Sunday, April 16, 2017

PERKEMBANGAN KOGNITIF

PERKEMBANGAN KOGNITIF

Pengertian mengenai kognisi merujuk pada proses yang terjadi didalam diri dan produk dari pemikiran yang mengacu pada keadaan “mengetahui”. Hal ini melibatkan semua aktivitas mental seperti: attending, remembring, symbolizing, categorizing, planning, reasoning, problem solving, creating dan fantasizing. Kemampuan penyesuaian dari kognisi yang belum matang memberikan implikasi yang besar bagi pendidikan. Tindakan memaksakan anak untuk mencapai level yang lebih tinggi akan merusak proses yang ada. Piaget merupakan salah satu tokoh yang pertama kali menekankan pentingnya kesiapan untuk belajar, dalam hal ini anak dihadapkan pada tugas dan tantangan yang sesuai dan dihindarkan dari stimulasi yang terlalu banyak dan kompleks yang dapat membingungkan dan membuat anak kewalahan.

PIAGET’S COGNITIVE-DEVELOPMENTAL THEORY
Menurut Piaget, bayi belum memiliki kognisi, melainkan mereka membuat dan menyaring struktur psikologis (mengorganisir cara-cara untuk mengerti pengalaman yang dapat membuat mereka lebih efektif dalam menyesuaikan diri terhadap dunia luar) melalui persepsi dan aktivitas motorik mereka. Piaget memandang anak-anak sebagai individu  constructing, dimana segala pengetahuan mengenai dunianya didapat melalui aktivitas mereka, maka teori ini sering disebut sebagai constructivist approach pada cognitive development.

KARAKTERISTIK DASAR DARI TAHAPAN KOGNISI PIAGET
Piaget percaya bahwa anak melalui 4 tahapan perkembangan: (1) sensorimotor, (2) pre operational, (3) concrete operational, (4) formal operational (pada tahap ini perilaku eksplorasi yang dilakukan anak berubah menjadi abstract, logical intelligence pada masa adolesence dan adulthood). Keurutan dari tahapan Piaget memiliki 3 karakteristik penting:
1. general theory: terdapat asumsi bahwa semua aspek dari kognisi berkembang dalam suatu cara yang terintegrasi, melalui arah dan perubahan yang hampir serupa.
2. invariant: hal ini berarti tahapan yang ada selalu mengikuti urutan yang telah ditetapkan dan  tidak ada tahapan yang dapat dilewat.
3. universal: tahapan yang ada dapat diasumsikan untuk menggambarkan tahapan kognitif setiap anak-anak dimana saja.

