SPIRITUALITAS
B.2.1. Pengertian spiritualitas
Spiritualitas merupakan suatu pencarian terhadap sesuatu yang bermakna (a search for the sacred) (Synder&Lopez, 2005)
B.2.2. Spiritualitas sebagai Suatu
Pencarian
Defenisi di atas yang dimulai dengan “merupakan
suatu pencarian” mengindikasikan bahwa spiritualitas adalah sebuah proses yang
mencakup usaha untuk menemukan sesuatu yang bermakna dan mencakup usaha untuk
berpegang padanya dan menjaganya.
Cara
untuk menemukan dan menjaga sesuatu yang bermakna itu sangat banyak dan tidak
terbatas. Cara tersebut mencakup keterlibatan sosial yang berkisar dari institusi
agama tradisional sampai dengan kelompok atau program atau asosiasi spiritual
non-tradisional.
B.2.3. Spiritualitas sebagai
suatu pencarian terhadap sesuatu yang bermakna
Menurut
Oxford English Dictionary, sacred : the
holy, those things ‘set apart’ from the ordinary and worthy of veneration and
respect. Sesuatu yang bermakna ini mencakup konsep tentang Tuhan, Yang
bersifat Ilahi dan transenden. Namun, objek lain dapat menjadi sakral atau
mengambil kekuatan yang luar biasa melalui atau dalam hubungannya dengan yang
bersifat Ilahi.
Objek
yang sakral mencakup waktu dan ruang (hari minggu, gereja); kejadian dan
peristiwa (kelahiran, kematian) ; material (anggur, salib), produk budaya
(music, sastra) ; orang (Santa, pemimpin agama) ; atribut psikologis (diri, pemaknaan
pribadi); atribut sosial (kasih, komunitas) dan peran (pernikahan, mengasuh,
bekerja).
Spiritualitas
berpusat pada persepsi tentang atau terhadap sesuatu yang bermakna (sesuatu
yang dianggap sakral). Dengan defenisi ini, maka spiritualitas tidak dapat
diasumsikan pada dasarnya baik. Dalam upaya mencari dan menemukan sesuatu yang
bermakna, manusia dapat menggunakan cara konstruktif dan destruktif. Sebagai
contoh : dalam upaya menghadirkan kerajaan Allah, manusia dapat memusuhi orang
lain yang memiliki kepercayaan yang berbeda.
Nilai
dari spiritualitas bergantung pada
bentuk spesifik dari pencarian individual terhadap sesuatu yang bermakna
tersebut yaitu cara tertentu yang diambil oleh seseorang menuju objek sakral
tertentu.
B.2.4. Pengukuran spiritualitas
Spiritualitas
dapat diukur dengan mengukur seberapa sukses individu dalam pencarian terhadap
sesuatu yang bermakna degan menggunakan kriteria yang berorientasi pada
spiritualitas seperti kebahagiaan spiritual (spiritual well-being). Spiritualitas dapat juga diukur melalui
kesehatan mental, fisik dan kehidupan sosial yang dapat diamati.
B.2.5. Penemuan terhadap sesuatu
yang bermakna
a.
Menemukan Tuhan
Pencarian terhadap Tuhan dimulai dari masa
kanak-kanak. Terdapat beberapa pandangan tentang hal ini, antara lain :
1.
Terdapat dasar genetis yang
dibawa sejak lahir oleh setiap manusia tentang spiritualitas
2.
Konsep tentang Tuhan berakar dari
kapasitas intrapsikis anak untuk membayangkan, berfantasi dan menciptakan
manusia super
3.
Spiritualitas berkembang dari
kejadian-kejadian hidup yang penting maupun melalui tantangan hidup yang
dialami
4.
Pentingnya konteks sosial dalam
membentuk pemahaman anak tentang Tuhan. Hal ini memberi implikasi bahwa konsep
anak tentang Tuhan dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, pendidikan dan
masyarakat. Kircpatrick menyatakan bahwa konsep tentang Tuhan merupakan
refleksi dari keeratan hubungan antara anak dengan figur utama yang dengannya
anak mengalami kelekatan (attachments).
