1.
Isu
Budaya dalam Psikologi
Berdasarkan sejarah
teori-teori yang ada mengenai perkembangan manusia, maka ada tiga paradigma
yang menjadi acuan dalam mengkaji perkembangan manusia, diantaranya:
a) Paradigma
Mekanistik yang memandang manusia tak ubahnya seperti mesin yang hanya merespon
suatu stimulus, kemudian menimbulkan tingkah laku. Paradigma ini di ilhami oleh
pendekatan Behaviorisme.
b) Paradigma
Organismik yang menganggap manusia ditentukan pertama kali oleh factor-faktor
biologis (bawaan). Tetapi pemunculan potensi-potensi bawaan itu sangat
ditentukan oleh stimuli yang di berikan lingkungannya. misalnya teori
perkembangan kognitif dari Piaget.
c) Paradigma
Dualistik Kontekstual memandang semua tingkah laku manusia di pengaruhi oleh
konteks ruang dan waktu, yaitu dimana ia tinggal, situasi apa yang mempengaruhi
dan kapan itu terjadi.
Wacana
Perkembangan (developmental niche) yang
dipelopori oleh Super dan Harkness memiliki tiga komponen, yaitu :
- Konteks
fisik dan lingkungan social dimana anak itu hidup dan tinggal.
- Praktek
pendidikan dan pengasuhan anak.
- Karakteristik
orang tua.
2.
Perbedaan
dan Persamaan Budaya dalam Perkembangan
v Perbedaan dan Persamaan Budaya
dalam Perkembangan Motorik
Kebudayaan juga
mempengaruhi perkembangan motorik anak terutama yang berkaitan dengan keaktifan
gerak anak. Keaktifan gerak berbeda dengan perkembangan gerak. Keaktifan gerak
hanyalah semata-mata banyak sedikitnya gerak,
sedangkan perkembangan gerak ialah perkembangan pengendalian dan koordinasi
otot-otot yang diperlekukan untuk mendapatkan kecakapan gerak.
Jika keaktifan gerak
dipengaruhi oleh kebudayaan, maka sebaliknya perkembangan gerak hampir tidak
terpengaruh oleh kebudayaan. Hal ini ditunjukkan oleh Dennis (dikutip dari
Yapsir Gandi Wirawan, 1994) pada
penelitiannya yang terkenal pada dua kelompok anak suku Indian Hopi. Kelompok
yang satu terdiri dari bayi- bayi Hopi yang di asuh oleh orang tua mereka
seperti cara orang-orang Amerika mengasuhnya, yakni di beri kebebasan bergerak
sepenuhnya. Kelompok yang lain terdiri dari bayi-bayi Hopi yang beberapa saat
setelah lahir di balut dengan kain erat-erat, mirip gedungan bayi-bayi di Jawa,
hingga baik bagian lengan maupun kakinya sedikit sekali dapat bergerak, dan di
ikat pada papan kayu kecil hingga mudah di bawa kian kemari di belakang
punggung ibu mereka.
Beberapa studi lain
juga mengemukakan bahwa rendahnya tingkat rangsangan dan terbatasnya gubungan
dengan inu (penjagaan bayi dengan tenang) secara perlehan berkaitan dengan
perkembangan motoik yang relaif lebih lambat di Mexico Selatan, Guatemala, dan
Jepang (Brazelton, Robey & Coller, 1969 ; Arai, Ishikawa dan Toshima, 1958;
Kagan dan Kelin, 1973).
v Perbedaan dan Persamaan Budaya
dalam Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif adalah spesialiasasi dalam psikologi
yang mempelajari bagaimna kemampuan berpikir sepanjang rentang kehidupan
manusia. Kognitif juga diartikan sebagai
kegiatan untuk memperoleh, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuan. Dalam
psikologi, kognitif adalah referensi dari faktor-faktor yang mendasari sebuah
prilaku. Kognitif juga merupakan salah satu hal yang berusaha menjelaskan
keunikan manusia. Pola pikir dan perilaku manusia bertindak sebagai aspek
fundamental dari setiap individu yang tak lepas dari konsep kemanusiaan yang
lebih besar, yaitu budaya sebagai konstruksi sosial.
Perubahan kognitif akan berhubungan dengan kemampuan
penalaran moral, yaitu sejauh mana individu mampu melakukan analisis dan
kesimpulan logis tentang dilemma-dilema yang melibatkan keputusan-keputusan
moral. Istilah moral biasa di gunakan untuk menentukan akan batas suatu
perbuatan, kelakuan, sifat yang benar. Moralpun digunakan sebagai prinsip hidup
akan kebenaran dan kesalahan, kemampuan untuk memahami perbedaan yang salah dan
yang benar. Perkembangan moral merupakan suatu perubahan akan penalaran,
perasaan, dan perilaku yang sesuai dan yang tidak sesuai. Moral di bagi menjadi
dua yakni:
-
Hal
yang baik dimana segala tingkah laku yang dikenal pasti akan etika yang baik.
-
Hal
yang buruk dimana tingkah laku tersebut dikenal akan sesuatu yang buruk.