PERUBAHAN KOGNITIF MENURUT PIAGET
Menurut Piaget struktur psikologis (suatu cara yang terorganisir untuk mengerti tentang pengalaman yang ada, yang disebut sebagai skema)  berubah sesuai dengan usia. Pada mulanya skema berupa suatu pola tindakan sensorimotor. Contohnya saat kita melihat bayi berumur 6 bulan melihat, menggenggam, dan menjatuhkan benda kita melihat “skema menjatuhkan” benda yang masih kaku namun seiring dengan pertambahan usia skema yang ada menjadi tindakan yang disengaja dan semakin kreatif dalam pelaksanaannya. Lama kelamaan sebelum melakukan suatu tindakan  anak menunjukkan bahwa terlebih dahulu ia berpikir sebelum melakuakn hal tersebut. Perubahan ini menandai perubahan dari pendekatan sensorimotor pada pendekatan kognitif pada dunia sekitar yang didasarkan pada mental representation, atau penggambaran didalam diri mengenai informasi yang dapat dimanipulasi oleh pikiran. Mental representation yang memiliki pengaruh besar adalah:
1. images: penggambaran secara mental terhadap benda, individu  lain dan ruang. Dengan menggunakan mental image kita dapat menelusuri kembali langkah-langkah yang telah kita lakukan saat kita kehilangan suatu benda.
2. concepts: merupakan kategori yang mengelompokkan benda-benda dan kejadian-kejadian yang serupa. Kita dapat menjadi seorang pemikir yang lebih efisien, dapat mengorganisir berbagai pengalaman yang ada menjadi sesuatu yang lebih berarti, teratur, dan lebih mudah diingat.
Dalam teori Piaget ada 2 proses yang terlibat dalam perubahan dari sensorimotor pada pre operational:
1. adaptasi: melibatkan pembuatan skema melalui interaksi dengan dunia luar, terdiri dari 2 aktivitas yang bersifat komplementer,  yaitu :
* asimilasi: individu menggunakan skema yang ada untuk mengintepretasikan dunia luar
* akomodasi: individu menyesuaikan skema lama dan membuat skema baru untuk menghasilkan sesuatu yang lebih sesuai dengan lingkungan.
Keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi bervariasi dari waktu ke waktu. Saat anak tidak mengalami perubahan yang berarti, mereka lebih banyak melakukan asimilasi dibanding akomodasi. Piaget menyabut kondisi ini sebagai keseimbangan kognitif, merujuk pada keadaan yang stabil, nyaman.
Saat anak tidak banyak mengalami perubahan maka kondisi ini disebut cognitive equilibrium (kondisi tenang & nyaman). Saat anak mengalami perubahan kognitif yang cepat maka kondisi ini disebut cognitive disequilibrium or cognitive discomfort. Pada saat ini anak menyadari bahwa informasi yang diterima sudah tidak sesuai dengan skema yang ada à mereka mengganti asimilasi menjadi akomodasi. Perubahan maju dan mundur antara cognitive equilibrium dan disequilibrium yang mengarahkan pada skema yang lebih efektif = equilibration
2. organization: merupakan suatu pengaturan yang dilakukan didalam diri dan menghubungkan antar skema sehingga dapat terbentuk suatu sistem kognitif yang terhubung dengan kuat. Contoh: bayi akan mengkaitkan antara “menjatuhkan” ke “melempar” untuk mengembangkan pengertian “dekat” dan “jauh”.


TAHAP SENSORI MOTOR (SEJAK LAHIR SAMPAI USIA 2 TAHUN)
tahap sensorimotor terbagi dalam 6 tahap:
No Sub tahapan sensorimotor Tingkah laku adaptif
1. Reflexive schemes (0-1 bulan) Newborn reflexes
2. Primary circular reactions (1-4 bulan) Kebiasan motorik sederhana yang berpusat pada sekitar tubuh bayi, antisipasi kejadian yang terbatas, usaha pertama untuk melakukan imitasi
3. Secondary circular reactions (4-8 bulan) Tindakan yang dilakukan ditujukan untuk pengulangan dari efek yang menyenangkan dari dunia sekitar; pengimitasian tingkah laku yang familiar.
4. Coordination of secondary circular reactions (8-12 bulan) Tingkah laku yang bertujuan/ goal directed, kemampuan untuk menemukan benda pada tempat pertamakali dimana benda tersebut disembunyikan (object permanence), antisipasi terhadap kejadian yang lebih maju, imitasi tingkah laku yang dilakukan sedikit berbeda dengan yang dilakukan pertama kali.
5. Tertiary circular reactions (12-18 bulan) Eksplorasi terhadap benda dengan cara baru: mengimitasi tingkah laku yang tida familiar; kemampuan untuk mencari benda yang disembunyikan pada beberapa tempat berbeda
6. Mental representation (18 bulan-2 tahun) Penggambaran objek dan kejadian didalam diri, yang ditunjukkan oleh pemecahan masalah yang dilakukan dengan segera; kemampuan untuk menemukan objek yang telah dipindahkan saat tidak terlihat (invisible displacement), imitasi yang tertunda, make-believe play

