Showing posts with label pendidikan dan konseling. Show all posts
Showing posts with label pendidikan dan konseling. Show all posts

Wednesday, April 17, 2019

 Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

A.  Cara Mengatasi Kesulitan Belajar
Sebelum menentukan cara mengatasi kesulitan belajar maka harusnya mengetahui faktor dan sumber anak tersebut mengalami kesulitan belajar terlebih dahulu. Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap[1] yaitu:
1.    Pengumulan data
2.    Pengolahan data
3.    Diagnosa
4.    Prognosa
5.    Treatmen/perlakuan
6.    Evaluasi
Adapun beberapa upaya untuk mengatasi kesulitan belajar dapat dilakukan, diantaranya :
1.    Meningkatkan motivasi belajar
2.    miliki tujuan belajar dan sasaran yang hendak dicapai.
3.    Mengenali bakat dan minat.
4.    Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
5.    Catatlah keberhasilan belajar yang telah kamu capai sebagai alat pemacu keberhasilan selanjutnya.
6.    Mintalah pertimbangan pada guru, teman, atau seseorang yang dirasa memiliki kemampuan untuk menyelesaikan permasalahan belajar.
7.    Melengkapi sarana belajar.
8.        Memelihara kondisi kesehatan, hindari makanan yang beresiko merusak otak.
9.        Mengatur waktu belajar di sekolah maupun di rumah.[2]
10.    Membuat rangkuman, skema dan catatan bagi pelajaran yang dianggap penting atau sulit.
11.    Ciptakan hubungan harmonis dengan guru, teman, maupun keluarga agar tidak membebani pikiran dan perasaan.
12.    Bergaullah dengan orang-orang yang mendukung keberhasilan belajar. maka upaya dilakukan guru antara lain:
a.    Tempat duduk siswa
Anak yang mengalami kesulitan pendengaran dan penglihatan hendaknya mengambil posisi tempat duduk bagian depan. Mereka akan dapat melihat tulisan di papan tulis lebih jelas. Begitu pula dalam mendengar semua informasi belajar yang diucapkan oleh guru.
b.    Gangguan kesehatan
Anak yang mengalami gangguan kesehatan sebaiknya diistirahatkan di rumah dengan tetap memberinya bahan pelajaran dan dibimbing oleh orang tua dan keluarga lainnya.
c.    Program remedial
Siswa yang gagal mencapai tujuan pembelajaran akibat gangguan internal, perlu ditolong dengan melaksanakan program remedial. Teknik program remedial dapat dilakukan  dengan berbagai cara. Di antaranya adalah mengulang kembali bahan pelajaran yang belum dikuasai, memberikan tugas-tugas tertentu kepada siswa, dan lain sebagainya.
d.   Bantuan media dan alat peraga
Penggunaan alat peraga pelajaran dan media belajar kiranya cukup membantu siswa yang mengalami kesulitan menerima materi pelajaran.Boleh jadi kesulitan belajar itu timbul karena materi pelajaran bersifat abstrak sehingga sulit dipahami siswa.
e.    Suasana belajar menyenangkan
Selain itu yang tak kalah pentingnya adalah menciptakan suasana belajar kondusif. Suasana belajar yang nyaman dan menggembirakan akan membantu siswa yang mengalami hambatan dalam menerima materi pelajaran.
f.     Motivasi orang tua di rumah
Anak yang mengalami kesulitan belajar perlu mendapat perhatian orang tua dan anggota keluarganya.Peran orang tua sangat penting untuk memberikan motivasi ekstrinsik dan intrinsik agar anak mampu memperoleh hasil belajar yang memuaskan.Selain itu juga orang tua perlu memperhatikan kesehatan tubuh anak dengan memberikan makanan dan miniman yang bergizi disertai dengan suplemen pembangun tubuh yang cukup. 


[1] Mudzakir, Ahmad dan Joko Sutrisno, Psikologi, 169.
[2] Ibid,. 171

Ditulis Oleh :
Muhammad Jakarianto                (D91215070)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL
SURABAYA

Sunday, April 16, 2017

Tokoh Tokoh Behavioristik

Tokoh Tokoh Behavioristik

Edward Lee Thomdike (1874-1949 )
Menurut Thomdike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respon perlu adanya kemampuan untuk memilih respon yang tepat serta melalui usaha (trials) dan kegagalan (error) terlebih dahulu.Oleh karena itu teori belajar ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
Thomdike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon mengikuti hukum-hukum betikut:
Hukum kesiapan yaitu semakin siap organisme memperoleh perubahan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat.
Hukum akibat yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.
Hukum latihan yaitu semakin sering tingkah laku diulang maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Ivan Petrovich Pavlov ( 1849-1936 )
Pavlov meraih penghargaan Nobel dalam bidang psikology or medicine pada tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi psikologi behavioristik di Amerika. Classic conditioning (pengkondisian ) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing , dimana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan. Pavlov mengadakan operasi leher pada seekor anjing sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu makanan maka akan keluarlah air liurnya. Kini sebelum makanan diperlihatkan maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu baru makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar juga. Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan , sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya
Burrhus Frederic Skinner ( 1904 -1990 )
Skinner dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model instruksi langsung (directed instruction ) dan meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning.Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operan ( penguatan positif atau negative ) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.Berdasarkan berbagai percobaan pada tikus dan burung merpati , Skinner menyatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan ( reinforcement ). Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus – respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan menjadi dua yaitu penguatan positif yang berupa hadiah, perilaku atau penghargaan dan penguatan negative yang berupa menunda / tidak memberi penghargaan,  memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang.
Prinsip belajar Skinner antara lain :
Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan , jika benar diberi penguat
proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar
Materi pelajaran digunakan system modul
Dalam proses pembelajaran tidak digunakan hukuman
Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer
Dalam pembelajaran digunakan shaping
Robert Gagne ( 1916-2002 )
Menurut Gagne, belajar dimulai dari paling sederhana (belajar signal) dilanjutkan pada yang lebih kompleks sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi dan prakteknya tetap mengacu pada asosiasi stimulus-respon.
Albert Bandura (1925- masih hidup sampai sekarang )
Teori belajar social Bandura menunjukkan pentingnya proses mengamati dan meniru perilaku, sikap, dan reaksi emosi orang lain. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan yang digunakan dalam berbagai pendidikkan secara masal.
Aplikasi Teori Behavioristik Terhadap Pembelajaran Siswa
1. Guru menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap sehingga tujuan pembelajaran yang harus dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru
2. Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun simulasi
3. Bahan pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
4. Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
5. Kesalahan harus segera diperbaiki
6. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan


7. Evaulasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Media Pembelajaran

Media Pembelajaran

2.4 Media Pembelajaran
2.4.1 Definisi Media Pembelajaran
Media berasal dari kata “Medium”,  yang berasal dari bahasa latin “Medium” yang berarti “tengah” atau “sedang”. Pengertian media ini mengarah pada sesuatu yang menjadi penghantar untuk meneruskan suatu informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi.
Pengertian Media Pembelajaran - Media merupakan suatu wadah atau sarana dalam menyampaikan suatu informasi dari pengirim kepada penerima. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi. (Latuheru. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini.     Jakarta : Depdikbud. 1988. Hlm 11)
Banyak batasan-batasan yang diberikan dalam memberikan pengertian media. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan atau Association of Education and Communication Technology (AECT) membatasi media sebagai saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Batasan yang lain juga diberikan oleh Asosiasi pendidikan Nasional atau Education Association (NEA) yang membatasi media merupakan bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun Audio-Visual serta peralatannya serta media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat didengar, dilihat dan dibaca. (Sadiman. Media Pendidilkan Pengertian, Pengembanagn dan Pemanfaatan. Jakarta : CV. Raja Wali .1984. Hlm 6)
Beberapa ahli telah memberikan batasan mengenai pengertian media, yaitu antara lain:
·         Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran disekolah. (Hamalik. Media Pendidikan. Bandung : Sinar Baru. 1994. Hlm 12)
·         Danim menyatakan bahwa media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa dengan peserta didik.(Sudarman, Danim. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara,. 1995. Hlm 97)
·         Wildbur schraman menyebutkan bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan instruksional.
·         Lislie. J. Briggs menjelaskan bahwa media adalah sarana fisik untuk menyampaikan materi atau isi pengajaran, seperti buku, film, slide dan lain-lain. (Soetomo. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha Nasional. 1993. Hlm 197)
·         Heinich dkk mengatakan bahwa medium sebagai perantara mengantarkan informasi antara sumber dan penerima pesan. (Azhar Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja grafindo Persada. 2002. Hlm 4)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa: 
1.        Media merupakan wadah atau perantara pesan yang oleh sumber pesan atau pengaruhnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan.
2.        Materi yang ingin disampaikan adalah pesan instruksional.
3.        Tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar pada penerima pesan (anak didik). (Soetomo. Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha Nasional. 1993. Hlm 197-198)

Sebelum istilah media digunakan dan popular, dalam dunia pendidikan sudah berkembang kata atau istilah yang bermakna sama yang sudah digunakan. Pertama dipakai istilah “alat peraga” kemudian “Audio Visual Aids”, kemudian selanjutnya disebut “Instrucsional Materials” yang akhirnya sekarang ini digunakan adalah “Media Pembelajaran”. Gagne dan Brings. (Latuheru. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta : Depdikbud. 1988. Hlm 14)  mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat secara fisik untuk menyampaikan isi pengajaran.

2.4.2 Media Permainan Berbasis Komputer
Menurut AECT atau Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan, media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Briggs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar (dalam Sadiman, 2003:6)
Menurut Gerlach dan Ely (dalam Arsyad, 2007:3) media bila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap.
Media tidak hanya berfungsi sebagai alat peraga atau alat bantu mengajar yang berupa alat bantu visual atau alat bantu dengar pandang melainkan dalam hubungannya dengan teori komunikasi, serta pendekatan sistem dalam proses belajar mengajar di mana media sebagai bagian integral dalam program pembelajaran (instruksional) maka media atau media pendidikan lebih sesuai disebut media pembelajaran (instruksional media) (Poedjiastuti,1999:2-3)
Salah satu media pembelajaran  yang dapat digunakan adalah media komputer. Pemanfaatan komputer untuk pendidikan yang dikenal sering dinamakan pembelajaran dengan bantuan komputer atau dikenal dengan nama Computer Assisted Instruction (CAI), dikembangkan dalam beberapa format antara lain drills and practice, tutorial, simulasi dan permainan dan discovery. (Arsyad,2007:54)
Permainan (games) adalah setiap kontes antara para pemain yang berinteraksi satu sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pula (Sadiman, 2003:77). Komponen yang harus dimiliki setiap permainan adalah adanya pemain, adanya lingkungan dimana para pemain berinteraksi, adanya aturan main dan adanya tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Program komputer permainan yang dirancang dengan baik dapat memotivasi siswa dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya. Permainan instruksional yang berhasil menggabungkan aksi-aksi permainan video dan ketrampilan penggunaan papan ketik pada komputer, siswa dapat lebih terampil mengetik, karena dalam permainan siswa dituntut untuk menginput data dengan mengetik jawaban dan perintah yang benar (Arsyad, 2007:162).
Interaksi berbentuk permainan (games) akan bersifat instruksional apabila pengetahuan dan ketrampilan yang terdapat didalamnya bersifat akademik dan mengandung unsur pelatihan (training). Program berbentuk permainan disebut instruksional apabila di dalamnya terdapat tujuan pembelajaran (instruksional objective) yang harus dicapai. Program ini diarahkan agar siswa dapat belajar sambil bermain dan dibuat sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur tantangan, rasa ingin tahu, menyenangkan, dan tidak mengabaikan unsur mendidik



PERKEMBANGAN KOGNITIF

PERKEMBANGAN KOGNITIF

PERKEMBANGAN KOGNITIF

Pengertian mengenai kognisi merujuk pada proses yang terjadi didalam diri dan produk dari pemikiran yang mengacu pada keadaan “mengetahui”. Hal ini melibatkan semua aktivitas mental seperti: attending, remembring, symbolizing, categorizing, planning, reasoning, problem solving, creating dan fantasizing. Kemampuan penyesuaian dari kognisi yang belum matang memberikan implikasi yang besar bagi pendidikan. Tindakan memaksakan anak untuk mencapai level yang lebih tinggi akan merusak proses yang ada. Piaget merupakan salah satu tokoh yang pertama kali menekankan pentingnya kesiapan untuk belajar, dalam hal ini anak dihadapkan pada tugas dan tantangan yang sesuai dan dihindarkan dari stimulasi yang terlalu banyak dan kompleks yang dapat membingungkan dan membuat anak kewalahan.

