka guru harus mengatur ruangan sedemikian rupa untuk memfasilitasi kegiatan belajar kelompok ini.

• Graphic Organizers/Story Maps
Graphic organizer/story map memberikan peta pikiran yang jelas pada pembaca, dan itu dapat digunakan selama siswa membaca atau sesudahnya. Itu juga dapat digunakan saat siswa kerja kelompok atau secara individu. Ada beberapa jenis graphic organizer yang dapat digunakan antara lain Compare/Contrast, Diagram Venn, diagram Hyrarki, dan Matriks. Membuat story map adalah cara yang bagus untuk mempelajari elemen-elemen suatu teks.

• Question Answer
Pendekatan yang paling umum dan sering digunakan untuk memahami suatu teks adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan pemahaman bacaan dan mendiskusikannya.
Contoh pertanyaan:
• Explain why….?
• Explain how….?
• How does…affect…?
• What is the meaning of…?
• Why is …important?
• What is the difference between … and…..?

Sumber : buku Bahasa Inggris kelas xi K13
Kegiatan Pembelajaran bahasa Inggris yang terdiri dari :

Kegiatan Pembelajaran bahasa Inggris yang terdiri dari :

a. Pre-Reading Activity
Kegiatan pra-membaca ini mencakup dua hal, yaitu yang pertama adalah Personal Connection yaitu kegiatan yang membuat siswa merasakan hubungan pelajaran yang akan mereka pelajari dengan dirinya dan kehidupannya. Personal Connection membantu memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang akan mereka pelajari. Yang kedua adalah Genre Connection. Bagian ini memberikan informasi kepada siswa jenis teks (genre) yang akan mereka baca. Apa genre teks yang akan mereka baca dan kedudukan genre teks tersebut dalam literatur. Serta siapakah penulis terkenal untuk jenis penulisan (genre) tersebut. Bagian ini akan membangun hubungan antara siswa dengan teks yang akan dipelajari

b. Reading Activity
Pada bagian ini dijelaskan bagaimana proses kegiatan membaca dilaksanakan dan bagaimana tekniknya agar siswa dapat memahami bacaan tersebut dengan mudah.

c. Post-Reading Activity
Kegiatan ini terdiri dari dua hal yaitu Discussion dan Personal Journal Writing. Pada kegiatan Discussion seluruh kelas harus berpartisipasi dalam menyampaikan gagasan dan pemikirannya berkaitan dengan teks yang sudah dipelajari. Guru berperan sebagai fasilitator. Sedapat mungkin guru tidak melakukan intervensi kecuali diperlukan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melibatkan siswa untuk berpartisipasi secara lisan untuk menyampaikan pemahamanannya terhadap teks yang dipelajari. Kegiatan ini juga dapat memonitor sejauh mana reaksi dan respon pribadi siswa terhadap teks yang dipelajari. Tujuan kegiatan ini juga untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, dan keberanian mengemukakan ide atau gagasan.
Sedangkan Personal Journal Writing adalah sarana yang bisa digunakan siswa untuk menuliskan atau melakukan refleksi terhadap apa yang ada dalam pemikirannya, mencatat hasil pengamatannya, untuk membayangkan, atau menghubungkan infromasi yang baru diterimanya dengan apa yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Jika siswa mau mereka dapat menceritakan apa yang mereka tulis dalam jurnalnya kepada temannya, tanpa ada keharusan dari guru untuk melakukannya.

d. Building Blocks
Bagian ini berisi penjelasan tentang konsep-konsep kebahasaan yang dipelajari dalam tiap-tiap bab, serta contoh-contoh penerapan dan penggunaannya dalam komunikasi sehari-hari termasuk di dalamnya tata bahasa, kosakata, dan pelafalan. Building blocks memberikan penjelasan dan informasi yang memungkinkan siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan membangun kemampuan berbahasa yang benar.

e. Let’s Practice
Bagian ini berisi latihan-latihan yang dapat dikerjakan siswa untuk menguji pemahaman mereka tentang konsep-konsep kebahasaan yang telah dipelajarinya pada bagian Buliding Blocks dan meningkatkan keterampilan siswa dalam berbahasa.