PERKEMBANGAN SENSORIMOTOR
* Kesempatan pengulangan tingkah laku
Saat berumur 1 bulan bayi memasuki sub tahap 2, mereka mulai mulai secara sukarela memperoleh kendali atas tingkah laku mereka selama primary circular reaction, melalui kesempatan untuk melakukan pengulangan, tingkah laku yang ada sebagian besar dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar. Konsekuensinya mereka mengembangkan beberapa kebiasaan motorik sedrhana seperti menghisap ibu jari atau kepalan tangan. Selama sub tahap 3, bayi mulai belajar duduk, meraih dan memanipulasi objek. Kemampuan motorik yang telah diperoleh ini berperan besar pada pengalihan perhatian mereka pada dunia luar. Dengan menggunakan secondary circular reaction, mereka berusaha untuk mengulang efek yang menyenangkan pada dunia luar yang disebabkan oleh tingkah laku mereka.
* Tingkah laku yang bertujuan
Pada sub tahap 4, pengkombinasian skema menjadi skema yang baru, keurutan yang lebih kompleks. Bayi dapat terlibat dalam tingkah laku yang bertujuan, atau yang berorientasi pada goal. Pada tahap ini bayi mengkoorinasikan skema dengan sengaja untuk memecahkan permasalahan sederhana. Saat bayi dapat mengambil kembali benda yag disembunyikan, menunjukkan bahwa bayi telah mulai menguasai object permanence, meski begitu kesadaran mengenai hal ini belum seutuhnya dikuasai. Bayi  belum memiliki gambaran yang jelas mengenai benda sebagai sesuatu yang tetap saat disembunyikan dari pandangan (a-not-B search error). Pada tahap ini bayi juga telah memiliki kelebihan lain; bayi dapat dengan lebih baik mengantisipasi kejadian yang ada sehingga kadang kala mereka menggunakan kemampuan mereka untuk suatu tingkah laku yang bertujuan untuk mengubah kejadian tersebut. Selain itu bayi dapat mengimitasi tingkah laku dengan sedikit berbeda dari yang biasa mereka lakukan.
Pada sub tahap 5 tertiary circular reactions  muncul. Anak mengulang suatu tingkah laku dengan variasi dan hasil yang baru. Karena pendekatan terhadap dunia luar dilakukan dengan sengaja, anak menjadi  problem solver  yang lebih baik. Contohnya mereka dapat memikirkan bagaimana caranya untuk memasukkan suatu benda dengan pas pada lubang yang ada, menggunakan tongkat untuk meraih mainan yang berada diluar jangkauan.
* Mental representation
Pada sub tahap 6, perkembangan sensori motor mencapai puncaknya melalui mental representation. Tanda dari tercapainya kemampuan ini adalah anak dapat memperoleh solusi dengan segera terhadap masalah, terkesan mereka bereksperimen dengan berbagai tindakan yang akan dilakukan didalam pemikirannya. Selain itu kemampuan ini menghasilkan beberapa kapasitas yang lain. Pertama hal ini mengacu pada kapasitas untuk memecahkan masalah  object permanence lebih lanjut yang melibatkan invisible displacemant (menemukan menda yang dipindahkan saat tidak terlihat), kedua hal in memungkinka terjadinya  deferred imitation kemampuan untuk mengingat dan meniru tingkah laku dari model yang tidak ada. Terakhir hal ini memungkinkan untuk terjadinya make believe play, dimana anak melakukan dan membayangkan aktivitas yang ada.

