DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN
AKUNTANSI DI INDONESIA
Nining Ika Wahyuni1
Abstract
This
study aims to explore fundamental issues related to the full adoption IFRS in
Indonesia, include how accounting education anticipate the application of IFRS
in 2012, the readiness of Indonesia's accountants to face the implementation of
IFRS and accounting services liberalization and readiness of PPA to create
accountants who have the competence and able to compete in the global
marketplace.
The research method used in this
paper is descriptive research method by using data from various literature
sources such as books, information from mass media as well as from the
Internet.
The results of this study indicate that
implementation of IFRS will
take many changes in mindset,
paradigm and patterns of accounting’s teaching. Curriculum improvements must be
done to
create an accountant ready to
compete in global market.
Keyword: accounting education, IFRS
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Munculnya IFRS tak bisa lepas dari perkembangan global, terutama yang
terjadi pada pasar modal. Perkembangan teknologi informasi (TI) di lingkungan
pasar yang terjadi begitu cepat dengan sendirinya berdampak pada banyak aspek
di pasar modal, mulai dari model dan standar pelaporan keuangan, relativisme
jarak dalam pergerakan modal, hingga ketersediaan jaringan informasi ke seluruh
dunia.
Dengan kemajuan dan kecanggihan TI pasar modal, jutaan atau bahkan
miliaran investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar modal di seluruh
penjuru dunia. Pergerakan mereka tak bisa dihalangi lagi oleh jarak atau
teritori negara. Para investor dapat dengan mudah bergerak dan berinvestasi
dari satu negara ke negara lain, atau sekaligus melakukan investasi di beberapa
negara dalam waktu bersamaan. Hal ini dengan sendirinya menuntut adanya satu
standar akuntansi yang dibutuhkan baik oleh pasar modal atau lembaga yang
memiliki agency problem. Yang
dimaksud dengan agency problem adalah
masalah jarak antara principle dan agent yang dalam relasi membutuhkan jembatan antara pemilik dan
buruh atau pekerja yang disebut agency
relation, yaitu informasi. Informasi yang dimaksud disini berupa laporan
tentang aset, resources, dan
1 Dosen
Jurusan Akuntansi Universitas Jember
12
DAMPAK
IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN AKUNTANSI DI INDONESIA
lainnya yang berhubungan dengan keadaan perusahaan yang dibuat oleh agent dan diserahkan kepada principles (pemilik). Biaya yang
dikeluarkan untuk menjaga hubungan baik antara principles dan agent disebut
agency cost. Fenomena inilah yang
kemudian mendorong International Accounting Standard Boards (IASB) melakukan
percepatan harmonisasi standar akuntansi internasional melalui apa yang disebut
International Financial Reporting Standart (IFRS).
IFRS telah digunakan oleh lebih
dari 150 negara, termasuk Jepang, China, Kanada, dan 27 negara Uni Eropa.
Sedikitnya, 85 dari negara-negara tersebut telah mewajibkan laporan keuangan
mereka mengunakan IFRS untuk semua perusahaan domestik atau perusahaan tercatat
(listed). Bagi perusahaan-perusahaan
yang sudah go international, atau
yang memiliki partner dari Uni Eropa, Australia, Russia, dan beberapa negara di
Timur Tengah memang tidak punya pilihan lain selain menerapkan IFRS. Bagi
Indonesia peralihan ke IFRS ini merupakan pilihan yang tak bisa dihindari.
Sebab, Indonesia sudah menjadi bagian integral dari pasar dan perekonomian
global.
Pada tanggal 23 Desember 2008,
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) meresmikan (grand
launching) program konvergensi International
Financial Reporting Standards (IFRS),
yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia (Indonesian GAAP) akan
dikonvergensikan secara penuh dengan IFRS pada tanggal 1 Januari 2012. Tentu
saja hal ini akan menjadi suatu tantangan bagi dunia pendidikan terutama
perguruan tinggi yang notabene dituntut untuk segera membuat perubahan dan
mengambil langkah-langkah tertentu sehingga dapat mensukseskan rencana adopsi
secara penuh standar akuntansi international terebut. Oleh karena itu, penulis
ingin mencoba memaparkan tentang kesiapan dunia pendidikan di Indonesia untuk
menghadapi implementasi IFRS.
1.2. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang di
atas maka tulisan ini berusaha untuk mengupas permasalahan pokok terkait dengan
rencana pengadopsian secara penuh (full
adoption) IFRS di Indonesia, yaitu:
1. Bagaimana
dunia pendidikan mengantisipasi pemberlakuan IFRS 2012?
2.
Siapkah para akuntan Indonesia
menghadapi pemberlakuan IFRS dan liberalisasi jasa akuntansi?