Dia juga menyatakan bahwa ada korelasi kedekatan anak-orang tua dengan
kedekatan anak-Tuhan. Sigmund Freud, tokoh psikoanalisa, menempatkan tokoh ‘Bapa’
sebagai sosok yang memiliki peran penting dalam menubuhkan agama pada anak. Melalui konsep father image (citra kebapaan) ini, ‘Bapa’ menjadi tokoh panutan
yang diidolakan. (Jalaluddin, 2004)
Dalam
sejumlah studi, ada temuan bahwa individu yang memahami bahwa Tuhan sebagai
pengasih dan figur yang penuh pengertian melaporkan tingkat yang lebih tinggi
dalam kebahagiaan personal (personal
well-being). Sebaliknya, orang yang menggambarkan Allah dengan pengertian
yang kejam, jauh, takut, menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dalam ‘distress
psikologis’ (psychological distress).
Dari
temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa bagaimana manfaat dan bahaya dari
pencarian individual terhadap Tuhan atau sesuatu yang Ilahi tergantung pada bagaimana
pemahaman mengenai Tuhan yang ditemukan oleh individu dan jenis relasi atau
hubungan yang dibentuk individu tersebut dengan Tuhan.
b.
Menemukan sesuatu yang bermakna
Allah adalah pusat dalam pemahaman mengenai
spiritualitas. Spiritualitas mencakup lebih daripada Allah, karena berkaitan
dengan sesuatu yang bermakna dimana sesuatu yang bermakna dapat ditemukan di
dunia seperti di surga. Setiap aspek dalam hidup dapat memperoleh status ini.
Sanctification is perception of an
object as having spiritual significance and character.
(Synder&Lopez,
2005 hal.649 )
Sanctification (penyucian) dapat
terjadi dalam cara yang teistik dan non teistik.
Tuhan dapat dihubungkan dengan berbagai area
kehidupan seperti :
1.
Tuhan dapat dilihat
manifestasinya dalam pernikahan
2.
Pekerjaan dapat dipahami sebagai
panggilanTuhan
3.
Lingkungan dapat dilihat sebagai
ciptaanNya
Persepsi
kita mengenai sesuatu itu memiliki makna kekal, lebih penting daripada sesuatu
itu sendiri. Instansi agama bukan satu-satunya sumber didikan tentang
penyucian, karena sumber dari apa yang kudus dan tidak kudus dibentuk oleh
pengalaman personal, keluarga, organisasi, komunikasi, budaya yang lebih besar.
Mahoney et al (1999) dan Pargament (1999), menyatakan bahwa ada tiga implikasi
dari penyucian :
1.
Orang cenderung akan memelihara
dan melindungi objek-objek sakral
2.
Orang cenderung akan
menginvestasikan lebih diri mereka dalam pengejaran akan hal atau objek yang
sakral
3.
Orang cenderung memperoleh
makna/pengertian, kekuatan dan penyucian dari dimensi-dimensi sakral dalam
hidup mereka
Contoh : pasangan-pasangan yang menyucikan
pernikahan mengalami beberapa keuntungan antara lain kepuasan pernikahan lebih
besar, lebih melakukan investasi dalam pernikahan, lebih sedikit dalam konflik
pernikahan, lebih efektif dalam penyelesaian masalah, dll. Orang tua yang
menyucikan peran mengasuh anak-anak melaporkan lebih sedikit agresi verbal yang
dilakukan dan lebih disiplin dalam mendidik anak.
c.
Memelihara sesuatu yang bermakna
Setelah menemukan apa yang bermakna dalam hidupnya,
maka seseorang akan berjuang untuk berpegang padanya. Orang yang spiritual
peduli akan pengembangan, pemeliharaan relasi mereka dengan sesuatu yang
bermakna tersebut.
Sejumlah metode spiritual untuk memelihara relasi
tersebut adalah : meditasi, doa, dan mengalami dimensi spiritual di kehidupan
sehari-hari.
Terdapat 3 metode penanganan spiritual dalam
menjalani waktu-waktu stress :
a.