PIAGET’S COGNITIVE-DEVELOPMENTAL THEORY
Menurut Piaget, bayi belum memiliki kognisi, melainkan mereka membuat dan menyaring struktur psikologis (mengorganisir cara-cara untuk mengerti pengalaman yang dapat membuat mereka lebih efektif dalam menyesuaikan diri terhadap dunia luar) melalui persepsi dan aktivitas motorik mereka. Piaget memandang anak-anak sebagai individu  constructing, dimana segala pengetahuan mengenai dunianya didapat melalui aktivitas mereka, maka teori ini sering disebut sebagai constructivist approach pada cognitive development.

KARAKTERISTIK DASAR DARI TAHAPAN KOGNISI PIAGET
Piaget percaya bahwa anak melalui 4 tahapan perkembangan: (1) sensorimotor, (2) pre operational, (3) concrete operational, (4) formal operational (pada tahap ini perilaku eksplorasi yang dilakukan anak berubah menjadi abstract, logical intelligence pada masa adolesence dan adulthood). Keurutan dari tahapan Piaget memiliki 3 karakteristik penting:
1. general theory: terdapat asumsi bahwa semua aspek dari kognisi berkembang dalam suatu cara yang terintegrasi, melalui arah dan perubahan yang hampir serupa.
2. invariant: hal ini berarti tahapan yang ada selalu mengikuti urutan yang telah ditetapkan dan  tidak ada tahapan yang dapat dilewat.
3. universal: tahapan yang ada dapat diasumsikan untuk menggambarkan tahapan kognitif setiap anak-anak dimana saja.

PERUBAHAN KOGNITIF MENURUT PIAGET
Menurut Piaget struktur psikologis (suatu cara yang terorganisir untuk mengerti tentang pengalaman yang ada, yang disebut sebagai skema)  berubah sesuai dengan usia. Pada mulanya skema berupa suatu pola tindakan sensorimotor. Contohnya saat kita melihat bayi berumur 6 bulan melihat, menggenggam, dan menjatuhkan benda kita melihat “skema menjatuhkan” benda yang masih kaku namun seiring dengan pertambahan usia skema yang ada menjadi tindakan yang disengaja dan semakin kreatif dalam pelaksanaannya. Lama kelamaan sebelum melakukan suatu tindakan  anak menunjukkan bahwa terlebih dahulu ia berpikir sebelum melakuakn hal tersebut. Perubahan ini menandai perubahan dari pendekatan sensorimotor pada pendekatan kognitif pada dunia sekitar yang didasarkan pada mental representation, atau penggambaran didalam diri mengenai informasi yang dapat dimanipulasi oleh pikiran. Mental representation yang memiliki pengaruh besar adalah:
1. images: penggambaran secara mental terhadap benda, individu  lain dan ruang. Dengan menggunakan mental image kita dapat menelusuri kembali langkah-langkah yang telah kita lakukan saat kita kehilangan suatu benda.
2. concepts: merupakan kategori yang mengelompokkan benda-benda dan kejadian-kejadian yang serupa. Kita dapat menjadi seorang pemikir yang lebih efisien, dapat mengorganisir berbagai pengalaman yang ada menjadi sesuatu yang lebih berarti, teratur, dan lebih mudah diingat.
Dalam teori Piaget ada 2 proses yang terlibat dalam perubahan dari sensorimotor pada pre operational:
1. adaptasi: melibatkan pembuatan skema melalui interaksi dengan dunia luar, terdiri dari 2 aktivitas yang bersifat komplementer,  yaitu :
* asimilasi: individu menggunakan skema yang ada untuk mengintepretasikan dunia luar
* akomodasi: individu menyesuaikan skema lama dan membuat skema baru untuk menghasilkan sesuatu yang lebih sesuai dengan lingkungan.
Keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi bervariasi dari waktu ke waktu. Saat anak tidak mengalami perubahan yang berarti, mereka lebih banyak melakukan asimilasi dibanding akomodasi. Piaget menyabut kondisi ini sebagai keseimbangan kognitif, merujuk pada keadaan yang stabil, nyaman.
Saat anak tidak banyak mengalami perubahan maka kondisi ini disebut cognitive equilibrium (kondisi tenang & nyaman). Saat anak mengalami perubahan kognitif yang cepat maka kondisi ini disebut cognitive disequilibrium or cognitive discomfort. Pada saat ini anak menyadari bahwa informasi yang diterima sudah tidak sesuai dengan skema yang ada à mereka mengganti asimilasi menjadi akomodasi. Perubahan maju dan mundur antara cognitive equilibrium dan disequilibrium yang mengarahkan pada skema yang lebih efektif = equilibration
2. organization: merupakan suatu pengaturan yang dilakukan didalam diri dan menghubungkan antar skema sehingga dapat terbentuk suatu sistem kognitif yang terhubung dengan kuat. Contoh: bayi akan mengkaitkan antara “menjatuhkan” ke “melempar” untuk mengembangkan pengertian “dekat” dan “jauh”.


TAHAP SENSORI MOTOR (SEJAK LAHIR SAMPAI USIA 2 TAHUN)
tahap sensorimotor terbagi dalam 6 tahap:
No Sub tahapan sensorimotor Tingkah laku adaptif
1. Reflexive schemes (0-1 bulan) Newborn reflexes
2. Primary circular reactions (1-4 bulan) Kebiasan motorik sederhana yang berpusat pada sekitar tubuh bayi, antisipasi kejadian yang terbatas, usaha pertama untuk melakukan imitasi
3. Secondary circular reactions (4-8 bulan) Tindakan yang dilakukan ditujukan untuk pengulangan dari efek yang menyenangkan dari dunia sekitar; pengimitasian tingkah laku yang familiar.
4. Coordination of secondary circular reactions (8-12 bulan) Tingkah laku yang bertujuan/ goal directed, kemampuan untuk menemukan benda pada tempat pertamakali dimana benda tersebut disembunyikan (object permanence), antisipasi terhadap kejadian yang lebih maju, imitasi tingkah laku yang dilakukan sedikit berbeda dengan yang dilakukan pertama kali.
5. Tertiary circular reactions (12-18 bulan) Eksplorasi terhadap benda dengan cara baru: mengimitasi tingkah laku yang tida familiar; kemampuan untuk mencari benda yang disembunyikan pada beberapa tempat berbeda
6. Mental representation (18 bulan-2 tahun) Penggambaran objek dan kejadian didalam diri, yang ditunjukkan oleh pemecahan masalah yang dilakukan dengan segera; kemampuan untuk menemukan objek yang telah dipindahkan saat tidak terlihat (invisible displacement), imitasi yang tertunda, make-believe play