Persamaan antar budaya melalui
perkembangan moral adalah kesamaan pada perkembangan moral setiap individu.
sedangkan perbedaan antar budaya melalui pertimbangan moral adalah pada budaya
yang di anut.
3.
Temperamen,
Kelekatan dan Pengasuhan Anak
Thomas dan Chess (1977) menggambarkan bahwa ada tiga
kategori utama temperamen: gampangan, sulit dan lambat untuk memulai. Interaksi
antara temperamen anak dengan temperamen orang tua tampaknya merupakan salah
satu kunci perkembangan kepribadian. Reaksi-reaksi orang tua pada temperamen
anak-anak mereka bisa memacu kestabilan atau ketidakstabilan dalam
respon-respon temperamental anak-anak itu terhadap lingkungan.
Chisholm (1983) berpendapat bahwa ada hubungan yang kuat
antara kondisi saat ibu hamil dengan iritabilitas bayi. Perbedaan temperamen
yang khas untuk suatu kelompok budaya mengkin mencerminkan perbedaan-perbedaan
genetic dan sejarah reproduksi.Interaksi antara respon orang tua dan temperamen
bayi mungkin juda menjadi factor penting dalam perbedaan cultural.Tipe-tipe
perbedaan yang muncul sejak lahir ini turut berperan dalam perbedaan
kepribadian orang dewasa di budaya yang berbeda.
Kelekatan adalah ikatan khusus yang berkembang antara bayi
dan pengasuhannya.Banyak para psikologi yang merasa bahwa kuaitas kelekatan ini
punya efek seumur hidup terhadap hubungan seorang individu dengan orang-orang
yang dicintainya. Kelekatan mendasari konsep kepercayaan dasar. Erikson (1963)
menggambarkan formasi kepercayaan dasar sebagai langkah penting pertama dalam
proses perkembangan psikososial yang berlangsung seumur hidup. Kelekatan yang
buruk adalah komponen dari ketidak percayaan, kegagalan menyelesaikan
kebutuhan-kebutuhan tahap perkembangan bayi.
Asumsi orang amerika tentang sifat kelekatan adalah bahwa
kelekatan ideal adalah kelekatan aman.Banyak peneliti lintas-budaya yang
menentang pemahaman tentang kedekatan dengan ibu merupakan syarat untuk
terbentuknya kelekatan yang aman dan sehat.
Baumrind (1971)
mengidentifikasikan tiga pola utama pengasuhan orang tua.Orang tua otoriter,
orang tua yang permisif dan orang tua otoritatif. Banyak pengaruh terhadap
perkembangan kita terjadi dalam hubunngan kita dengan orang selain orang tua
kita.
Menjalankan peran
sebagai orang tua dan pengasuhan anak dipengaruhi kadang secara sangat kuat
oleh kondisi-kondisi kemiskinan.Lingkungan pengasuhan merupakan cermin dari
seperangkat tujuan yang tesusun berdasarkan urutan nilai pentingnya. Yang pertama
adalah kesehatan fisik dan pertahanan hidup, didukungnya perilaku-perilaku yang
akan mengarah pada pemenuhan diri dan terakhir adalah perilaku-perilaku yang
mendukung nilai-nilai cultural lain.
4.
Sosialisasi
dalam Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan semata-mata
bukan hanya sebagai intitusi untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan
pengetahuan. Tetapi juga merupakan intitusi penting yang mensosialiasikan
anak-anak, mengajarinya dan memperkuat nilai-nilai budaya yang penting.
Sistem pendidikan
menanamkan nilai-nilai budaya dan mensosialisasikan anak-anak melalui bebrapa
cara, yaitu:
a) Isi
dari apa yang di ajarksn di sekolah merefleksikan suatu pilihan-pilihan secara
apriori melalui anggapan yang di hargai oleh suatu budaya atau masyarakat
tentang apa yang di yakini penting untuk dipelajari. Budaya yang berbeda akan
memilih topic penting yang berbeda pula.
b) Setting
lingkungan dimana pendidikan itu berlangsung juga patut untuk di pertimbangkan.
Beberapa
budaya mendorong model pengajaran didaktik, dimana seorang guru memberikan
informasi kepada murid-murid yang diharapkan untuk mendengar dan belajar.
Budaya lainnya memandang guru sebagai pemimpin yang membuat suatu rencana
pelajaran, memberikan keseluruhan struktur dan kerangka kerja supaya
murid-murid menemukan prinsip-prinsip dan konsep-konsep.
Sewaktu
di sekolah, kebanyakan kehidupan anak-anak di habiskan waktunya jauh dari orang
tua. Proses sosialisasi yang dimulai dalam hubungan primer dengan orang tua
berlanjut dengan teman-teman sebaya dalam situasi bermain dan di sekolah.
Sekolah melembagakan nilai-nilai budaya dan merupakan contributor yang berarti
tidak hanya perkembangan intelektual anak tetapi juga pada perkembangan social
dn emosional.
BUDAYA DAN PERKEMBANGAN MANUSIA
4/
5
Oleh
fuadi