3. Mampukah lembaga-lembaga penyelenggara
PPA melahirkan akuntan-
akuntan yang memiliki kompetensi berstandar internasional dan mampu
bersaing di pasar global?
Hasil penelitian dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
a)
Memberikan suatu wacana tentang
kesiapan dunia pendidikan di Indonesia khususnya perguruan tinggi dalam
implementasi IFRS 2012.
b)
Memberikan suatu wacana tentang
peluang dan tantangan yang mungkin akan dihadapi oleh para akuntan indonesia
dengan diberlakukanknya IFRS.
c)
Memberikan suatu wacana tentang
kesiapan para penyelenggara PPA untuk dapat melahirkan akuntan-akuntan yang
memiliki kompetensi berstandar internasional dan mampu bersaing di pasar
global.
1.3. Metoda Penelitian
Jurnal Akuntansi Universitas Jember
DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN
AKUNTANSI DI INDONESIA
Metoda penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metoda
penelitian deskriptif dengan menggunakan sumber data dari berbagai literature
berupa buku, informasi di media cetak maupun elektroknik serta dari internet.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah International Financial Repoting Standards IFRS
Terdapat dua badan penyusun standar yang berkaitan dengan praktik
akuntansi secara internasional yaitu The International Accounting Standards
Committee (IASC) dan The International Federation of Accountant (IFAC). IASC
lebih berkonsentrasi untuk menyusun International Accounting Standards (IAS).
Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar
akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat
diperbandingkan (Choi et al.,1999). Sedangkan IFAC lebih memfokuskan pada upaya
pengembangan International Standard Audits (ISA), kode etik, kurikulum
pendidikan, dan kaidah-kaidah bagi akuntan dalam berbisnis. Kesepakatan
pembentukan IASC terjadi pada Juni 1973 di Inggris yang diwakili oleh
organisasi profesi akuntansi dari sembilan negara, yaitu Australia, Canada,
Prancis, Jerman Barat, Jepang, Mexico, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat.
IFAC didirikan oleh badan profesi akuntan dari 63 negara pada bulan Oktober
1977.
Pada April 2001 The International Accounting Standards Committee (IASC)
berkembang menjadi The International Accounting Standards Board (IASB), yang
oleh karena perkembangan ini maka International Accounting Standards (IAS)
kemudian juga dikembangkan menjadi International Financial Reporting Standards
(IFRS). IFRS yang pertama terbit pada Juni 2003.
Berbeda dengan standar lokal/PABU lokal yang berbeda antar negara dan
pasar modal, IFRS adalah seperangkat aturan yang seragam dan secara teori,
diaplikasikan dengan cara yang sama terhadap semua perusahaan publik di pasar
modal atau negara yang mengadopsi standar ini. IFRS sebagai sebuah kerangka dan
interprestasinya yang diadopsi oleh IASB memiliki peraturan yang luas terdiri
dari:
1.
International Standard Audits
(IAS) – standar yang diterbitkan sebelum 2001.
2. International
Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang dikeluarkan setelah tahun
2001.
3. Standing
Interpretations Committee (SIC) – yang diterbitkan sebelum 2001.
4.
International Financial Reporting
Issues Committee (IFRIC) – yang diterbitkan setelah tahun 2001.
5. Framework
for the Preparation and Presentation of Financial Statements.
Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya
merupakan International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan antara
tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh International Accounting Standards Committee
(IASC). Pada bulan April 2001, IASB mengadospsi seluruh IAS dan melanjutkan
pengembangan standar (Natawidnyana, 2008).
2.2 Tujuan dan Manfaat adopsi penuh IFRS
Jurnal Akuntansi Universitas Jember
DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN
AKUNTANSI DI INDONESIA
Dengan mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan berdasarkan PSAK tidak memerlukan
rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Beberapa
penelitian berikut menunjukkan manfaat pengadopsian IFRS.
Amstrong et al. (2000) dan Covrig et al. (2007) berdasarkan studi
empirisnya menyatakan bahwa pelaporan berbasis IFRS menjadikan biaya untuk
membandingkan antar pasar modal dan antar negara menjadi lebih less costly. Komparabilitas yang semakin
tinggi membuat pelaporan keuangan lebih berguna bagi investor dan pemegang
pancang (stakeholders). Selain itu, penggunaan seperangkat standar akuntansi
yang sama antar perusahaan dari negara yang berbeda meningkatkan kemampuan para
investor asing (outsiders) untuk
mendeteksi praktik manajemen laba dan manipulasi akuntansi, seperti dengan
membatasi perlakuan akuntansi yang permissible.