TAHAP PREOPERATIONAL (2-7 TAHUN)
KEMAJUAN DALAM MENTAL REPRESENTATION
* Bahasa dan pemikiran
Piaget menganggap bahwa bahasa merupakan alat yang paling fleksibel dalam mental representation namun Piaget tidak mempercayai bahwa bahasa memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif. Sebaliknya ia percaya bahwa aktivitas semsorimotor mengarah pada penggambaran dalam diri dari pengalaman, yang kemudian diberi label dalam bentuk bahasa. Dengan melepaskan pemikiran dari tindakan, memungkinkan dilakukannya pemikiran yang lebih jauh dari yang sebelumnya.
* Make believe play
Piaget percaya bahwa dengan berpura-pura, anak berlatih dan memperkuat skema baru yang telah mereka miliki. Perkembangan dari make believe play:
1. sejalan dengan waktu, permainan semakin terlepas dari kondisi kehidupan nyata yang telah diasosiasikan. Awal mulanya anak menggunakan objek nyata, lama kelamaan mereka bermain tanpa menggunakan objek nyata.
2. permainan menjadi semakin kurang berpusat pada umur. Saat anak pertamakali berpura-pura, nampak bahwa hal tersebut ditujukan pada dirinya, contohnya anak berpura-pura makan. Namun  kemudian anak melakukannya pada benda lain, contohnya anak berpura-pura memberi makan boneka.
3.  permainan semakin lama melibatkan kombinasi skema yang lebih kompleks. Mulanya anak mungkin dapat berpura-pura minum dari cangkir, namun tidak mengkombinasikannya dengan tindakan menuangkan dan meminum. Namun kemudian anak mengkombinasikan skema berpura-pura dengan teman sebayanya dalam sociodramatic play.
Keuntungan dari make believe play: Piaget menangkap aspek penting dari kegiatan ini saat ia menelaah perannya dalam melatih skema representational. Dia juga mencatat adanya pemfungsian emosi yang terintegrasi, suatu ciri yang ada dalam teori psikoanalisa. Anak kecil selingkali mengalami kembali kejadian yang memicu anxiety, seperti pergi ke dokter atau tindakan pendisiplinan dari orang tua, tapi dengan memutarbalikkan peran yang ada ana dapat mengendalikan dan melakukan kompensasi untuk pengalaman yang tidak menyenangkan tersebut. Permainan yang dilakukan oleh anak tidak hanya merefleksikan tetapi juga memberi kontribusi terhadap kognitif anak dan keterampilan sosial.
* Drawings
Kemajuan kognitif dan penekanan budaya pada pengekspresian secara artistik mempengaruhi perkembangan dari representasi seni anak. Secara umum kegiatan menggambar memlalui keurutan sebagai berikut:
1. scribbles (corat coret): pada mulanya gerakan yang dilakukan, yang menghasilkan coretan-coretan mengandung suatu representasi, contoh: coretan-coretan yang melompat-lompat menjelaskan kelinci yang sedang melompat.
2. representasi pertama dari bentuk.
3. gambar yang semakin realistik. Anak kecil tidak menuntuk suatu gambar yang relistik, namun ketika kognitif dan motorik halus berkembang mereka belajar untuk lebih realistik lagi.
Hubungan antara simbol dengan dunia nyata →  dual representation: memandang objek dalam 2 hal, yaitu dalam arti sebenarnya dan sebagai symbol.

KETERBATASAN DALAM PEMIKIRAN PREOPERASIONAL
Pada tahap ini anak belum mampu melakukan  operations (mental representation dari suatu tindakan yang mengikuti aturan-atruan yang logis). Sebaliknya pemikiran mereka masih kaku, terbatas pada satu aspek dari suatu situasi pada suatu waktu, dan secara kuat mempengaruhi pemunculan segala sesuatu pada saat tersebut.
* Pemikiran yang egosentris dan animistik
Bagi Piaget kekurangan yang paling serius dalam pemikiran preoperasional, yang merupakan dasar dari segala sesuatunya adalah sifat egosentris. Saat pertama kali anak melakukan mental representation, mereka cenderung terfokus pada sudut pandang mereka sendiri dan mengabaikan sudut pandang orang lain. Meski begitu mereka sering mengasumsikan orang lain melihat, berpikir dan merasakan hal yang sama dengan mereka. Sifat egosentris juga dikatakan bertanggung jawab atas pemikiran animistik yang dimiliki anak. Anak percaya bahwa benda mati memiliki kualitas seperti makhluk hidup, seperti berpikir, berharap, memiliki perasaan, dan tujuan seperti mereka.
* Ketidakmampuan untuk mempertahankan
Conservation merujuk pada pemikiran mengenai karakteristik fisik tertentu dari suatu benda tetap sama meski penampilan luarnya berubah. Pemikiran yang paling tidak logis dari pemikiran preoperasional adalah ireversibility. Anak pada tahap ini secara mental tidal dapat melakukan beberapa tahap tingkah laku dan kemudian membalikkan tahapan tersebut ke titik awal. Reversibility adalah bagian dapi pengoperasian secara logis.
* Kurangnya pengklasifikasian bertahap
Kurangnya pengoperasian secara logis membuat anak sulit untuk membuat klasifikasi bertahap. Mereka tidak dapat mengorganisir benda kedalam kelas-kelas atau subklas yang didasarkan pada persamaan atau perbedaan.