PERKEMBANGAN SENSORIMOTOR
* Kesempatan pengulangan tingkah laku
Saat berumur 1 bulan bayi memasuki sub tahap 2, mereka mulai mulai secara sukarela memperoleh kendali atas tingkah laku mereka selama primary circular reaction, melalui kesempatan untuk melakukan pengulangan, tingkah laku yang ada sebagian besar dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar. Konsekuensinya mereka mengembangkan beberapa kebiasaan motorik sedrhana seperti menghisap ibu jari atau kepalan tangan. Selama sub tahap 3, bayi mulai belajar duduk, meraih dan memanipulasi objek. Kemampuan motorik yang telah diperoleh ini berperan besar pada pengalihan perhatian mereka pada dunia luar. Dengan menggunakan secondary circular reaction, mereka berusaha untuk mengulang efek yang menyenangkan pada dunia luar yang disebabkan oleh tingkah laku mereka.
* Tingkah laku yang bertujuan
Pada sub tahap 4, pengkombinasian skema menjadi skema yang baru, keurutan yang lebih kompleks. Bayi dapat terlibat dalam tingkah laku yang bertujuan, atau yang berorientasi pada goal. Pada tahap ini bayi mengkoorinasikan skema dengan sengaja untuk memecahkan permasalahan sederhana. Saat bayi dapat mengambil kembali benda yag disembunyikan, menunjukkan bahwa bayi telah mulai menguasai object permanence, meski begitu kesadaran mengenai hal ini belum seutuhnya dikuasai. Bayi  belum memiliki gambaran yang jelas mengenai benda sebagai sesuatu yang tetap saat disembunyikan dari pandangan (a-not-B search error). Pada tahap ini bayi juga telah memiliki kelebihan lain; bayi dapat dengan lebih baik mengantisipasi kejadian yang ada sehingga kadang kala mereka menggunakan kemampuan mereka untuk suatu tingkah laku yang bertujuan untuk mengubah kejadian tersebut. Selain itu bayi dapat mengimitasi tingkah laku dengan sedikit berbeda dari yang biasa mereka lakukan.
Pada sub tahap 5 tertiary circular reactions  muncul. Anak mengulang suatu tingkah laku dengan variasi dan hasil yang baru. Karena pendekatan terhadap dunia luar dilakukan dengan sengaja, anak menjadi  problem solver  yang lebih baik. Contohnya mereka dapat memikirkan bagaimana caranya untuk memasukkan suatu benda dengan pas pada lubang yang ada, menggunakan tongkat untuk meraih mainan yang berada diluar jangkauan.
* Mental representation
Pada sub tahap 6, perkembangan sensori motor mencapai puncaknya melalui mental representation. Tanda dari tercapainya kemampuan ini adalah anak dapat memperoleh solusi dengan segera terhadap masalah, terkesan mereka bereksperimen dengan berbagai tindakan yang akan dilakukan didalam pemikirannya. Selain itu kemampuan ini menghasilkan beberapa kapasitas yang lain. Pertama hal ini mengacu pada kapasitas untuk memecahkan masalah  object permanence lebih lanjut yang melibatkan invisible displacemant (menemukan menda yang dipindahkan saat tidak terlihat), kedua hal in memungkinka terjadinya  deferred imitation kemampuan untuk mengingat dan meniru tingkah laku dari model yang tidak ada. Terakhir hal ini memungkinkan untuk terjadinya make believe play, dimana anak melakukan dan membayangkan aktivitas yang ada.

TAHAP PREOPERATIONAL (2-7 TAHUN)
KEMAJUAN DALAM MENTAL REPRESENTATION
* Bahasa dan pemikiran
Piaget menganggap bahwa bahasa merupakan alat yang paling fleksibel dalam mental representation namun Piaget tidak mempercayai bahwa bahasa memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif. Sebaliknya ia percaya bahwa aktivitas semsorimotor mengarah pada penggambaran dalam diri dari pengalaman, yang kemudian diberi label dalam bentuk bahasa. Dengan melepaskan pemikiran dari tindakan, memungkinkan dilakukannya pemikiran yang lebih jauh dari yang sebelumnya.
* Make believe play
Piaget percaya bahwa dengan berpura-pura, anak berlatih dan memperkuat skema baru yang telah mereka miliki. Perkembangan dari make believe play:
1. sejalan dengan waktu, permainan semakin terlepas dari kondisi kehidupan nyata yang telah diasosiasikan. Awal mulanya anak menggunakan objek nyata, lama kelamaan mereka bermain tanpa menggunakan objek nyata.
2. permainan menjadi semakin kurang berpusat pada umur. Saat anak pertamakali berpura-pura, nampak bahwa hal tersebut ditujukan pada dirinya, contohnya anak berpura-pura makan. Namun  kemudian anak melakukannya pada benda lain, contohnya anak berpura-pura memberi makan boneka.
3.  permainan semakin lama melibatkan kombinasi skema yang lebih kompleks. Mulanya anak mungkin dapat berpura-pura minum dari cangkir, namun tidak mengkombinasikannya dengan tindakan menuangkan dan meminum. Namun kemudian anak mengkombinasikan skema berpura-pura dengan teman sebayanya dalam sociodramatic play.
Keuntungan dari make believe play: Piaget menangkap aspek penting dari kegiatan ini saat ia menelaah perannya dalam melatih skema representational. Dia juga mencatat adanya pemfungsian emosi yang terintegrasi, suatu ciri yang ada dalam teori psikoanalisa. Anak kecil selingkali mengalami kembali kejadian yang memicu anxiety, seperti pergi ke dokter atau tindakan pendisiplinan dari orang tua, tapi dengan memutarbalikkan peran yang ada ana dapat mengendalikan dan melakukan kompensasi untuk pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut. Permainan yang dilakukan oleh anak tidak hanya merefleksikan tetapi juga memberi kontribusi terhadap kognitif anak dan keterampilan sosial.
* Drawings
Kemajuan kognitif dan penekanan budaya pada pengekspresian secara artistik mempengaruhi perkembangan dari representasi seni anak. Secara umum kegiatan menggambar memlalui keurutan sebagai berikut:
1. scribbles (corat coret): pada mulanya gerakan yang dilakukan, yang menghasilkan coretan-coretan mengandung suatu representasi, contoh: coretan-coretan yang melompat-lompat menjelaskan kelinci yang sedang melompat.
2. representasi pertama dari bentuk.
3. gambar yang semakin realistik. Anak kecil tidak menuntuk suatu gambar yang relistik, namun ketika kognitif dan motorik halus berkembang mereka belajar untuk lebih realistik lagi.
Hubungan antara simbol dengan dunia nyata →  dual representation: memandang objek dalam 2 hal, yaitu dalam arti sebenarnya dan sebagai symbol.