Menentukan batasan (marking boundaries)
Menentukan batasan disini maksudnya adalah mendefinisikan
ulang aturan-aturan tentang apa yang membuat seseorang menjadi anggota dari
suatu agama tertentu. Hal ini diperlukan ketika menghadapi ancaman/tantangan
yang berupa pemahaman yang berbeda dari yang dipahami, yang mana dengan tantangan
ini, individu akan cenderung memperkuat komitmen dan kepercayaannya.
b.
Penyucian spiritual (Spiritual purification)
Penyucian
spiritual disini maksudnya adalah mengakui dosa-dosa dan mengalami pemulihan dari
Allah. Penelitian oleh Pennbaker menunjukkan bahwa proses pengakuan dosa
meningkatkan distress pada jangka waktu yang pendek namun meningkatkan
kesehatan fisik dalam waktu yang lama. Pengakuan dosa ini bertujuan tidak hanya
untuk meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis tapi juga membawa kembali
seseorang pada pemahaman mengenai sesuatu yang bermakna.
c. Pola
pikir Spiritual (Spiritual Reframing)
Spiritual Reframing merupakan pola pikir
atau cara pandang terhadap tantangan atau ancaman, melihat ada tujuan spiritual
yang lebih besar di balik peristiwa-peristiwa negatif yang terjadi.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa individu yang demikian memiliki penyesuaian yang
lebih baik terhadap krisis tersebut. Sebaliknya, individu yang tidak mampu menjaga
kepercayaannya dalam kasih Allah yang mengikuti kejadian-kejadian yang
menimbulkan stress, lebih rentan terhadap masalah. Sehingga individu tersebut
lebih cemas, lebih depresi baik secara psikologis maupun fisiologis.
Cara
pandang yang bersifat negatif bisa membuat lebih stress dan depresi menghadapi
berbagai stressor. Misalnya adalah cara pandang yang mengasumsikan bahwa
masalah yang dihadapi dikarenakan dosa yang diperbuat di masa lalu sehingga
masalah tersebut merupakan hukuman dari Allah. Cara pandang seperti ini akan
meningkatkan rasa bersalah dan menghukum diri sendiri.
Esensi
dari spiritualitas adalah : proses menemukan dan memelihara serta kembali
menemukan sesuatu yang bermakna. Hal ini mengindikasikan bahwa proses ini
merupkan siklus yang berkembang sepanjang rentang kehidupan. Spiritualitas
mengambil rupa atau bentuk yang beraneka bagi manusia, bergantung pada paduan
unik dari kekuatan biologis, psikologi, konteks dan kekuatan transenden.
B.2.6. Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan
spiritual adalah kemampuan manusia untuk memberi makna atas apa yang ia alami
dan jalani. Kecerdasan spiritual bukanlah sekedar agama (religi). Terlepas dari
agama, manusia dapat memberi makna melalui berbagai macam keyakinan. Hal ini
dikarenakan oleh kesadaran bahwa berbagai hal dapat memberikan nilai spiritual
dan rasa bermakna. Bermakna di dalam Tuhan merupakan makna sejati yang
diarahkan oleh agama, karena sumber makna selain Tuhan tidaklah kekal.
Seseorang
yang memiliki kecerdasan spiritual yan tinggi mampu memaknakan seluruh fenomena
yang ia alami dalam kerangka berpikir positif dan optimis tentang semesta.
Kemurahan hati yang tulus adalah
sumber spiritual yang membuat diri sendiri dan orang lain bahagia. Kemurahan
hati muncul dari rasa syukur yang berkelimpahan dalam diri seseorang. Kerendahan
hati untuk tidak cepat menilai merupakan ciri lain. Kerendahan hati ini dalam
pengertian bahwa mereka tidak terjebak oleh kerangka penilaian sendiri atas semua
peristiwa yang menimpanya (Ummah K. , 2003).
B.2.7. Mengembangkan kehidupan
spiritualitas
Kehidupan spiritualitas dapat dikembangkan melalui
berbagai bentuk antara lain meditasi, refleksi, ritual ibadah seperti berdoa,
ibadah, pembacaan firman, dll.
Spiritualitas
4/
5
Oleh
fuadi