. Pengertian
Agama
Agama,
yang dalam bahasa Arab disebut din, secara
sederhana mengandung makna: aturan, ketentuan, atau petunjuk yang wajib ditaati
oleh pemeluknya demi mencapai kebaikan, kebahagiaan dan keselamatan.
Khusus
mengenai makna yang terkandung dalam sebutan din untuk
menunjuk kepada arti ”agama”, jika dimaknai melaui pendekatan kajian semantik,
dapat dipahami sebagai : berutang, dekat, maupun rendah. Hal itu ditemukan
apabila ditelusuri kata-kata yang terbentuk melalui susunan huruf-huruf yang
membentuk lafaz din tersebut yaitu masing-masing : d, y,
dan n. Dari ketiga huruf tersebut terbentuk kata-kata: daen (hutang), danaa’
(dekat), dan dani` (rendah
atau hina). [1]
Agama
adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.[2]
2. Fungsi Agama
Dalam kehidupan
bermasyarakat, agama memiliki fungsi yang vital, yakni sebagai salah satu
sumber hukum atau dijadikan sebagai norma. Agama telah
mengatur bagaimana gambaran kehidupan sosial yang ideal, yang sesuai
dengan fitrah manusia. Agama juga telah memberikan contoh
yang konkret mengenai kisah-kisah kehidupan sosio-kultural manusia pada masa
silam, yang dapat dijadikan contoh yang sangat baik bagi kehidupan
bermasyarakat di masa sekarang. Kita dapat mengambil hikmah dari dalamnya.
Minoritas beranggapan bahwa agama tidak ada
relevansinya dengan kehidupan masyarakat zaman sekarang, tetapi mayoritas mengakui bahwa setidaknya agama mempunyai peran bagi
kehidupan, bahkan dapat dijadikan pelajaran yang berharga, misalnya agar
tidak terjadi tragedi yang sama di masa yang akan datang. Seperti yang
kita ketahui, sekarang banyak terdengar suara-suara miring mengenai Islam. Banyak
orang kafir yang memanfaatkan situasi ini untuk memojokkan umat Islam di
seluruh dunia dengan cara menyebarkan kebohongan-kebohongan, menghembuskan
fitnah yang deras ke dalam tubuh masyarakat Islam, sehingga membuat umat Islam
itu sendiri merasa tidak yakin dengan keimanannya sendiri.
3. Agama
dalam Masyarakat
Agama berperan mengatur
tentang bagaimana membentuk masyarakat yang madani. Agama juga yang mampu
menciptakan kerukunan dalam kultur masyarakat yang majemuk. Seperti yang kita
ketahui bahwa tidaklah mudah untuk hidup dalam perbedaan. Setiap perbedaan,
utamanya perbedaan pendapat yang ada di masyarakat dapat memicu timbulnya
perselisihan. Di sinilah posisi agama memainkan perannya yang penting sebagai
penegak hukum dan menjaga agar masyarakat saling menghormati dan tunduk pada
hukum yang berlaku. Jika dalam masyarakat agama sudah tidak dianggap
memegang peran yang penting, dapat dipastikan kehidupan sosial masyarakat
tersebut akan mengalami dekadensi moral dan kekacauan yang nantinya bakal meluas
ke lingkup yang lebih luas, yakni bangsa dan negara. Dan ini merupakan ciri
dari akan hancurnya dunia! Yah, kiamat sudah dekat jika agama telah hilang dari sendi-sendi
kehidupan.
Agama memainkan
perannya yang sentral dalam hal kultur maupun kehidupan sosial
kemasyarakatannya melalui nilai-nilai luhur yang diajarkannya. Diantara sekian
banyak nilai-nilai yang terdapat dalam agama tersebut, nilai luhur yang paling
banyak dan paling relevan dengan sosial kemasyarakatan adalah nilai spiritual
yang tetap menjaga agar masyarakat tetap konsisten dalam menjaga stabilitas
lingkungan, serta nilai kemanusiaan yang mengajarkan manusia agar dapat saling
mengerti satu sama lain, serta dapat saling bertenggang rasa. Saling memahami
antar masyarakat merupakan langkah awal yang bagus untuk membentuk masyarakat
yang madani.