KETERBATASAN DALAM PEMIKIRAN PREOPERASIONAL
Pada tahap ini anak belum mampu melakukan  operations (mental representation dari suatu tindakan yang mengikuti aturan-atruan yang logis). Sebaliknya pemikiran mereka masih kaku, terbatas pada satu aspek dari suatu situasi pada suatu waktu, dan secara kuat mempengaruhi pemunculan segala sesuatu pada saat tersebut.
* Pemikiran yang egosentris dan animistik
Bagi Piaget kekurangan yang paling serius dalam pemikiran preoperasional, yang merupakan dasar dari segala sesuatunya adalah sifat egosentris. Saat pertama kali anak melakukan mental representation, mereka cenderung terfokus pada sudut pandang mereka sendiri dan mengabaikan sudut pandang orang lain. Meski begitu mereka sering mengasumsikan orang lain melihat, berpikir dan merasakan hal yang sama dengan mereka. Sifat egosentris juga dikatakan bertanggung jawab atas pemikiran animistik yang dimiliki anak. Anak percaya bahwa benda mati memiliki kualitas seperti makhluk hidup, seperti berpikir, berharap, memiliki perasaan, dan tujuan seperti mereka.
* Ketidakmampuan untuk mempertahankan
Conservation merujuk pada pemikiran mengenai karakteristik fisik tertentu dari suatu benda tetap sama meski penampilan luarnya berubah. Pemikiran yang paling tidak logis dari pemikiran preoperasional adalah ireversibility. Anak pada tahap ini secara mental tidal dapat melakukan beberapa tahap tingkah laku dan kemudian membalikkan tahapan tersebut ke titik awal. Reversibility adalah bagian dapi pengoperasian secara logis.
* Kurangnya pengklasifikasian bertahap
Kurangnya pengoperasian secara logis membuat anak sulit untuk membuat klasifikasi bertahap. Mereka tidak dapat mengorganisir benda kedalam kelas-kelas atau subklas yang didasarkan pada persamaan atau perbedaan.

TAHAP CONCRETE OPERATIONAL (7-11 TAHUN)
Piaget memandang tahap concrete operational sebagai suatu titik balik pada perkembangan kognitif. Saat anak telah mencapai tahap ini, pemikiran mereka semakin mendekati pemikiran orang dewasa. Menurut Piaget pada tahap ini pemikiran yang ada lebih logis, fleksibel, dan terorganisir.

PEMIKIRAN CONCRETE OPERATIONAL
Dalam tahap-tahap ini anak dapat melakukan bermacam-macam hal:
1. conservation
Kemampuan untuk mengetahui bahwa sesuatu memiliki ketetapan, menunjukkan bahwa anak telah mampu untuk melakukan suatu pengoperasian. Dahulu anak tidak dapat mengatakan bahwa air yang ada pada suatu wadah bila dipindahkan ke wadah lain yang lebih lebar tanpa mengurangi atau memberikan penambahan maka jumlahnya akan tetap sama. Saat ini anak dapat melakukan penjabaran, mengenali bahwa perubahan pada suatu aspek pada air (ketinggiannya) dikompensasikan oleh perubahan pada aspek lainnya (yaitu lebar wadah yang baru). Penjelasan ini juga menjelaskan kapasitas untuk membayangkan bahwa airi yang ada dapat dikembalikan ke wadah semula sebagai bukti dari ketetapan (reversibility).
2. pengklasifikasian yang bertahap
Saat berumur antara 7-10 tahun anak lebih menyadari adanya pengklasifikasian yang bertahap dan dapat memusatkan perhatian pada hubungan antara kategori umum dengan kategori yang lebih spesifik pada saat yang sama.
3. seriation
Kemampuan untuk mengurutkan sesuatu secara kuantitatif seperti berdasarkan panjang atau berat disebut sebagai seriation. Pada tahap ini anak juga dapat melakukan seriation secara mental, suatu kemampuan yang disebut sebagai transitive inverence.

4. kemampuan daya bayang ruang
Pada tahap ini anak lebih mengerti mengenai konsep ruang dibanding tahap sebelumnya.
* Jarak: pengertian mengenai jarak mulai berkembang, dapat membedakan apakah suatu benda berjarak lebih dekat atau lebih jauh bukannya mengecil atau membesar.
* Arah: dapat menunjukkan arah yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tempat.
* Peta kognitif: merupakan representasi mental mengenai ruang yag berskala besar. Anak dapat menggambarkan penunjuk-penunjuk jalan yang dilewati sepanjang perjalanan mereka dari rumah ke sekolah.

KETERBATASAN DALAM PEMIKIRAN CONCRETE OPERATIONAL
Pada tahap ini anak berpikir dalam suatu cara yang terorganisir dan logis hanya pada saat dihadapkan pada permasalahan yang konkret. Pengoperasian secara mental yang mereka miliki tidak dapat diterapkan pada permasalahan abstrak (hal-hal yang tidak nampak pada kenyataan). Contohnya anak memiliki kesulitan untuk memecahkan permasalahan seperti: “Susan lebih tinggi dari Sally dan Sally lebih tinggi dari Mary. Siapa yang paling tinggi?”
2. Piaget menggunakan istilah horizontal decalage (yang berarti berkembang dalam suatu tahapan) untuk menggambarkan penguasaan konsep logika yang bertahap ini. Horizontal decalage merupakan salah satu indikasi mengenai kesulitan anak yang berada dalam tahap concrete operational untuk menyelesaikan permasalahan yang abstrak. Anak yang berada dalam tahap ini tidak secara langsung memiliki prinsip logika yang umum dan mengaplikasikannya dalam situasi yang relevan. Sebaliknya mereka nampak menyelesaikan permasalahan logis yang ada secara terpisah. Anak tidak secara langsung menguasai logika umum, misalnya dalam masalah consevation. Anak akan menguasai mengenai angka, diikuti oleh pengertian mengenai panjang, cairan dan banyaknya lalu diikuti penguasaan mengenai berat.