TAHAP CONCRETE OPERATIONAL (7-11 TAHUN)
Piaget memandang tahap concrete operational sebagai suatu titik balik pada perkembangan kognitif. Saat anak telah mencapai tahap ini, pemikiran mereka semakin mendekati pemikiran orang dewasa. Menurut Piaget pada tahap ini pemikiran yang ada lebih logis, fleksibel, dan terorganisir.

PEMIKIRAN CONCRETE OPERATIONAL
Dalam tahap-tahap ini anak dapat melakukan bermacam-macam hal:
1. conservation
Kemampuan untuk mengetahui bahwa sesuatu memiliki ketetapan, menunjukkan bahwa anak telah mampu untuk melakukan suatu pengoperasian. Dahulu anak tidak dapat mengatakan bahwa air yang ada pada suatu wadah bila dipindahkan ke wadah lain yang lebih lebar tanpa mengurangi atau memberikan penambahan maka jumlahnya akan tetap sama. Saat ini anak dapat melakukan penjabaran, mengenali bahwa perubahan pada suatu aspek pada air (ketinggiannya) dikompensasikan oleh perubahan pada aspek lainnya (yaitu lebar wadah yang baru). Penjelasan ini juga menjelaskan kapasitas untuk membayangkan bahwa airi yang ada dapat dikembalikan ke wadah semula sebagai bukti dari ketetapan (reversibility).
2. pengklasifikasian yang bertahap
Saat berumur antara 7-10 tahun anak lebih menyadari adanya pengklasifikasian yang bertahap dan dapat memusatkan perhatian pada hubungan antara kategori umum dengan kategori yang lebih spesifik pada saat yang sama.
3. seriation
Kemampuan untuk mengurutkan sesuatu secara kuantitatif seperti berdasarkan panjang atau berat disebut sebagai seriation. Pada tahap ini anak juga dapat melakukan seriation secara mental, suatu kemampuan yang disebut sebagai transitive inverence.

4. kemampuan daya bayang ruang
Pada tahap ini anak lebih mengerti mengenai konsep ruang dibanding tahap sebelumnya.
* Jarak: pengertian mengenai jarak mulai berkembang, dapat membedakan apakah suatu benda berjarak lebih dekat atau lebih jauh bukannya mengecil atau membesar.
* Arah: dapat menunjukkan arah yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tempat.
* Peta kognitif: merupakan representasi mental mengenai ruang yag berskala besar. Anak dapat menggambarkan penunjuk-penunjuk jalan yang dilewati sepanjang perjalanan mereka dari rumah ke sekolah.

KETERBATASAN DALAM PEMIKIRAN CONCRETE OPERATIONAL
Pada tahap ini anak berpikir dalam suatu cara yang terorganisir dan logis hanya pada saat dihadapkan pada permasalahan yang konkret. Pengoperasian secara mental yang mereka miliki tidak dapat diterapkan pada permasalahan abstrak (hal-hal yang tidak nampak pada kenyataan). Contohnya anak memiliki kesulitan untuk memecahkan permasalahan seperti: “Susan lebih tinggi dari Sally dan Sally lebih tinggi dari Mary. Siapa yang paling tinggi?”
2. Piaget menggunakan istilah horizontal decalage (yang berarti berkembang dalam suatu tahapan) untuk menggambarkan penguasaan konsep logika yang bertahap ini. Horizontal decalage merupakan salah satu indikasi mengenai kesulitan anak yang berada dalam tahap concrete operational untuk menyelesaikan permasalahan yang abstrak. Anak yang berada dalam tahap ini tidak secara langsung memiliki prinsip logika yang umum dan mengaplikasikannya dalam situasi yang relevan. Sebaliknya mereka nampak menyelesaikan permasalahan logis yang ada secara terpisah. Anak tidak secara langsung menguasai logika umum, misalnya dalam masalah consevation. Anak akan menguasai mengenai angka, diikuti oleh pengertian mengenai panjang, cairan dan banyaknya lalu diikuti penguasaan mengenai berat.