Sehingga, jika perpindahan menuju adopsi IFRS dalam faktanya dapat meningkatkan
daya banding pelaporan perusahaan, hal tersebut pada giliran berikutnya dapat
meningkatkan likuiditas pasar dan menurunkan cost of capital. Perbedaan dalam standar akuntansi juga dipadang
sebagai hambatan terhadap investasi lintas negara (Bradshaw et al., 2004;
Aggarwal et al., 2005). Sebaliknya, pelaporan keuangan yang lebih mudah
dipahami oleh investor dari luar negeri akan dapat meningkatkan likuiditas
pasar modal dan memperluas basis investor perusahaan, dan pada tahapan
berikutnya akan meningkatkan pembagian risiko (risk-sharing) dan cost of
capital yang lebih rendah (Merton, 1982). Dengan demikian, pergerakan
global menuju pelaporan berbasis IFRS dapat memfasilitasi investasi lintas
negara dan integrasi pasar modal (Covrig et al., 2007).
Bukti lain dari studi tentang pengaruh adopsi IFRS terhadap pasar modal,
antara lain dikemukan oleh Ball, Kothari, dan Robin (2000); Ball, Robin, dan Wu
(2000); Leuz (2003), Ball dan Shivakumar (2005) serta Burgstahler, Hail, and
Leuz (2006). Hasil penelitian mereka sesuai dengan incentive-based view menyatakan bahwa struktur institusional suatu
negara memainkan peranan penting untuk menjelaskan dampak adopsi IFRS terhadap
pasar modal. negara dengan badan regulatornya yang lebih ketat dan dengan
struktur institusional yang mendorong insentif yang kuat terkait dengan
pelaporan (strong reporting incentive) cenderung lebih
memperlihatkan dampak adopsi terhadap pelaporan berbasis IFRS. Sejalan dengan hal ini beberapa negara telah
memperkuat regulasi mereka dalam rangka pengadopsian IFRS. Sebagai contoh, Uni
Eropa pada tahun 2003, melalui the Committee of European Securities Regulators
(CESR) menerbitkan standar No.1 yang antara lain berisi dorongan untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan pendekatan yang umum berdasarkan IFRS.
III. PEMBAHASAN
Perubahan tata cara pelaporan keuangan yang sebelumnya banyak mengacu
pada US GAAP ke IFRS akan memiliki dampak sangat luas.
Setidaknya, para praktisi di bidang akuntansi dituntut untuk memiliki “kompetensi
baru” seperti yang disyaratkan IFRS. Pengajaran akuntansi di kampus harus
segera dimutakhirkan, seiring kebijakan Indonesia yang telah
mendeklarasikan penggunaan konvergensi sistem akuntansi internasional atau
International Financial Reporting Standards (IFRS). Mata kuliah yang terkena
dampak besar dari IFRS ini adalah pengantar akuntansi, akuntansi keuangan
menengah, teori
Jurnal Akuntansi Universitas Jember
DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN
AKUNTANSI DI INDONESIA
akuntansi, akuntansi internasional, akuntansi keuangan lanjutan, seminar
akuntansi atau akuntansi topik khusus, metodologi penelitian, serta analisis
laporan keuanga. Hingga saat ini, di kalangan praktisi, akademisi, dan pengurus
IAI masih terdapat pendapat yang beragam. Ada yang mengaku Indonesia telah
siap, termasuk dari segi pendidikan keprofesiannya. Namun, tidak sedikit yang
meragukannya (Akuntan Indonesia edisi 17: halm.21)
3.1 Dampak terhadap pendidikan
Proses konvergensi PSAK dengan IFRS akan berdampak terhadap pendidikan,
antara lain:
1. Perubahan
mind-stream dari rulebased kepada principle-based.
Adopsi IFRS
secara penuh bukanlah
hanya sekadar perpindahan
pendekatan akuntansi dari historical cost ke fair
value. Inti masalah yang lebih mendasar dari adopsi IFRS adalah perubahan
konsep, paradigma, atau pola pikir. Karena jika memang mengadopsi IFRS secara
penuh berarti akan terjadi peralihan dari rule
based ke principles based dalam
sistem akuntansi.
U.S. GAAP merupakan standar
akuntansi yang lebih merefleksikan rule-based
sedangkan IFRS secara umum dipandang sebagai standar yang lebih merefleksikan principle-based (Schipper, 2003). Nelson (2003) mendefinisikan rule-based sebagai ketentuan atau kriteria
yang spesifik yang mencakup batasan-batasan
yang sangat jelas, contoh-contoh, pembatasan jangkauan, pengecualian, penduan
implementasi, dan sebagainya. Rule-based
accounting standards memberikan
aturan-aturan yang sangat detail untuk setiap aplikasi dari standar. Hal ini mendorong timbulnya perilaku check-the-box dalam pelaporan keuangan
yang menghilangkan judgment dalam
praktik pelaporan.