TAHAP FORMAL OPERATIONAL (MULAI DARI USIA 11 TAHUN)
Kapasitas untuk berpikir secara abstrak dimulai pada sekitar usia 11 tahun. Pada tahap ini benda atau kejadian-kejadian konkret tidak lagi diperlukan sebagai alat bantu dalam berpikir.

HYPOTHETICO-DEDUCTIVE REASONING
Hypothetico-deductive reasoning merupakan suatu bentuk problem solvingdari tahap formal operational dimana anak mulai dari teori yang bersifat umum dari segala faktor yang memungkinkan yang dapat mempengaruhi penyelesaian dari masalah dan membuat hipotesis yang sesuai yang telah mereka uji sesuai dengan keurutan yang ada. Piaget mengilustrasikan hal in dalam permasalahan “pendulum”. Mereka akan membandimgkan pendulum yang berat dengan tali senar yang panjang serta pendulum ringan dengan tali senar yang pendek. Mereka menguji semua pengaruhnya.
PERENCANAAN
Pada tahap ini anak dapat mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan logis (dalam bentuk verbal) tanpa melihat keadaan nyata. Meski Piaget tidak memandang bahasa memegang peranan utama dalam perkembangan kognitif, namun ia mengakui bahwa hal tersebut menjadi penting selama tahap ini. Pemikiran secara abstrak memerlukan suatu sistem yang didasarkan pada bahasa dari representasi yang ada, yang tidak mewakili dunia nyata seperti yang ada dalam proses matematika. Pemikiran secara  formal operational  juga melibatkan kemampuan verbal mengenai konsep abstrak. Orang dewasa menggunakan kapasitas ini saat mereka berusaha untuk mencari tau mengenai relasi antara waktu, ruang, dan permasalahan dalam fisika dan kebebasan dalam berfilosofi dan studi mengenai permasalahan sosial.
KONSEKUENSI DARI PEMIKIRAN ABSTRAK
Piaget mempercayai bahwa suatu bentuk baru dari sikap egosentris turut muncul seiring dengan dicapainya tahapan ini, yaitu berupa ketidakmampuan untuk membedakan sudut pandang yang dimiliki oleh diri sendiri dengan yang dimiliki oleh orang lain. Sebagai seorang remaja membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang lain. Dalam hal ini muncul 2 gambaran dalam berelasi antara diri dengan orang lain yang terganggu. Pertama disebut sebagai imaginary audience, yaitu keyakinan bahwa mereka adalah pusat dari perhatian dan kepedulian orang lain. Gangguan kognitif yang kedua adalah personal fable, yaitu keyakinan bahwa mereka spesial dan unik. Hal inI mengarahkan mereka pada kesimpulan bahwa orang lain tidak mungkin dapat mengerti pemikiran dan perasaan mereka.

TEORI PIAGET DALAM PENDIDIKAN
Teori Piaget memiliki pengaruh yang besar dalam pendidikan, terutama dalam masa pra sekolah dan sekolah dasar. Berdasarkan teori ini didapat 3 prinsip, yaitu:
1. discovery learning
Anak didorong untuk menemukan segala sesuatunya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan. Guru diharapkan lebih banyak menyediakan berbagai variasi aktivitas yang ditujukan untuk eksplorasi dibandingkan memberikan materi yang telah dipersiapkan secara verbal.
2. kepekaan terhadap kesiapan anak untuk belajar
dalam hal ini tidak dilakukan percepatan pada perkembangan yang ada. Piaget percaya bahwa pengalaman belajar yang sesuai membangun tingkat pemikiran anak sesuai dengan kondisinya sekarang. Guru memperhatikan dan mendengarkan siswa, memperkenalkan pengalaman yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk melatih skema berpikir yang baru. Tetapi guru tidak boleh memaksakan keterampilan baru sebelumanak menunjukkan ketertarikannya atau kesiapannya karena hal ini dapat berakibat pada penerimaan yang dangkal dibanding pengertian yang seutuhnya.
3. penerimaan terhadap perbedaan yang dimiliki setiap individu.
Semua anak melalui urutan yang sama dalam perkembangan, namun dalam kecepatan yang berbeda. Guru harus merancang aktivitas untuk individu dan kelompok kecil dibanding hanya melakukan perencanaan untuk seluruh kelas. Guru mengevaluasi kemajuan yang diperoleh dengan membandingkan kemampuan yang sebelumnya telah dimiliki oleh setiap anak.

TEORI SOSIOKULTURAL DARI VYGOTSKY
Lev Vygotsky juga percaya bahwa anak adalah pencari pengetahuan yang aktif, namun ia tidak memandang hal ini sebagai sesuatu yang  berdiri sendiri. Dalam teorinya, kondisi sosial dan budaya mempengaruhi kognisi anak, kognisi yang dimiliki oleh manusia menjadi pembawaan dalam dasar bersosialisasi dan berbahasa. Menurut Vygotsky bayi telah dipersiapkan dengan persepsi dasar, kemampuan untuk memperhatikan, dan kapasitas memori seperti yang ada pada binatang. Hal-hal tersebut berkembang pada 2 tahun pertama melalui kontak langsung dengan lingkungan. Perkembangan bahasa yang cepat mengarah pada perubahan dalam berpikir.

CHILDREN’S PRIVATE SPEECH
Pada anak pra sekolah seringkali didapati bahwa mereka berbicara pada diri sendiri saat mereka bermain atau mengeksplorasi lingkungan.
* Pandangan Piaget:
Piaget menamakan ungkapan-ungkapan ini sebagai egosentric speech, suatu istilah untuk menggambarkan kayakinannya bahwa hal tersebut merupakan refleksi dari ketidakmampuan pada tahap pre operational anak untuk membayangkan sudut pandang orang lain. Piaget percaya bahwa kematangan kognitif dan pengalaman sosial tertentu seperti pertentangan dengan teman sebaya pada akhirnya akan mengakhiri egosentric speech. Melalui berarguman dengan teman sebaya, anak secara berulang melihat bahwa orang lain memegang sudut pandang berbeda dari dirinya. Selanjutnya egosentric speech secara bertahap menurun dan digantikan dengan social speech, dimana anak dapat menyesuaikan apa yang mereka katakan kepada pendengarnya.
* Pandangan Vygotsky
Vygotsky menentang keras kesimpulan yang dibuat Piaget. Ia memberikan alasan bahwa anak belajar berbicara pada diri sendiri sebagai self gudance. Bahasa membantu anak untuk berpikir mengenai aktivitas mental, perilaku, dan tindakan-tindakan tertentu. Vygotsky menganggap hal tersebut sebagai dari semua proses kognitif.
Vygotsky menduga private speech berlangsung seiring dengan usia, berubah menjadi bisikan dan gerakan mulut. Lebih jauh, anak yang dengan bebas menggunakan private speech selama aktivitas yang menantang, menjadi lebih perhatian dan terlibat dan menunjukkan perbaikan besar dalam penampilannya.