f. Active Conversation
Kegiatan pada bagian ini memberi peluang kepada siswa untuk secara aktif mengemukakan pikiran dan pendapatnya dalam Bahasa Inggris sesuai konsep yang dipelajari dan konteks yang dihadapi. Kegiatan ini juga memberi kesempatan kepada siswa untuk menganalisa dan memahami pemikiran orang lain. Kegiatan ini juga memberikan ruang yang besar kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

g. Writing Connection
Kegiatan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dikembangkan. Kegiatan pada bagian ini membiasakan siswa untuk mengemukakan ide atau gagasannya dalam bentuk tulisan sesuai dengan konsep kebahasaan yang dipelajari dan konteks yang dihadapiSiswa juga dibiasakan untuk menerapkan tahapan-tahapan penulisan sampai mereka berhasil menghasilkan suatu tulisan yang sesuai dengan ketentuanketentuan yang ditetapkan oleh guru/diminta. Keberhasilan menulis sangat tergantung dari sikap, motivasi, dan ketertarikan siswa. Oleh karena guru memgang peranan penting dalam menumbuhkan keinginan dan motivasi untuk menulis pada diri siswa.

h. Let’s Create & Contribute
Kegiatan ini adalah kegiatan yang bertujuan membiasakan siswa untuk menerapkan ilmu yang sudah mereka pelajari. Siswa dilatih untuk peduli terhadap lingkungan dan berpikir kritis untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi lingkungan mereka, setidaknya lingkungan sekolah mereka. Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berkreasi. Kegiatan pada bagian ini juga bertujuan agar siswa membiasakan diri untuk bekerja bersama dan berkolaborasi dalam kelompok untuk menghasilkan suatu pemikiran atau karya dan membangun hubungan interpersonal yang kuat di antara anggota komunitas kelas.

i. Parent Connection
Kegiatan pada bagian ini bertujuan agar terjalin interaksi yang baik antara siswa dan orangtua. Melalui kegiatan ini orangtua dapat mengetahui apa yang dipelajari putera-puterinya di sekolah dan dapat ikut memberikan perhatian dan dukungan bagi perkembangan belajar putera-puterinya.

j. Evaluation
Bagian ini menjelaskan jenis dan teknik evaluasi yang akan dilakukan terhadap proses maupun hasil belajar siswa.

k. Enrichment
Bagian ini menjelaskan alternatif kegiatan yang adapat dilakukan sebagai pengayaan bagi siswa yang membutuhkan. Kegiatankegiatan alternatif tersebut bisa diubah atau diganti sesuai kreatifitas guru.

l. Remedial
Remedial adalah kegiatan yang harus menjadi perhatian guru untuk dilaksanakan jika dalam setiap bab pembahasan terdapat siswa yang belum memahami konsep yang diajarkan dengan baik. Kegiatan remedial tersebut bisa berupa pengulangan konsep, penambahan latihan, atau pengulangan tes, tergantung dari kebutuhan dan kondisi kemampuan siswa.

m. Teacher’s Reflection
Pada bagian ini guru dapat menuliskan hal-hal yang menjadi bahan refleksi bagi guru setelah selesai membahas suatu bab pembelajaran. Hal ini penting dilakukan agar guru sebagai bahan evaluasi dan acuan perbaikan proses pembelajaran pada bab-bab selanjutnya.

Sumber : buku Bahasa Inggris kelas xi K13

Wednesday, January 20, 2016

contoh surat lamaran

contoh surat lamaran

Surabaya , 15 Desember 2015

Kepada Yth
HRD Manager
PT...............................



Dengan Hormat,

Berdasarkan informasi yang saya dapat dari seorang teman Bp. .............................. , bersama ini saya mengirimkan aplikasi untuk dapat bekerja di perusahaan yang Bapak / Ibu pimpin sebagai Supervisor ( SPV ).

Saya memiliki pengalaman kerja yang luas di bidang Marketing terutama di bidang sales dan adm marketing selama kurang lebih 8  tahun.

Saya memiliki latar belakang pendidikan S1 di bidang Akuntansi. Dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja saya ini, saya yakin saya dapat berkontribusi dalam perusahaan yang Bapak / Ibu pimpin.

Bersama ini saya lampirkan resume saya, dan sangat mengharapkan di beri kesempatan untuk dapat diterima bekerja di perusahaan Bapak / Ibu.


Hormat Saya,


Thursday, December 17, 2015

contoh SURAT PERNYATAAN

contoh SURAT PERNYATAAN

SURAT PERNYATAAN
BERSEDIA DITEMPATKAN DAN BEKERJA DIMANA SAJA

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama                          : ………………………………………………………………………………………………………
Tempat tanggal lahir  : ………………………………………………………………………………………………………
Pendidikan                  : ………………………………………………………………………………………………………
Alamat                                    : ………………………………………………………………………………………………………

dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa apabila saya diterima menjadi karyawan Perum Perikanan Indonesia Tahun 2015, saya bersedia ditempatkan dan bekerja dimana saja di seluruh wilayah Republik Indonesia pada Cabang/Unit Bisnis Perum Perikanan Indonesia.