TAHAP FORMAL OPERATIONAL (MULAI DARI USIA 11 TAHUN)
Kapasitas untuk berpikir secara abstrak dimulai pada sekitar usia 11 tahun. Pada tahap ini benda atau kejadian-kejadian konkret tidak lagi diperlukan sebagai alat bantu dalam berpikir.

HYPOTHETICO-DEDUCTIVE REASONING
Hypothetico-deductive reasoning merupakan suatu bentuk problem solvingdari tahap formal operational dimana anak mulai dari teori yang bersifat umum dari segala faktor yang memungkinkan yang dapat mempengaruhi penyelesaian dari masalah dan membuat hipotesis yang sesuai yang telah mereka uji sesuai dengan keurutan yang ada. Piaget mengilustrasikan hal in dalam permasalahan “pendulum”. Mereka akan membandimgkan pendulum yang berat dengan tali senar yang panjang serta pendulum ringan dengan tali senar yang pendek. Mereka menguji semua pengaruhnya.
PERENCANAAN
Pada tahap ini anak dapat mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan logis (dalam bentuk verbal) tanpa melihat keadaan nyata. Meski Piaget tidak memandang bahasa memegang peranan utama dalam perkembangan kognitif, namun ia mengakui bahwa hal tersebut menjadi penting selama tahap ini. Pemikiran secara abstrak memerlukan suatu sistem yang didasarkan pada bahasa dari representasi yang ada, yang tidak mewakili dunia nyata seperti yang ada dalam proses matematika. Pemikiran secara  formal operational  juga melibatkan kemampuan verbal mengenai konsep abstrak. Orang dewasa menggunakan kapasitas ini saat mereka berusaha untuk mencari tau mengenai relasi antara waktu, ruang, dan permasalahan dalam fisika dan kebebasan dalam berfilosofi dan studi mengenai permasalahan sosial.
KONSEKUENSI DARI PEMIKIRAN ABSTRAK
Piaget mempercayai bahwa suatu bentuk baru dari sikap egosentris turut muncul seiring dengan dicapainya tahapan ini, yaitu berupa ketidakmampuan untuk membedakan sudut pandang yang dimiliki oleh diri sendiri dengan yang dimiliki oleh orang lain. Sebagai seorang remaja membayangkan apa yang dipikirkan oleh orang lain. Dalam hal ini muncul 2 gambaran dalam berelasi antara diri dengan orang lain yang terganggu. Pertama disebut sebagai imaginary audience, yaitu keyakinan bahwa mereka adalah pusat dari perhatian dan kepedulian orang lain. Gangguan kognitif yang kedua adalah personal fable, yaitu keyakinan bahwa mereka spesial dan unik. Hal inI mengarahkan mereka pada kesimpulan bahwa orang lain tidak mungkin dapat mengerti pemikiran dan perasaan mereka.