Untuk dapat memahami rules-based dan principles-based accounting standards,
bisa digambarkan melalui ilustrasi berikut ini (Mainess et al., 2003 dalam Arifin, 2009).
Contoh 1: “Tarif beban depresiasi tahunan untuk semua asset tetap adalah
sebesar 10% dari kos aset sampai asset selesai didepresiasi secara penuh”
Dalam contoh 1 di atas, standar
tidak memberikan ruang untuk melakukan judgement
atau ketidaksetujuan mengenai tarif beban depresiasi yang harus digunakan. Meskipun dengan aturan
seperti itu tingkat komparabilitas dan konsistensi dapat terjamin, tetapi
relevansinya akan berkurang bersamaan dengan ketidakmampuannya dalam
menggambarkan kondisi ekonomi sebenarnya yang melatar belakangi, dimana di
antara masing-masing perusahaan mungkin berbeda.
Contoh2: “Tarif beban depresiasi untuk tiap periode seharusnya
menggambarkan
tingkat penurunan nilai ekonomi dari asset selama periode manfaat.”
Dalam contoh 2, standar tersebut
memerlukan aplikasi judgement dan
keahlian dari manajer dan auditor. Akibatnya komparabilitas laporan keuangan
akan berkurang dan mungkin tidak konsisten dari waktu ke waktu. Standar
berbasis prinsip memberi keunggulan dalam hal memungkinkan manajer memilih
perlakuan akuntansi yang merefleksikan transaksi atau kejadian ekonomi yang
mendasarinya, meskipun hal sebaliknya dapat terjadi. Standar berbasis prinsip
memungkinkan manajer, anggota komite audit, dan auditor menerapkan judgment
profesionalnya untuk lebih fokus pada merefleksi
Jurnal Akuntansi Universitas Jember
DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN
AKUNTANSI DI INDONESIA
kejadian atau transaksi ekonomi secara substansial,
tidak sekedar melaporkan transaksi atau kejadian ekonomi sesuai dengan standar.
US GAAP yang berifat rule based memberi aturan baku pelaporan
keuangan dengan syarat-syarat dan ketentuannya yang ditentukan secara
mendetail, sedangkan dalam principles
based hanya mengatur prinsipnya. Jadi, peralihan ke IFRS berarti peralihan
paradigma dan pola pikir. Penyiapan ke arah perubahan paradigma, konsep, dan
pola pikir seperti ini belum banyak dilakukan di lingkungan perguruan tinggi.
Begitu mendasarnya masalah ini, maka sejak dini pendidikan akuntansi harus
sudah disiapkan dengan matang.
2. Banyak menggunakan professional judgement.
Dengan diterapkannya IFRS, dunia
pendidikan dituntut untuk mampu mengubah pola pengajaran maupun pola pikir
mahasiswa sehingga menghasilkan para akuntan yang sesuia dengan kebutuhan
global. Pendidikan akuntansi dulunya banyak mengunggunakan buku-buku ajar dari
Amerika yang notabene berdasarkan rule
based. Mahasiswa biasa diajarkan petunjuk pelaporan keuangan dan
implementasi secara detail sehingga mengurangi ketidakpastian dan menghasilkan
aplikasi aturan-aturan spesifik dalam standar secara mekanis.
IFRS tidak menyediakan
aturan-aturan detail pengaturan pelaporan. Oleh karena itu mahasiswa harus
mulai diajarkan bagaimana pengambilan keputusan berdasarkan prinsip akuntansi.
Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan maupun auditor untuk memiliki pemahaman
mengenai kerangka konseptual informasi keuangan agar dapat mengaplikasikan
secara tepat dalam pembuatan keputusan. Dalam principles-based system, akuntan akan membuat sejumlah estimasi
yang harus dia pertanggungjawabkan dan mensyaratkan semakin banyak judgment
professional (Schipper, 2003). Fleksibilitas dalam standar IFRS yang bersifat principles-based akan berdampak pada
tipe dan jumlah skill professional yang seharusnya dimiliki oleh akuntan dan
auditor. Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai kejadian maupun transaksi bisnis dan ekonomi perusahaan secara
fundamental sebelum membuat judgment. Berbagai estimasi yang dibuat oleh
manajemen perlu dinilai kelayakannya oleh auditor sehingga auditor juga
dituntut memiliki kemampuan menginterpretasi tujuan dari suatu standar. AAA Financial Accounting Standard Committee (2003) bahkan meyakini kemungkinan meningkatnya konflik antara auditor dan
klien. Selain keahlian teknis, akuntan juga perlu memahami implikasi etis dan
legal dalam implementasi standar (Carmona & Trombetta, 2008). Dengan
membandingkan tiga standar, Benneth et al. (2006) menyimpulkan bahwa principles-based standards mensyaratkan
judgment professional baik pada level transaksi maupun pada level laporan
keuangan.