Apabila saya tidak memenuhi pernyataan ini, saya bersedia diberhentikan dengan tidak hormat sebagai karyawan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.


………………, …………………………2015
      Mengetahui,                                                                              Yang membuat pernyataan,
Materai
Rp. 6.000,-
 
       Orang Tua,                                                                                              
                                                                                                Materai
                                                                                                Rp. 6.000,-

(………..……………..)                                                                                (…………………………………..)

Saturday, November 15, 2014

how to edit

how to edit

When you sit down to write copy, don't try to get it perfect the first time. It won't happen. And if you go down this road, you'll find it's a sure way to "copywriters block" - a blank page and a blank mind!
Start with a short list of points that you want to get over - and then just start writing. Only write enough to cover all the points you need - then stop.
Now it's time to start editing - polishing and refining, until you are 95% satisfied with it (you'll never be 100% satisfied).
When you are editing, bear these points in mind, particularly if you are writing for the web:
79% of users scan the page instead of reading word-for-word. So use bullet points, and highlight key words. Highlight only key information-carrying words.
Reading from computer screens is 25% slower than from paper
Web content should have 50% of the word count of its paper equivalent
How To Cut The Length Of Copy
The chances are that whatever you write initially will be far too long. Here's a way to drastically cut copy length. It sounds a ridiculous way - until you have tried it.
Print out your copy (if it's on a word processor) and then, without thinking about the meaning, cross out every third word.
Clearly, you will have crossed out words which are vital to the sense of your copy, and you will need to reinstate them. But what this technique does is to draw your attention to words which may not be important.
You will find that, although your copy may not be cut by as much as a third, you'll probably achieve a 25% reduction.
Improving Readability
Lists:
You can include a greater number of lists on a web page than on a printed paper page.
Use numbered lists when the order of entries is important.
Use unnumbered lists whenever the sequence of the entries is not important.
Limit the number of items in a single list to no more than nine.
Generally, limit lists to no more than two levels: primary and secondary.
Captions:
Make sure that the caption uniquely identifies the illustration or table. For example, do not give the same name to the caption as you have given to a head on the same page or another page.
Caption illustrations except when the context is so clear that captions would be redundant.
Don't number illustrations sequentially by chapter, section, or the like. If a screen capture has more than one illustration to which you must refer, use a simple numbering scheme (Figure 1, Figure 2). If you follow the "one topic per screen" guideline, however, figure numbers usually won't be necessary.
Don't include figure captions unless you need them or have a lot of conceptual or reference material.
Hyperlinks:
Don't use a hypertext link if the information can be succinctly presented on the current page.
Don't mention that you are providing links at all.
Use a description of the information to be found in the link, or perhaps the link address.
Use hyperlinks to provide supplemental information like definitions of terms and abbreviations, reference information, and background reading.
When you are satisfied with what you have written, it's time to see if others agree with you. It's time to start testing your copy..

This report is© 2007 Traynor Kitching & Associates ("TKA"), York, UK. You are granted a licence to distribute this report however you wish, provided that none of the material is changed. TKA accepts no responsibility for how you use this material, which is for educational purposes only. No guarantees are intended or implied.

Tuesday, November 11, 2014

Universal Grammar

Universal Grammar


Universal grammar is a theory in linguistic that suggest that there are properties that all possible natural human languages have.
The goal of the linguist is to determine what it is that native speakers know about their native language which enables them to speak and understand the language, and how this linguistic knowledge might be represented in the mind/brain: hence,
in studying language, we are studying a specific kind of cognition (i.e. human
knowledge).In work in the 1960s, Chomsky drew a distinction between competence (the
native speaker’s tacit knowledge of his or her language) and performance (what
people actually say or understand by what some one else says on a given occasion). a theory of universal grammar must provide with the tool needed to provide a descriptively adequate grammar for any and every human I-language.

1.2 The Language Faculty
An acquisition theory is concerned with the question of how children acquire grammars of their native language. Children generally produce their first word by around the age of twelve months. For the next six months, they development their speech production. At around the age of eighteen months children start to make productive use of inflections and similarly start to produce elementary two-and three-word utterance. And by the age of around thirty months, they acquired a wide variety of the inflections and core grammatical constructions and are able to produce adult-like sentences.