TEORI PIAGET DALAM PENDIDIKAN
Teori Piaget memiliki pengaruh yang besar dalam pendidikan, terutama dalam masa pra sekolah dan sekolah dasar. Berdasarkan teori ini didapat 3 prinsip, yaitu:
1. discovery learning
Anak didorong untuk menemukan segala sesuatunya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan. Guru diharapkan lebih banyak menyediakan berbagai variasi aktivitas yang ditujukan untuk eksplorasi dibandingkan memberikan materi yang telah dipersiapkan secara verbal.
2. kepekaan terhadap kesiapan anak untuk belajar
dalam hal ini tidak dilakukan percepatan pada perkembangan yang ada. Piaget percaya bahwa pengalaman belajar yang sesuai membangun tingkat pemikiran anak sesuai dengan kondisinya sekarang. Guru memperhatikan dan mendengarkan siswa, memperkenalkan pengalaman yang memberikan kesempatan kepada mereka untuk melatih skema berpikir yang baru. Tetapi guru tidak boleh memaksakan keterampilan baru sebelumanak menunjukkan ketertarikannya atau kesiapannya karena hal ini dapat berakibat pada penerimaan yang dangkal dibanding pengertian yang seutuhnya.
3. penerimaan terhadap perbedaan yang dimiliki setiap individu.
Semua anak melalui urutan yang sama dalam perkembangan, namun dalam kecepatan yang berbeda. Guru harus merancang aktivitas untuk individu dan kelompok kecil dibanding hanya melakukan perencanaan untuk seluruh kelas. Guru mengevaluasi kemajuan yang diperoleh dengan membandingkan kemampuan yang sebelumnya telah dimiliki oleh setiap anak.

TEORI SOSIOKULTURAL DARI VYGOTSKY
Lev Vygotsky juga percaya bahwa anak adalah pencari pengetahuan yang aktif, namun ia tidak memandang hal ini sebagai sesuatu yang  berdiri sendiri. Dalam teorinya, kondisi sosial dan budaya mempengaruhi kognisi anak, kognisi yang dimiliki oleh manusia menjadi pembawaan dalam dasar bersosialisasi dan berbahasa. Menurut Vygotsky bayi telah dipersiapkan dengan persepsi dasar, kemampuan untuk memperhatikan, dan kapasitas memori seperti yang ada pada binatang. Hal-hal tersebut berkembang pada 2 tahun pertama melalui kontak langsung dengan lingkungan. Perkembangan bahasa yang cepat mengarah pada perubahan dalam berpikir.

CHILDREN’S PRIVATE SPEECH
Pada anak pra sekolah seringkali didapati bahwa mereka berbicara pada diri sendiri saat mereka bermain atau mengeksplorasi lingkungan.
* Pandangan Piaget:
Piaget menamakan ungkapan-ungkapan ini sebagai egosentric speech, suatu istilah untuk menggambarkan kayakinannya bahwa hal tersebut merupakan refleksi dari ketidakmampuan pada tahap pre operational anak untuk membayangkan sudut pandang orang lain. Piaget percaya bahwa kematangan kognitif dan pengalaman sosial tertentu seperti pertentangan dengan teman sebaya pada akhirnya akan mengakhiri egosentric speech. Melalui berarguman dengan teman sebaya, anak secara berulang melihat bahwa orang lain memegang sudut pandang berbeda dari dirinya. Selanjutnya egosentric speech secara bertahap menurun dan digantikan dengan social speech, dimana anak dapat menyesuaikan apa yang mereka katakan kepada pendengarnya.
* Pandangan Vygotsky
Vygotsky menentang keras kesimpulan yang dibuat Piaget. Ia memberikan alasan bahwa anak belajar berbicara pada diri sendiri sebagai self gudance. Bahasa membantu anak untuk berpikir mengenai aktivitas mental, perilaku, dan tindakan-tindakan tertentu. Vygotsky menganggap hal tersebut sebagai dari semua proses kognitif.
Vygotsky menduga private speech berlangsung seiring dengan usia, berubah menjadi bisikan dan gerakan mulut. Lebih jauh, anak yang dengan bebas menggunakan private speech selama aktivitas yang menantang, menjadi lebih perhatian dan terlibat dan menunjukkan perbaikan besar dalam penampilannya.