3. Banyak menggunakan fair value accounting:
Berbeda dengan FASB yang tidak
mengakui fair value sebagai dasar
untuk mengukur asset, fair value
ditetapkan oleh International Accounting Standard Board (IASB) sebagai dasar
untuk mengukur aset. Namun Seiring perkembangan zaman, ternyata penggunaan historical cost tidak lagi relevan
karena kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan telah terhambat oleh
tantangan yang serius. Dan banyak orang yang berpendapat dan yakin bahwa
standard akuntansi yang menggunakan historical cost memainkan peranan
Jurnal Akuntansi Universitas Jember
DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN
AKUNTANSI DI INDONESIA
penting sebagai penyebab kerusakan perekonomian,
terutama lembaga simpan pinjam tahun 1980an dan masalah perbankan 1990an.
Karena pada waktu itu banyak laporan keuangan yang tidak mengungkapkan kerugian
segera pada saat terjadi. Sehingga terdapat kesepakatan bahwa standard
akuntansi yang ada perlu diperbaiki untuk. Oleh karena itu, FASB dan IASB
bekerja sama untuk berusaha mengharmonisasikan standar akuntansi masing-masing.
Pertanyaan mengenai bagaimana aset seharusnya diakui di neraca merupakan salah
satu isu penting yang harus dicari solusinya. Untuk itu baik IASB maupun FASB
melakukan pengujian secara seksama terhadap fair value, tentang arti dari fair
value dan bagaimana seharusnya diaplikasikan.
Selama ini masih banyak perbedaan
pendapat mengenai fair value. Argument yang menentang akuntansi berdasarkan
nilai pasar menyatakan bahwa market value
accounting kurang dapat dipercaya dan menjadi halangan utama dalam
penerapannya serta menganggap model historical
cost lebih unggul sebab lebih dapat dipercayai (tingkat reliabilitasnya
lebih tinggi). Namun masalah yang selalu melekat adalah bahwa model akuntansi
berdasarkan historical cost tidak
mengakui adanya perubahan nilai bersifat ekonomis dan cenderung membiarkan
perusahaan memilih sendiri apakah dan kapan mengakui adanya perubahan tersebut.
Ini mendorong adanya bias dalam pemilihan apa yang dilaporkan. Akan tetapi, hal
yang cukup menarik adalah bahwa angka-angka yang dilaporkan dengan sistem
akuntansi berdasarkan nilai pasar mempunyai korelasi sangat kuat dengan harga
saham, dan memberi petunjuk bahwa nilai berdasarkan pasar lebih baik (lebih
terpercaya) dari pada nilai berdasarkan historical
cost. Penggunaan fair value
accounting dalam dunia pendidikan dan dalam dunia bisnis akan menyebabkan smoothing income menjadi semakin sulit
dengan penggunaan balance sheet approach
dan fair value. Akan tetapi,
meskipun mempunyai keunggulan, sistem
market value accounting berpotensi rentan terhadap manipulasi dan kesalahan
estimasi.
4.
IFRS selalu berubah dan konsep yang
digunakan dalam suatu IFRS dapat berbeda dengan IFRS lain, misalnya lease menggunakan risk and reward concept,
sedangkan service concession arrangement menggunakan controllability concept, dan
pemutakhiran (updating) IFRS
merupakan suatu keharusan.
5. Perubahan textbook dari US
GAAP kepada IFRS.
Salah satu masalah utama terkait dengan persiapan
implementasi International Financial Reporting Standard (IFRS) atau standar
laporan keuangan internasional di lingkungan perguruan tinggi adalah belum
adanya kurikulum baku dan terbatasnya buku-buku teks. Meskipun adopsi IFRS
sudah lama dicanangkan, namun kurikulum dan buku-buku teks yang diajarkan di
perguruan tinggi masih berkiblat ke Amerika Serikat. Buku teks yang terkait
dengan IFRS masih sangat kurang atau hampir tidak ada. Untuk mengatasi hal ini
IAI sudah berinisiatif kerja sama dengan Australia untuk mencoba menyusun
materi IFRS sebagai bahan pengajaran di kelas.
6. Peluang Riset.
Pengadopsian International
Reporting Standard (IFRS) juga akan membawa dampak pada riset akuntansi.