Peran agama semakin kuat ditandai
dengan semakin kuatnya peran ilmu pengetahuan yang diramalkan akan
mencabut peran agama dalam masyarakat. Namun ramalan itu ternyata tidak
sepenuhnya tepat,
hingga kini kita masih melihat kecenderungan kuatnya peran agama dalam
masyarakat. Dalam masyarakat modern di kota-kota besar Indonesia, misalnya,
menggambarkan adanya kegairahan dalam beragama. Maraknya acara-acara keagamaan
dan bermunculannya tokoh-tokoh pendakwah muda menunjukkan adanya permintaan
yang sangat besar dari masyarakat kota terhadap otoritas agama. Dalam industri
televisi juga dapat dilihat dari begitu tingginya rating acara-acara yang
bernuansa agama.
Penjelasan di atas menyimpulkan bahwa
semakin modern sebuah masyarakat tidak serta merta menggeser peran agama dalam
kehidupan mereka. Dalam hal-hal tertentu memang kita saksikan adanya
pergeseran. Dahulu, hampir semua persoalan sosial yang dialami masyarakat
biasanya akan dikonsultasikan kepada tokoh agama. Mereka menjadi konsultan dari
persoalan publik hingga problem keluarga. Modernisasi kemudian menggeser peran
itu. Persoalan sosial tersebut kini sudah terfragmentasi dalam lembaga-lembaga
khusus sesuai dengan keahlian dari pengelola lembaga tersebut. Jadi, dalam
batas-batas tertentu modernisasi atau perkembangan ilmu pengetahuan memang
telah menggeser posisi agama. Namun itu tidak serta merta dapat dimaknai bahwa
agama akan kehilangan fungsi dan menghilang dengan sendirinya.
Di masa modern, yang ditandai dengan
ketersediaan berbagai fasilitas hidup yang meungkinkan manusia, terutama yang
mampu memanfaatkan kemajuan ilmu dan teknologi, untuk mencapai kebutuhan
utamanya dengan mudah, agama tetap diperlukan. Bahkan sebaliknya, mengabaikan
tuntunan agama dalam kehidupan modern, akan berakibat munculnya mala petaka
bagi umat manusia secara meluas sebab manusia-manusia-manusia modern, yang
tanpa bimbingan agama, akan bebas mengikuti kecenderungan nafsu serta keinginan
mereka; sekalipun harus mengorbankan hak dan kepentingan pihak lain.
Dan di sinilah letak penyebab timbulnya bencana bagi peradaban umat manusia
sebagaimana mulai nampak sekarang terutama diakibatkan oleh penguasa produk
teknologi canggih yang tidak taat terhadap nilai-nilai luhur dari ajaran agama yang
diyakini sebagai tuntunan yang benar.
Sepanjang masa keberadaan umat
manusia, baik sebelum dan di zaman klasik, zaman pertengahan, maupun di era
modrn seperti sekarang, agama tetap dibutuhkan demi menjaga keselamatan
penghuni jagat raya terutama manusia sebagai pelaku budaya. Paling
tidak ada 7 (tujuh) nilai dasar yang diperjuangkan oleh agama untuk diwujudkan
dalam kehidupan modern sekarang dan ke depan agar tercipta harmonisasi dalam
kehidupan. Ketujuh nilai dasar tersebut, masing-masing adalah : (1) Jujur ; (2)
Tanggung jawab; (3) Visioner; (4) Disiplinn; (5) Kerjasama; (6) Adil; dan (7)
Peduli.[3]
Agama harus diberi fungsi sebagai ”lembaga
konsultasi” oleh pelaku budaya dengan jalan menempatkan agama sebagai suber
petunjuk yang memiliki nilai-nilai universal dan agung karena ajarannya
diyakini sebagai bersumber zat yang Maha Transenden.
[2] http://kamusbahasaindonesia.org/agama, akses 19 November 2012.
[3] Ary Ginanjar Agustian, The ESQ Way 165,
(Jakarta: ESQ Leadership Centre, 2007), hal. 19.
Agama
4/
5
Oleh
fuadi