Chomsky maintains that the most plausible explanation for the uniformity and rapidity of first language acquisition is to posit that the course of acquisition is determined by a biologically endowed innate faculty of language/FL. The acquisition process can be presented schematically:
However, Chomsky notes that some properties of human language may reflect principle of biology more generally, and perhaps even more fundamental principle about the natural world. Accordingly: development of language in individual must involve three factors: 1). genetic endowment, which sets limit on the attainable languages, thereby making language acquisition possible; 2). external data, converted to the experience that selects one or another language within a narrow range; 3). principles not specific to FL.

1.3 Principles of Universal Grammar
Principles of universal grammar
Children can in principle acquire any natural language as their native language
The language faculty must incorporate a theory of Universal Grammar/UG which enables the child to develop a grammar of any natural language on the basis of suitable linguistic experience of language. We can uncover the principles is that since the relevant principles are posited to be universal, it follows that they will affect the application of every relevant type of grammatical operation in every language. Thus, detailed analysis of one grammatical construction in one language could reveal of evidence of the operation of principles of UG.
There is question-formation in englisg which is called an echo question and a non-echo question. It happens because of The movement operations (auxiliary inversion and wh-movement).
The movement operations are subject to the same locality condition suggests that one of the principles of UG incorporated into the language faculty is called Locality Principle. Since Ug principles which are innately endowed are wired into the language faculty and so do not have to be learned by the child, this minimises the learning load placed on the child, and thereby maximises the learnabilityof natural language grammars.
1.4 Parameters
Language acquisition involves not only lexical learning but also some grammatical learning. The obvious way to determine just what aspects of the grammar of their native language children have to learn is to examine the range of parametric variation found in the grammars of different (adult) natural language. We can describe the differences between the two types of language by saying that Italian is a null-subject language, whereas English is a non null subject language. Thus, another of variation between languages is the wh-parameter, a parameter which determines whether wh-expressions are fronted. (i.e. moved to the front of the overall interrogative structure containing them) or not. Wh movement (i.e. movement of wh-expression to the front of the sentences). In formal terms, we can say that English is a head first language, whereas Korean is a head last language.

1.5 Parameter-setting
The theory of parameters outlined in the previous section has important implications for a theory of language acquisition.
The acquisition of grammar involves the twin tasks of lexical learning and structural learning with the latter involving parameter setting. There are two types of evidence (positive and negative evidence). We concluded that the acquisition of grammar involves the twins tasks of lexical learning and parameter setting,. We went on to ask what kind of evidence children use in parameters, and concluded that they use positive evidence from their experience of the occurrence of specific types of structure.

Saturday, November 8, 2014

factors that influence the students’ reading

factors that influence the students’ reading

There are two factors that influence the students’ reading comprehension achievements and they are related one another, they are: internal factor and the external factor.

2.6.1 The Internal Factor
The internal factor means the factor which come from the reader himself (Kahayanto, 2005:13). Or usually known as personal factor, because the factor has existed inside the reader. This factor dealt with self-motivation and interest.

2.6.1.1 Motivation
Motivation plays an important role in comprehending the text. The students will be motivated to read when they fell that they need something from the text. Brown (2001:75) divided the motivation theory into two kinds, they are: intrinsic and extrinsic motivation.
Edward Deci in Brown (2001:76) defined intrinsic motivation, as follow:
“Intrinsically motivated activities are ones from which there is no apparent reward except the activity itself. People seem to engage in the activities for their own sake and not because they lead to an extrinsic reward. It is aimed at bringing about curtaining internally rewarding consequences, namely, feelings of competence and self-determination.”

On the other one, extrinsic motivation defined by him as extrinsically motivated behaviors that carried out in anticipation of a reward from outside and beyond the self. Such as; money, prizes, grades, and even certain of positive feedback.

2.6.1.2 Interest
The purpose of the chapter

The purpose of the chapter

The purpose of the chapter to review literature related to (a) errors and mistake, (b) errors analysis, and (c) English simple past tense.

2.1. Errors and Mistakes
Many linguists have defined differently what an error is based on their own concept. Vicki Fromkin and Robert Rodman (1978: 361) states that the human brain is able not only to acquire and store the mental grammar, but also access that linguistic store house to speak and understand what is spoken, meaning they are against the grammatical rule of the language and result in unacceptable utterances, in second language learning they occur because the learner has not internalized the grammar of the second language. In order words, the student arise out of lack of competence, therefore errors are systematical. Furthermore, they make a distinction between errors, mistakes, and lapses.
Mistakes arise when the speaker fails to match the language to the situation and result in appropriate utterances. Lapses, in the other hand, arise out tiredness, nervousness; or stain which result in slip of tongue, false starts confusion of structure, etc. Both mistake and lapses are not systematical and belong to phenomena of performance.
Unlike the two definitions mentioned above, Dullay in Brown (1987: 170¬) uses the term “errors” to refer to any deviations from a selected norm of language performance, and matter what the characteristics or causes of the definitions might be. They also explain that the norm used to identify the errors may be anyone of the dialect of other varieties of language the native speaker uses.
The terms errors, as noted by Dullay above is used for the systematic deviations due to the learners still developing knowledge of the target language rule, system or for idiosyncrasies in the inter language of the learner which are direct manifestations of system with which a learner is operating at the time.
In this present study the researcher prefer to use the definition of errors given by him on the consideration that this study is not intended to differentiate between errors and mistakes.