Berdasarkan review terhadap berbagai riset mengenai dampak pengadopsian IFRS,
terdapat dua kelompok besar riset yang dapat dilakukan mengenai dampak
pengadopsian IFRS, yaitu (1) dampak
Jurnal Akuntansi Universitas Jember
DAMPAK
IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN AKUNTANSI DI INDONESIA
pengadopsian IFRS terhadap perilaku partisipan
dalam proses pelaporan keuangan, dan (2) dampak pengadopsian IFRS terhadap
kualitas pelaporan keuangan.
Untuk kondisi Indonesia, riset
kelompok kedua belum bisa dilakukan hingga tersedianya laporan keuangan
berbasis IFRS pada tahun 2012. Namun demikian, peneliti bisa melakukan riset
kelompok pertama tanpa harus menunggu pengadopsian penuh IFRS pada 2012.
Beberapa peluang riset dampak pengadopsian IFRS pada kelompok pertama adalah
(1) survey kesiapan berbagai pihak dalam pengadopsian IFRS, termasuk kesiapan
dunia pendidikan mensuplai lulusan yang paham IFRS; (2) determinan kinerja
judgment; (3) level presisi standard (rules-based vs. principles based)
terhadap (berbagai) judgment preparer maupun auditor; (4) level presisi standar
(rules-based vs. principles based) terhadap konflik antara manajemen dan
auditor, dan negosiasi; dan (5) peran komite audit dalam konflik manajemen –
auditor. Adapun beberapa peluang riset dampak pengadopsian IFRS di kelompok
kedua adalah (1) dampak terhadap komparabilitas laporan keuangan dalam satu
yurisdiksi akuntansi; (2) dampak terhadap kualitas laba dengan berbagai proksi;
(3) peran komite audit dan mekanisme corporate governance lain; (4)
kebermanfaatan informasi akuntansi (misal rasio-rasio keuangan) sebelum dan
sesudah adopsi IFRS; (5) riset pengungkapan; dan (6) riset pilihan metoda
akuntansi.
3.2
Bagaimana
dunia pendidikan mengantisipasi pemberlakuan
IFRS 2012
Kesiapan pendidikan profesi
memperoleh sorotan khusus berkaitan dengan akan diberlakukannya IFRS dan
liberalisasi jasa akuntansi di wilayah ASEAN
(ASEAN MRA Framework on
Accountancy). Tidak dapat dipungkiri para praktisi di bidang akuntansi
dituntut untuk memiliki “kompetensi baru” seperti yang
disyaratkan IFRS. Salah satu titik krusial terkait rencana Indonesia
menerapkan Standar Laporan Keuangan Internasional (International Financial
Reporting Standard/IFRS) pada tahun 2012 adalah kesiapan pendidikan profesi
akuntansi (PPA).
Banyak kalangan menilai dari segi
pendidikan kita belum siap. Dikhawatirkan, lulusan PPA nantinya tidak memiliki
kompetensi IFRS. Lembaga yang paling berkompeten untuk menyesuaikan PPA dengan
standar pendidikan akuntansi internasional atau International Education
Standard (IES) adalah Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) serta Komite Evaluasi dan Rekomendasi PPA (KERPPA).
Sebagai konsekuensi dari
pemberlakuan IFRS, KAPd telah mengadopsi standar pendidikan internasional
(International Education Standard/IES) yang dikeluarkan International
Federation of Accountants (IFAC). IFAC mengeluarkan tujuh standar pendidikan
internasional yang berlaku efektif per 1 Januari 2005. IES tersebut meliputi
Entry Requirement to a Program of
Professional Accounting Education yang
dikenal dengan kode IES-1, Content Of
Professional Accounting Education Programs (IES-2), Professional Skills Contents (IES-3), Professional Values, Ethics,
and Attitudes (IES-4), Practical
Experience Requirements (IES-5),
Assessment of Professional Capabilities and Competence (IES-6), dan Continuing
Professional Development: A Program of Lifelong
Jurnal Akuntansi Universitas Jember
DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN
AKUNTANSI DI INDONESIA
Learning and Continuing
Development of Professional Competence (IES-7). IES merupakan panduan global untuk
membentuk akuntan yang professional, termasuk PPAk di Indonesia. Selain itu
KAPd juga melakukan beberapa langkah dalam menghadapi implementasi IFRS. Pertama, menyelesaikan penyusunan
standar akuntan. Kedua, menjalin
kerja sama dengan kompartemen atau asosiasi lain guna mendukung rencana
penerapan IFRS dan fair value.
Ketiga, mendorong pembuatan materi ajar dan penelitian-penelitian tentang
penerapan IFRS.
Pihak lain yang tidak luput dari tanggung jawab terhadap keberhasilan
implementasi IFRS adalah kalangan akademisi, dalam hal ini perguruan tinggi
(PT). Di tengah perkembangan perekonomian global yang demikian cepat,
diperlukan penyesuaian-penyesuaian yang cepat pula di bidang pendidikan profesi
akuntan jika tidak ingin terjadi gap
yang sangat lebar antara materi yang diajarkan akademisi dengan perkembangan
yang terjadi di lapangan. Kalau tidak akan terus
terjadi gap yang lebar antara out put lembaga pendidikan dengan
kebutuhan pasar.