DASAR SOSIAL PERKEMBANGAN KOGNITIF
Vygotsky percaya bahwa semua proses kognitif yang lebih tinggi berkembang melalui interaksi sosial. Melalui aktivitas bersama yang dilakukan dengan anggota msyarakat yang lebih matang, anak belajar untuk semakin menguasai aktivitas yang ada dan berpikir dalam cara yang memiliki arti dalam budayanya. Hal ini kemudian dijelakan melalui zone of proximal development, yang merupakan suatu jajaran tugas yang belum dapat dilakukan oleh anak seorang diri tapi dapat dilakukan dengan bantuan individu yang lebih berpengalaman.
* Interaksi sosial yang efektif
Untuk meningkatkan perkembangan kognitif, dalam interaksi sosial harus terkandung beberapa komponen:
1. intersubjectivity: merupakan suatu proses dimana 2 orang partisipan yang memulai suatu tugas dengan pengertian-pengertian berbeda, sampai pada suatu pengertian yang dapat dibagikan.
2. scaffolding: perubahan kualitas dari dukungan selama sesi pengajaran dimana orang dewasa menyesuaikan bantuan yang mereka berikan agar sesuai dengan tingkatan tampila yang dapat ditunjukkan oleh anak. Instruksi langsung ditawarkan saat adanay tugas baru, bantuan yang diberikan semakin dikurangi seiring dengan meningkatnya kompetensi.

PANDANGAN VYGOTSKY MENGENAI  MAKE BELIEVE PLAY
Sesuai dengan penekanannya menganai pengalaman sosial dan bahasa sabagai unsur vital dalam perkembangan kognitif, Vgotsky menganggap permainan berpura-pura sebagai sesuatu yang unik, secara luas mempengaruhi zone of proxilam development dimana anak mencapai kemajuan dengan sendirinya saat mereka mencoba berbagai keterampilan yang menantang. Menurut Vygotsky pada awalnya anak menciptakan situasi imajiner, mereka belajar untuk bertingkah laku yang sesuai dengan ide yang ada, bukan hanya sebagai respon dari stimulus eksternal. Objek substitusi menjadi penting dalam proses ini. Saat berpura-pura, anak secara berkelanjutan menggunakan suatu objek untuk menjadi individu lain. Unsur kedua dalam permainan berpura-pura adalah aturan dasarnya yang alamiah, yang juga memperkuat kapasitas anak untuk berpikir sebelum bertindak. Permaina ini menurut Vygotsky secara konstan menuntut anak bertingkah laku berlawanan dengan impulsnya karena mereka harus menyesuaikan diri kedalam situasi permainan.

TEORI VYGOTSKY DALAM PENDIDIKAN
Teori Vygotsky menawarkan pandangan baru dalam pengajaran dan pmbelajaran, yang ditekankan pada pentingnya konteks sosial dan kolaborasi.
Persamaan yang ada antara teori Piaget dengan tori Vygotsky dalam pendidikan adalah adanya kesempatan untuk secara aktif berpartisipasi dan penerimaan dari perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh individu. Meski begitu penerapan dalam teori Vygotsky bejalan diluar penerapan yang independen, mengungkapkan perlunya penemuan yang dibantu. Guru membimbing proses pembelajaran yang dijalani oleh anak, merancang intervensi bagi setiap zone of proximal development. Hal ini juga dilakukan oleh kolaborasi dari teman sebaya.
* PENGAJARAN YANG TIMBAL BALIK
Merupakan suatu metode pengajaran yang didasarkan pada teori Vygotsky dimana guru dan 2 atau 4 orang siswa berkolaborasi membentuk kelompok belajar. Perbincangan yang terjadi membentuk zone of proxilam development dimana pengertian dalam membaca meningkat.
* PEMBELAJARAN SECARA KOOPERATIF


Meski pengajaran yang timbal balik menggunakan kolaborasi teman sebaya, guru hadir untuk memberikan bimbingan, membantu untuk memastikan hal tersebut berjalan dengan lancar. Saat ini kolaborasi teman sebaya banyak digunakan, namun beberapa bukti menunjukkan perkembangan hanya terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu. Faktor yang penting dalam hal ini adalah pembelajaran secara kooperatif, yang merupakan suatu lingkungan pembelajaran dimana kelompok-kelompok teman sebaya bekerja menurut tujuan yang sama.
Layanan Orientasi

Layanan Orientasi

  Pengertian layanan orientasi adalah suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru terutama lingkungan sekolah. Pelayanan orientasi biasanyadilaksanakan pada awal program pelajaran baru yang mencakup organisasi sekolah, staf dan guru, kurikulum, program BK, Program ekstrakulikuler, fasilitas atau sarana pra sarana dan tata tertib sekolah.

            Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian layanan orientasi adalah:
a)      Program orientasi yang efektif mempercepat proses adapatasi, dan memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
b)      Murid-murid yang mengalami masalah penyesuaian ternyata kurang berhasil disekolah.
c)      Anak-anak dari lelas sosial ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri, dari pada anaak-anak dari kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi.
Ada baiknya layanan orientasi juga diberkan kepada orang tua siswa juga,hal ini dikarenakan pemahaman orang tua terhadap berbagai materi orientasi akan membantu mereka dalam memberikan kemudahan dan pelayanan kepada anak-anaknya untuk dapat mengikuti pendidikan di sekolah dengan sebain-baiknya.
Makna dan Tujuan Layanan Orientasi
          Hasil yang diharapkan melalui pemberian layanan orientasi adalah mempermudah siswa dalam menyesuaikan diri terhadap pola kehidupan sosial kegiatan belajar, dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Demikian juga orang tua siswa dengan memahami kondisi, situasi dan ketentuan sekolah anaknya akan dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan anaknya.
Tujuan Layanan Orientasi
Pada bidang bimbingan ini layanan orientasi berperan dalam pemberian pengenalan diantaranya:
a)      Memberikan kemudahan penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan sosial
b)      Penyesuaian kehidupan belajar serta kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siawa.
c)      Memberikan pemahaman kepada orang tua siswa mengenai kondisisituasi dan tuntutan sekolah anaknya agar dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya.
Materi Umum Layanan Orientasi
Materi yang dapat  diangkat melalui layanan orientasi ada berbagai macam yaitu meliputi:
a)      Orientasi umum sekolah yang baru dimasuki
b)      Orientasi kelas baru dan semester baru
c)      Orientasi kelas terakhir dan semester terakhir, UAN dan ijazah
Materi layanan Orientasi dalam Bidang-Bidang Bimbingan
a)      Layanan orientasi dalam bimbingan pribadi meliputi :
1.      Fasilitas penunjang ibadah keagamaan (mushola, tempat ibadah dan sejenisnya) yang ada disekolah
2.      Acara keagamaanyang menunjang pengembangan kegiatan peribadatan (wiritremaja dan sejenisnya)
3.      Hak dan kewajiban siswa (termasuk pakaian seragam)
4.      Bentuk pelayanan BK dalam membantu siswa mengenal kemampuan, bakat, minat dan cita-citanya serta usaha mengatasi berbagai permasalahan pribadi yang ditemui (dirumah, sekolah, dan di masyarakat)
5.      Fasilitas pelayanan kesehatan
b)      Layanan Orientasi dalam bimbingan sosial meliputi:
1)      Suasana kehidupan dan tata krama tentang hubungan sosial di sekolah, baik dengan sesama teman, guru, wali kelas maupun staf sekolah lainnya.
2)      Peraturan dan tata tertib memasuki atau menggunakan kantor, kelas, perpustakaan, mushola, labolatorium dan fasilitas sekolah lainnya.
3)      Linkungan sosial masyarakat sekitar sekolah dengan berbagai bentuk tuntutan pergaulan dan kebiasaan masyarakatnya.
4)      Wadah yang ada di sekolah, yang dapat membantu dan meningkatkan serta mengembangkan hubungan sosial siswa seperti OSIS, Pramuka, UKS, PMR, Kesenian dan sejenisnya.
5)      Organisasi orang tua siswa dan guru.
6)      Adanya pelayanan bimbingan sosial bagi para siswa.
c)      Layanan orientasi dalam bimbingan belajar meliputi :
1)      Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar jadwal pelajaran, dan guru-guru setiap mata pelajaran.
2)      Linkungan dan fasilitas sekolah yang menunjang kegiatan dan belajar seperti riang kela, work shop, labolatorium, perpustakaan, ruang diskusi, ruang BK dan sebagainya.
3)      Kurikulum yaitu berkenaan dengan :
¨       Tujuan pendidikan sekolah
¨       Mata pelajaran dan program belajar
¨       Sistem dan pendekatan proses belajar mengajar
¨       Tugas-tugas(kegatan ekstrakulikuler)
¨       Sistem ujian, penilaiann, kenaikan kelas, UAN, ijazah
¨       Jenis dan sistem penetapan pilihan kegiatan ekstrakulikuler
¨       Pelayanan BK sebagai bagian dari kurikulum
4)      Suasan belajar di sekolah pada umumnya yang perlu dikembangkan.
5)      Kegiatan belajar yang dituntut dari siswa.
6)      Adanya pelayanan bimbingan belajar bagi para siswa.
d)      Layanan orientasi dalam bimbingan karir meliputi:
1)      Peranan BK serta pelacakan karir di sekolah.
2)      Pelaksanaan bimbingan karir untuk siswa sesuai dengan jenjang pendidikannya.
3)      Kegiatan yang diharapkan dari siswa dalam pelaksanaan bimbingan karir.
Funsi utama Bimbingan yang didukung oleh layanan orientasi adalah fungsi:
1)      FUNGSI PEMAHAMAN
Melalui layanan orientasi BK, fungsi pemahaman membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2)      FUNSI PENCEGAHAN
Yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mmencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini yang berkaitan dengan layanan orientasi konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang tata cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya, diantaranya dengan memberikan pengetahuan dan ketrampilan sebanyak-banyaknya kepada konseli.
Beberapa masalah yang perlu di orientasikan kepada konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan di antaranya: bahaya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan, drop out dan pergaulan bebas (free sex)
Pelaksanaan Layanan Orientasi
          Layanan orientasi dapat diselenggarakan melalui berbagai cara seperti ceramah, tanya jawab, dan diskusi yang selanjutnya dilengkapi dengan peragaan, selebaran, tayangan foto, atau video atau peninjauan ketempat yang dimaksud(misalnya ruang kelas, labolatorium, perpustakaan dan lain-lain) meskipun materi orientasi dapat diberikan oleh guru pembimbing, kepala sekolah, wali kelas, guru mata pelajaran, namun seliruh kegiatan itu direncanakan oleh guru pembimbing. Pemberian materi orientasi kepada sekelompok siswa atau orang tua siswa dalam bentuk:
1.      Pertemuan umum
Pada kegiatan ini di ikuti oleh sejumlah besar siswa, misalnya pada saat masa orientasi siswa dimana pada saat tersebut semua siswa diberikan materi-materi yang berkaitan dengan kondisi lingkungan yang akan mempengaruhi proses belajar siswa.
2.      Pertemuan klasikal (diikuti oleh parasiswa dari kelas tertentu)
 Program yang di rancang konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Dilakukan secara terjadwal, biasanya berupa diskusi kelas atau brain storming (curhat pendapat). Misalnya, seorang konselor yang memberikan pengenalan mengenai mata pelajaran di kelas IPS
3.      Pertemuan kelompok ( diikuti oleh sejumlah peserta yang terbatas).
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok kecil (5-10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini adalah masalah yang bersifat umum ( common problem) dan tidak rahasia.
Misalnya cara-cara belajar efektif, kiat- kiat menghadapi ujian dan mengelola setres.
Bentuk pertemuan tertentu yang dihadiri para siswa atau orang tua siswa disesuaikan jenis materi dan sifat orientasi yang disampaikan. Demikian juga pembicara, ada materi yang disampaikan pada guru pembimbing, kepala sekolah, wali kelas atau guru mata pelajaran. Dalam layanan orientasi personil sekolah berperan saling melengkapi, sehingga para siswa dan orang tua siswa memperoleh ganbaran yang lengkap dan satuan tentang satuan jenjang atau periode pendidikan yang baru mereka masuki.

http://fi3fa.blogspot.com/2012/05/layanan-orientasi.html