2.2. Error analysis

2.2.1. The Role of Error Analysis in Language teaching and Learning.
In language learning the study of the learners has become very important and has always been a cause of much concern to the teacher and text-book writers alike. It has been used as indicator of learning and guide in teaching. The study or learners errors are known as error analysis. Error analysis shows the significance of learner’s errors and three ways:

(1) They tell the teachers how far the learners have progressed and what remains for them to learn.
(2) They provide evidence to researchers of how language is learned of acquired and what strategy or procedure the learner is employing to learn the language, and
(3) They serve as feedback to the learner of hypothesis he is using
Further more, Sue loarch (1984: 11) states that error analysis is not confronted with the complex theoretical problem encountered by contrastive analysis, e/q/ the problems of equivalence.
According to Soetikno (1996: 187) contrastive analysis has in many case, failed to predict learning problems, despite the claim that contrastive analysis has not only predicated difficulties in the areas where the mother tongue and foreign differ but also in the case of linguistic features that are unknown in the sources language.
However, there are weaknesses of error analysis are also started by Zuchrudin Surya Winarta and Hariyanto in their book “Translation” (2003: 17)
The points out of their major weaknesses of error analysis are:

(1) The confusion of error description with error explanation (the process and product aspect of analysis).
(2) The lack of precision and specificity in the definition of error categories and
(3) Simplistic categorization of the causes or learning’s errors.
As stated by Baradja (1990: 96), there are three major difficulties in conducting error analysis. There are:

Reading

Reading

There are four skills in English which should be mastered, they are: reading, speaking, listening and writing and it cannot be denied that reading is one of the most important. According to Harmer in The Practice of English Language Testing (1985:153) “Reading is an exercise dominated by the eyes and the brain”. Specifically, Nunan (1989:17) in his book also said that “Reading is a process of decoding written symbols, working from smaller units (individual letters) to larges ones (words, clauses and sentences)”.
Based on explanation above, the writer concludes that reading is a process to convey the message or information. By reading, the reader will know what they read and challenged to response the ideas of the author. In order to make the messages or information that comes from the author can be understood and comprehended easily by the reader.

2.2 Reading Comprehension
It is necessary for the students of Senior High School to master reading comprehension. Cooper (1986:11) stated that Comprehension is a process in which the reader may construct meaning by interacting with the text. In reading comprehension, a reader should have knowledge about understanding the reading passage. The common questions on the passages are primarily about the main ideas, details, and an inference that can be drawn from the passages.
According to Singer (1985) reading comprehension has been defined as an interpretation of written symbols, the apprehending of meaning, the assimilation of ideas presented by the written, and the process of thinking while deciphering symbols. Further, reading comprehension is related closely to the cognitive competence of the readers, because this will produce comprehension. This idea also supported by Parera in Kahayanto (2005:9), he states as follows:
“Memahami adalah memperhatikan naskah tertulis dengan maksud memahami isinya. Proses ini dilakukan dengan mata diam atau membaca dalam hati. Hasil pemahaman disebut pemahaman bacaan. Cara membaca yang demikian disebut cara membaca pemahaman”.

In comprehending a topic, the readers interacts with the text relates to the pre-questioning of the text to prior experiences of construct meaning which can be found in the text. Skimming and scanning are two very useful techniques that will help the reader become a better reader.
1. Skimming
Skimming is a technique used to look for the “gist” of what the author is saying without a lot of detail (Kustaryo, 1988:5). This reading technique is used if one wants to get a general impression of a book, essay, article and determine whether or not to read it more carefully. Moreover, Yorkey (134) defines that there are two purposes of skimming: to locate a specific word, fact, or idea quickly, and to get a rapid general impression of the material. Azies & Alwasilah (1996:114) said “Aktifitas skimming melibatkan proses membaca, sekalipun dengan kecepatan melebihi kecepatan membaca pada umumnya”.
Thus, in skimming the text, a reader needs to practice in order he or she can learn the key words and phrases which can cover all the material he or she is reading. To do the skimming, the reader should go through a passage quickly, jumping over parts of it, in order to get a general idea of what it is about.