“Adopsi IFRS secara penuh berarti akan terjadi peralihan dari rule based ke principles based dalam sistem akuntansi. Penyiapan ke arah
perubahan paradigma, konsep, dan pola
pikir seperti ini harus mulai dilakukan di lingkungan perguruan tinggi yaitu
melalui pemutakhiran kurikulum dan silabus PPA, seminar-seminar dan
pelatihan-pelatihan tentang IFRS serta penyusunan buku teks yang sesuai dengan
IFRS. Selain itu KAPd juga banyak menggelar workshop
nasional bagi kalangan dosen dengan tujuan training
for the trainer (TOT). TOT ini diproyeksikan bisa ditiru dan menyebar ke
berbagai daerah. Targetnya, lulusan pendidikan akuntan di Indonesia bisa
bersaing dengan lulusan luar negeri dan mampu memenuhi tuntutan IFRS.
3.3 Akuntan, Jumlah VS Kompetensi
Profesi akuntan akan memainkan peran makin penting dalam perekonomian
nasional saat Indonesia mulai menerapkan International Financial Reporting
Standard (IFRS) pada 2012. Namun, karena keterbatasan pendidikan, jumlah dan
kompetensi akuntan Indonesia terbilang belum memadai.
Data dan fakta-fakta yang disampaikan Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa
Penilai Departemen Keuangan pada Dialog Komite Evaluasi dan Rekomendasi
Pendidikan Profesi Akuntan (KERPPA) IAI yang dilaksanakan pada 20 Mei 2009
menunjukkan bahwa dibanding dengan negara-negara lain, kondisi profesi akuntan
di Indonesia masih memprihatinkan baik dari sisi jumlah maupun kompetensi.
Karena itu, daya saing jasa akuntansi di Indonesia masih terbilang rendah.. Per
30 April 2009, jumlah akuntan beregister sebanyak 46.633 orang. Sementara itu,
jumlah akuntan yang telah mengikuti ujian sertifikasi akuntanpublik (USAP) dan
lulus hanya 615 orang. Namun, tak semua akuntan lulusan USAP tersebut kemudian
berpraktik menjadi akuntan publik. Sebagai gambaran, per 1 Januari 2009, dari
615 lulusan USAP tersebut, hanya158 orang atau 25,69 persen yang berpraktik
sebagai akuntan publik. Selebihnya, bekerja di tempat atau bidang lain. Ini
yang menyebabkan perkembangan jumlah akuntan publik di Indonesia lebih rendah
dibanding negara-negara Selain itu, kontribusi pendidikan profesi juga
terbilang minim dalam menyuplai atau mencatak akuntan. Saat ini, misalnya, baru
ada 36 perguruan tinggi (PT) yang mendapatkan rekomendasi menyelenggarakan
program Pendidikan Profesi Akuntan (PPA). Indarto mencatat total lulusan PPA
dari penguruan tinggi negeri hanya 2.153.
Jurnal Akuntansi Universitas Jember
DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN
AKUNTANSI DI INDONESIA
Atau, pada 2008 ada sedikitnya 162.205 mahasiswa akuntansi yang aktif.
Namun, jumlah akuntan publik di Indonesia hingga tahun 2009 baru 887.Jumlah
yang sangat tak memadai jika dibanding populasi penduduk Indonesia yang
mencapai 220 juta jiwa. Bandingkan, misalnya, jumlah akuntan publik Malaysia
yang sudah mencapai 2.410 orang, Thailand (6.070 orang), Filipina (4.011
orang), atau Vietnam (1.046). Bahkan, Singapura sebagai negara yang luasnya
cuma seperti DKI Jakarta itu jumlahnya hampir sama dengan Indonesia, 862 orang.
Namun, akuntan yang telah mengantungi Certified Public Accountant (CPA)
jumlahnya mencapai 14.261 orang.
Kondisi seperti ditunjukkan oleh data di atas dapat merupakan suatu
peluang sekaligus hambatan bagi para mahasiwa yang saat ini sedang menempuh
jurusan akuntansi. Akan menjadi peluang, jika kita mampu memanfaatkan keadaan
tersebut dengan sebaik-baiknya. Pasar modal yang semakin berkembang dan
pertumbuhan perekonomin akan menyebabkan kebutuhan pasar yang besar terhadap
profei akuntan. Namun, apabila pasar dometik tidak dapat memenuhi kebutuhan
akan profesi akuntan ini ataupun jika kulifikasi yang di sediakan oleh pasar
domestik tidak seusai dengan kebutuhan international, maka tidak mustahil
tantangan terbesar akan muncul dengan datangnya akuntan-akuntan dari negara
lain yang dapat dengan mudah mengambil lahan pekerjaan kita.