DASAR SOSIAL PERKEMBANGAN KOGNITIF
Vygotsky percaya bahwa semua proses kognitif yang lebih tinggi berkembang melalui interaksi sosial. Melalui aktivitas bersama yang dilakukan dengan anggota msyarakat yang lebih matang, anak belajar untuk semakin menguasai aktivitas yang ada dan berpikir dalam cara yang memiliki arti dalam budayanya. Hal ini kemudian dijelakan melalui zone of proximal development, yang merupakan suatu jajaran tugas yang belum dapat dilakukan oleh anak seorang diri tapi dapat dilakukan dengan bantuan individu yang lebih berpengalaman.
* Interaksi sosial yang efektif
Untuk meningkatkan perkembangan kognitif, dalam interaksi sosial harus terkandung beberapa komponen:
1. intersubjectivity: merupakan suatu proses dimana 2 orang partisipan yang memulai suatu tugas dengan pengertian-pengertian berbeda, sampai pada suatu pengertian yang dapat dibagikan.
2. scaffolding: perubahan kualitas dari dukungan selama sesi pengajaran dimana orang dewasa menyesuaikan bantuan yang mereka berikan agar sesuai dengan tingkatan tampila yang dapat ditunjukkan oleh anak. Instruksi langsung ditawarkan saat adanay tugas baru, bantuan yang diberikan semakin dikurangi seiring dengan meningkatnya kompetensi.

PANDANGAN VYGOTSKY MENGENAI  MAKE BELIEVE PLAY
Sesuai dengan penekanannya menganai pengalaman sosial dan bahasa sabagai unsur vital dalam perkembangan kognitif, Vgotsky menganggap permainan berpura-pura sebagai sesuatu yang unik, secara luas mempengaruhi zone of proxilam development dimana anak mencapai kemajuan dengan sendirinya saat mereka mencoba berbagai keterampilan yang menantang. Menurut Vygotsky pada awalnya anak menciptakan situasi imajiner, mereka belajar untuk bertingkah laku yang sesuai dengan ide yang ada, bukan hanya sebagai respon dari stimulus eksternal. Objek substitusi menjadi penting dalam proses ini. Saat berpura-pura, anak secara berkelanjutan menggunakan suatu objek untuk menjadi individu lain. Unsur kedua dalam permainan berpura-pura adalah aturan dasarnya yang alamiah, yang juga memperkuat kapasitas anak untuk berpikir sebelum bertindak. Permaina ini menurut Vygotsky secara konstan menuntut anak bertingkah laku berlawanan dengan impulsnya karena mereka harus menyesuaikan diri kedalam situasi permainan.

TEORI VYGOTSKY DALAM PENDIDIKAN
Teori Vygotsky menawarkan pandangan baru dalam pengajaran dan pmbelajaran, yang ditekankan pada pentingnya konteks sosial dan kolaborasi.
Persamaan yang ada antara teori Piaget dengan tori Vygotsky dalam pendidikan adalah adanya kesempatan untuk secara aktif berpartisipasi dan penerimaan dari perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh individu. Meski begitu penerapan dalam teori Vygotsky bejalan diluar penerapan yang independen, mengungkapkan perlunya penemuan yang dibantu. Guru membimbing proses pembelajaran yang dijalani oleh anak, merancang intervensi bagi setiap zone of proximal development. Hal ini juga dilakukan oleh kolaborasi dari teman sebaya.
* PENGAJARAN YANG TIMBAL BALIK
Merupakan suatu metode pengajaran yang didasarkan pada teori Vygotsky dimana guru dan 2 atau 4 orang siswa berkolaborasi membentuk kelompok belajar. Perbincangan yang terjadi membentuk zone of proxilam development dimana pengertian dalam membaca meningkat.
* PEMBELAJARAN SECARA KOOPERATIF


Meski pengajaran yang timbal balik menggunakan kolaborasi teman sebaya, guru hadir untuk memberikan bimbingan, membantu untuk memastikan hal tersebut berjalan dengan lancar. Saat ini kolaborasi teman sebaya banyak digunakan, namun beberapa bukti menunjukkan perkembangan hanya terjadi dalam kondisi-kondisi tertentu. Faktor yang penting dalam hal ini adalah pembelajaran secara kooperatif, yang merupakan suatu lingkungan pembelajaran dimana kelompok-kelompok teman sebaya bekerja menurut tujuan yang sama.


Artikel Terkait

PERKEMBANGAN KOGNITIF
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email