2. Scanning
Scanning is quickly reading to find the specific information Brown (2001:308) stated that, scanning is quickly searching for some particular piece or pieces of information in a text.
By scanning, a reader mean glancing rapidly through a text either a text either to search a specific piece of information (e.g. name, date) or to get an initial impression of whether the text is suitable for a given purpose”, Nuttall in Kahayanto (2005:11). When scanning the reader lets his or her eyes wander over the text until he or she is looking for, whether it is a place, a kind of food, a kind of verb, or a specific information. To enable the student to scan effectively, he or she should know what kinds of information he or she needs, also, he or she should have the strong belief where he or she will find such information needed from the text.
Schema Theory Background and Knowledge in Reading

Schema Theory Background and Knowledge in Reading

Schema Theory is the source of some questions like: How do readers construct meaning? How do they decide what to hold on to, and having made that decision, how do they infer a writer’s message? The reader brings information, knowledge, emotion, experience, and culture – that is, schemata (plural) – to the printed word, Brown (2001: 299).
Beside that, this idea also support by Clarke and Silberstein in Brown (2001) capture the definition of schema theory as follows:
“Research has shown that reading is only incidentally visual. More information is contributed by the reader than by the print on the page. That is, readers understand what they read because they are able to take the stimulus beyond its graphic representation and assign it membership to an appropriate group of concepts already stored in their memories…….Skill in reading depends on the efficient interaction between linguistic knowledge and knowledge of the world”.

There are two categories of schemata, as follows:
1. Content Schemata include what we know about people, the world, culture, and the universe
2. Formal Schemata consist of our knowledge about discourse structure.
In line with the explanation above, the writer conclude that the use of pre-questioning is to build readers’ content schemata which are related to the background of knowledge.

2.4 Cognitive Factors in Reading
According to Harris and Sipay (1980:251) there are several cognitive factors in reading such as perception, attention, memory, and cognitive style.
2.4.1 Perception
Perception starts with the stimulation of sense organs such as the eyes and ears, but it is far more than simple sensing. In perceiving, the brain selects, groups, organizes, and sequences the sensory data so that people perceive meaningful experiences that can lead to appropriate responses. Among the important characteristics of perception, several seem to have particular relevance for reading, such as follows:
1. Figure and Ground
Normally, one major unit or group of units is perceived clearly against a background that is more vaguely perceived.
2. Closure
Reading

Reading

2.1 The Essence of Reading
There are four skills in English which should be mastered, they are: reading, speaking, listening and writing and it cannot be denied that reading is one of the most important. According to Harmer in The Practice of English Language Testing (1985:153) “Reading is an exercise dominated by the eyes and the brain”. Specifically, Nunan (1989:17) in his book also said that “Reading is a process of decoding written symbols, working from smaller units (individual letters) to larges ones (words, clauses and sentences)”.
Based on explanation above, the writer concludes that reading is a process to convey the message or information. By reading, the reader will know what they read and challenged to response the ideas of the author. In order to make the messages or information that comes from the author can be understood and comprehended easily by the reader.

2.2 Reading Comprehension
It is necessary for the students of Senior High School to master reading comprehension. Cooper (1986:11) stated that Comprehension is a process in which the reader may construct meaning by interacting with the text. In reading comprehension, a reader should have knowledge about understanding the reading passage. The common questions on the passages are primarily about the main ideas, details, and an inference that can be drawn from the passages.
According to Singer (1985) reading comprehension has been defined as an interpretation of written symbols, the apprehending of meaning, the assimilation of ideas presented by the written, and the process of thinking while deciphering symbols. Further, reading comprehension is related closely to the cognitive competence of the readers, because this will produce comprehension. This idea also supported by Parera in Kahayanto (2005:9), he states as follows:
“Memahami adalah memperhatikan naskah tertulis dengan maksud memahami isinya. Proses ini dilakukan dengan mata diam atau membaca dalam hati. Hasil pemahaman disebut pemahaman bacaan. Cara membaca yang demikian disebut cara membaca pemahaman”.

In comprehending a topic, the readers interacts with the text relates to the pre-questioning of the text to prior experiences of construct meaning which can be found in the text. Skimming and scanning are two very useful techniques that will help the reader become a better reader.
1. Skimming
Skimming is a technique used to look for the “gist” of what the author is saying without a lot of detail (Kustaryo, 1988:5). This reading technique is used if one wants to get a general impression of a book, essay, article and determine whether or not to read it more carefully. Moreover, Yorkey (134) defines that there are two purposes of skimming: to locate a specific word, fact, or idea quickly, and to get a rapid general impression of the material. Azies & Alwasilah (1996:114) said “Aktifitas skimming melibatkan proses membaca, sekalipun dengan kecepatan melebihi kecepatan membaca pada umumnya”.
Thus, in skimming the text, a reader needs to practice in order he or she can learn the key words and phrases which can cover all the material he or she is reading. To do the skimming, the reader should go through a passage quickly, jumping over parts of it, in order to get a general idea of what it is about.