IV. SIMPULAN
Keputusan IAI untuk mengadopsi IFRS secara menyeluruh di tahun 2012
membawa banyak pengaruh pada dunia pendidikan akuntansi. Adopsi IFRS antara
lain akan mambawa perubahan pada pola pikir, paradidma dan pengajaran akuntansi
harus memulai berubah dari rule based
ke principle based.
IFRS tidak menyediakan aturan-aturan detail pengaturan pelaporan. Oleh
karena itu mahasiswa harus mulai diajarkan bagaimana pengambilan keputusan
berdasarkan prinsip akuntansi. IFRS selalu berubah sehingga bagi dunia
pendidikan pemutakhiran (updating)
IFRS merupakan suatu keharusan. Pengadopsian International Reporting Standard
(IFRS) juga akan membawa dampak pada riset akuntansi.
Lembaga yang paling berkompeten untuk menyesuaikan PPA dengan standar
pendidikan akuntansi internasional atau International Education Standard (IES)
adalah Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) serta
Komite Evaluasi dan Rekomendasi PPA (KERPPA). Dalam rangka adopsi IFRS secara
penuh di tahun 2012, KAPd banyak menggelar workshop
nasional bagi kalangan dosen dengan tujuan training
for the trainer (TOT). TOT ini diproyeksikan bisa ditiru dan menyebar ke
berbagai daerah. Targetnya, lulusan pendidikan akuntan di Indonesia bisa
bersaing dengan lulusan luar negeri dan mampu memenuhi tuntutan IFRS.
DAFTAR PUSTAKA
Akuntan Indonesia.2009. Siapkah
mengantisipasi pemberlakuan IFRS & mencapai Standar Pendidikan
Internasional yang dikeluarkan oleh IFAC ? Edisi No.17/Tahun III/Juni 2009
Jurnal Akuntansi Universitas Jember
DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN
AKUNTANSI DI INDONESIA
Arifin, Taufiq. 2009. Pengaruh
Principle-Based & Rule-Based Accounting Standards Terhadap Manajemen Laba
Akrual & Manipulasi Aktivitas Riil. Tesis MSi UGM.
Armstrong, C. S., Barth, M. E.,
Jagolinzer, A. D., Riedl, E. J., 2007. Market reaction to the adoption of IFRS
in Europe. Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=903429.
Ball, R., Kothari, S. P., Robin,
A., 2000. The effect of international institutional factors on properties of
accounting earnings. Journal of Accounting and Economics 29, 1-51.
Ball, R., Robin, A., Wu, J. S.,
2003. Incentives versus standards: Properties of accounting income in four East
Asian countries. Journal of Accounting and Economics 36, 235- 270.
Bennet, B., M. Bradbury and H.
Prangnell . 2006. Rules, Principles and Judgments in Accounting Standards. Abacus, Vol. 42, No. 2, 2006.
Bradshaw, M. T., Bushee, B. J.,
Miller, G. S., 2004. Accounting choice, home bias, and U.S. investment in
non-U.S. firms. Journal of Accounting Research 42, 795-841.
Burgstahler, D., Hail, L., Leuz,
C., 2006. The importance of reporting incentives: Earnings management in
European private and public firms. The Accounting Review.
Carmona & Trombetta, 2008. On
the Global Acceptance of IAS/IFRS Accounting Standards: The Logic and
Implications of the Principles-Based
System” journal of Accounting and
Public Policy. vol. XXXII(3) 339-370, 2008.
Choi, Frederick D.S., Carol Ann
Frost, Garry K Meek. 1999. International
Accounting. 3th edition. United
Stated: Prentice Hall International.
Covrig, V. L., DeFond, M. J.,
Hung, M., 2007. Foreign mutual funds holdings, and the voluntary adoption of international
accounting standards. Journal of Accounting Research 45, 41-70.
Merton, R. C., 1987. A simple
model of capital market equilibrium with incomplete information. Journal of
Finance 42, 483-510.
Natawidnyana, 2008. “International Financing
Reporting Standards: A
Brief
Nelson, M. W. 2003. Behavioral
evidence on the effects of principles- and rules-based standards. Accounting Horizons 17 (1): 91.104.
Schipper, K. 2003.
Principles-based accounting standards. Accounting
Horizons 17 (1): 61.72.
Jurnal Akuntansi Universitas Jember
DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN AKUNTANSI DI INDONESIA
4/
5
Oleh
fuadi