2. Scanning
In written language

In written language

the writer must have a good knowledge of writing with all of its aspects whereas the reader must have a good knowledge of understanding the reading As a matter of fact, in teaching a language, if they, the teachers, want their students have good mastery of a language, in spoken one, their ability to understand needs to be considerably more extensive than their ability to speak. It means that they, before drilling them self to speak, must drill them self to listen or to understand the dialogues. On the other wise, the learn¬ing models of dialogues( conversation ) which have been skillfully contrived to accelerate oral production, do not always contain a sufficiently a large number of those features of natural speech, that is the great deal of information which is redundant. In this case, for example, utterance to be more structured and complete, and the level of redundancy will be generally low.
In addition, in order to be able to cope with real life language situations, they need regular and frequent training through a programme of listening comprehension with suitable varied models of natural speech from the earliest stages, for instance, in a language course. Shortly, they have actually to learn to listen, just as they have to learn to speak. It just the same way if they want to learn e. language, in written one, they need to be able to read more easily than they can write.
Furthermore, there is an interdependence of oral skills in communication. For the oral communication is a two-way process between the listener and speaker Thus, between the speaker and listener cannot be separated each other. In this case the speaker does not always ini¬tiate : he also responds to what ho has heard ( as for example when he answers questions or makes a comment ), while the listener does not always remain silent : he is normally expected to make some sort of responses ( which may not always be verbal, as for example, when he carries out an instruction ).
Talking about the goal of teaching oral production, ( speaking in conversation or dialogue ) Donn Byrne says that the main goal in teaching the productive skill of speaking will be oral fluency : the ability to express oneself intelligibly, reasonably, accurately, and with¬out undue hesitation ( otherwise, communication may break down because the listener loses interest or gets impatients ). By the explanation above, means that in learning dialogue the students must be drilled to express their own ideas freely and precisely. The role of the teachers are as the conductor. They must make stimuli for the students to express their own ideas about the topics they have been being discussed. And when the students get difficulties they must guide them, as well make correction when students do mistakes. To attain a good result of teaching-learning dialogue process the teacher have to make corrections immediately when the students do mistakes.
The other factor that can influence the students in learning a foreign language is motivation. As teacher, we, sometime find students who do not pay attention to the lessons beeing tought them, they get tired of learning the language ( foreign language ) because they fell that they get nothing of learning the language, they can not speak in the language they have been learn. According to Donn Byrne, the ability to speak ( oral production ) is a good motivation for the students. In this case he, further more, says that the development of oral production is a good source of motivation for most learners, who are normally much concerned to be able to speak and to understand a foreign language. To point how the importance of motivation in learning a foreign language, he give us more explanation : satisfaction at being able to say a small number of sentences after a few lessons must be sustained by demonstrating to the students that they can say progressively more and more through the language as the course continues. To support the good achievement in learning a foreign language, especially conversation, the teachers have also to think about the students' intelligibility of the language that they have been being learnt. Intelligibility is usually defined in phonological terms ( e.g. being able to make the difference between essentials sounds such as /i/ and /i/ as they occur in the two words leave and live ). It is not only importance for the level of basic understanding or elementary but also for the purpose of oral fluency. Clearly, in order to make the students to be able to speak or communicate effectively, the teachers must teach the students an adequate mastery of grammar and vocabulary as well as phonology. It is better to remember that over-learning in any of these areas will serve no purpose if it exces¬sively slows down progress in the others. It demands the teachers to be able to devide the available time in teaching them to the students, which one is must presented first, etc. It will be necessary to concentrate on the essential features such as the differences between key sounds, weak forms, basic stress and intonation patterns, and more importance will need to be attached to receiption of these features than production, as the consequence the amount of the time available for system¬atic speech training is bound to be limited.

pembelajaran bahasa inggris

pembelajaran bahasa inggris

Menurut Popham dan Baker dalam Hadi dkk (1992), proses belajar mengajar yang efektif adalah kemampuan untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan dari kemampuan dan persepsi siswa. Lebih jauh, Popham dan Baker menjelaskan bahwa proses belajar mengajar yang efektif tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan proses belajar mengajar.
Sedangkan Alatis dan Altman (1981: 44) mengusulkan bahwa untuk memaksimalkan keefektifan, seorang guru perlu memahami ketidaksesuaian antara apa yang dibawa siswa dalam situasi pembelajaran bahasa yang formal dan tuntutan yang diminta oleh guru dan teks, tuntutan sistem ujian, dan harapan untuk prospek ke depan.
Ahli lain, McWhorter (1992: 3) menyatakan bahwa efisiensi adalah kemampuan untuk menunjukkan sesuatu dengan sedikit usaha, biaya, dan pengeluaran. Efisiensi mencakup penggunaan waktu dan sumber daya secara efektif untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Sebagai kesimpulan, ada dua hal utama yang diperlukan untuk mencapai proses belajar mengajar yang efektif. Pertama, harus ada kegiatan analisis kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa adalah hubungan antara kemampuan dan harapan siswa dari proses pembelajarannya. Kedua, harus ada gambaran seperti apa sistem ujian yang dipakai. Jadi, harus ada kesesuaian antara kebutuhan siswa dan sistem ujian.

Pembelajaran Reading
Carrel dkk (1988: 12) menyatakan bahwa reading adalah kemampuan bahasa yabg reseptif. Maksudnya adalah proses psikolinguistik dimana hal ini dimulai dengan perwujudan unsur kebahasaan yang disandikan oleh penulis dan diakhiri dengan makna yang dibentuk oleh pembaca.
Reading (membaca) yang efektif adalah kemampuan seseorang untuk membentuk makna dari teks yang sesuai dengan maksud penulis. Seseorang dikatakan mempunyai kemampuan membaca secara efisien jika dia mampu menggunakan waktu yang tersedia dengan efektif untuk membaca dan memahami makna yang terkandung pada bacaan.


Pembelajaran Writing
Menurut Borowich (1996: 13), untuk melakukan kegiatan writing (menulis) yang efektif diperlukan banyak waktu, atau bahkan bisa dikatakan pemborosan waktu. Seorang penulis membutuhkan waktu yang longgar untuk mengekspresikan gagasan, menyusunnya, dan menulis ulang sehingga menghasilkan tulisan yang baik. Harmer (1983: 48) menuliskan bahwa dalam mengajarkan writing, guru harus mempertimbangkan beberapa hal, misalnya penyusunan kalimat menjadi paragraf, bagaimana paragraf digabungkan, dan pengelompokan gagasan sehingga menjadi tulisan yang koheren.
Dengan mengacu pada teori-teori di atas, seorang penulis akan menghabiskan banyak waktu untuk menghasilkan tulisan yang baik. Penulis melakukan berbagai langkah, mengungkapkan gagasan, menyusun dan menulis ulang gagasan tersebut. Efisiensi dapat diperoleh apabila penulis mempunyai konsep yang jelas sebelum memulai kegiatannya. Menulis secara efektif dan efisien akan menghasilkan tulisan yang baik yaitu tulisan yang koheren.

Monday, October 20, 2014

Speaking

Speaking

Speaking is to express thoughts a loud using the voice or talk (Longman Dictionary of Contemporary English) David P. Harris, in his book “Testing English as a Second Language” defines speaking.
Speaking is a complex skill requiring the simultaneous use of number of different abilities which often develop at different rates. Either four or five components are generally recognized in analyses of speech process: pronunciation, grammar, vocabulary, fluency and comprehension.



He further says that the definition of speaking as second language:
Student’s skill in speaking a second language our fundamental concern with his ability to communicate informally on everyday subject with sufficient ease and fluency to hold the attention of his listener.

2.1.2. Speaking Ability
Talking about speaking ability, Robert Lado (1987: 126) says that:
Speaking ability is described as the ability to express one self in life situation, or the ability to report act by using the expression that is in accordance with situation.

Further Jack C.R.S. Rodgers(1963: 92) states that:

Speaking is an important ability for the students who study English as a second language based on four skills in English: Listening, Speaking, Reading and Writing.

2.2. Definition of Game
According to Jill Hedfield (1984: 27) in his book “A collection of games and activities for intermediate and advance students of English”, a game is activity with rules a goal and element of fun.
He further classifies the game; they are competitive game and co-operative game.
Competitive game is in which players or team race to be the first to reach the goal and Co-operative game is in which players or team work together toward a common goal.




Further he also states about the game:
The emphasis in the game is on successful communication therefore are to be found at the fluency-accuracy spectrum.

He further states that:
…they provide an opportunity for real communication, albeit within artificially defined limits, and thus constitute a bridge between the classroom and the real words.