Saturday, April 16, 2016

Budaya dan Perilaku Sosial



1.         Budaya dan Strukur Organiasasi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu. Sedangkan menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi.
Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a)      Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.
b)      Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.
c)      Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.
Robbins (Torang, 2009: 101) berpendapat bahwa struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas dalam organisasi akan dibagi, siapa melapor kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti. Adapun menurut Robbins (1996 : 294), budaya organisasi berfungsi antara lainsebagai berikut :
a)      Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b)      Daya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.
c)      Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d)     Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e)      Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
2.      Konflik Antar Budaya dalam Bisnis dan Kerja
John Kello mencoba menggali bagaimana konflik yang terjadi di antar budaya yang ada, konflik pribadi dan benturan budaya antar perusahaan (organisasi) berpengaruh terhadap upaya penggabungan dua perusahaan atau organisasi. Kello, menyatakan bahwa banyak merger dan akuisisi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan gagal dikarenakan faktor benturan (konflik) antar budaya organisasi yang ada dalam masing-masing perusahaan yang akan dimerger atau diakuisisi.
Masalah konflik antar budaya juga diperhatikan oleh Kreitner (2008) yang menyatakan bahwa melakukan bisnis dengan orang yang mempunyai budaya berbeda sudah menjadi biasa dalam ekonomi global dimana merger lintas batas, joint ventura dan aliansi sudah dilakukan. Perbedaan asumsi bagaimana berpikir dan bertindak berpotensi menyebabkan adanya konflik lintas budaya baik secara perlahan maupun cepat.
Kello melihat bahwa setiap organisasi memiliki kepribadian yang khas, yang biasa disebut budaya perusahaan. Sama seperti kepribadian seorang individu, yang menetapkan atribut membuat perbedaan besar dalam bagaimana fungsi perusahaan Ini mempengaruhi jenis perusahaan itu bisa bermitra dengannya dan tidak mudah untuk melakukan perubahan didalamnya.
Kello mencoba meneliti alasan mengapa begitu banyak merger dan akuisisi gagal atau setidaknya terlihat underperformed. Dan dalam banyak kasus, akar penyebab itu hanyalah benturan budaya – konflik kepribadian perusahaan. Benturan budaya ini telah menimbulkan adanyanya ketakutan, kecemasan dan ketidakpastian pada karyawan. Ada permasalahan “Budaya Lama Versus Budaya Baru” pada saat perusahaan sepakat melakukan merger atau akuisisi atau kerjasama. Perbedaan budaya yang mencolok dan berbeda inilah yang mengancam bagi kelangsungan hubungan atau keberhasilan dalam melakukan sebuah akuisisi atau kerjasama dalam perusahaan.
Kasus yang diangkat oleh Kello juga menyoroti bagaimana perusahaan besar yang mencaplok perusahaan kecil. Benturan budaya terjadi ketika budaya perusahaan besar sangat terstruktur dan formal, dengan banyak aturan dan prosedur yang didokumentasikan, sedangkan budaya perusahaan kecil  sangat fleksibel, kemudahan beradaptasi dan sangat informal. Tentu hal ini akan menjadi masalah, sekalipun pekerjaannya serupa namun kepribadian keduanya sangat berbeda. Kello juga menemukan bagaimana ketika anggota organisasi atau perusahaan tidak dapat menyesuiakan dengan perusahaan besar yang mengakuisisi dan tidak dapat belajar, maka kerjasama atau akuisisi yang seharusnya menghasilkan profit lebih menjadi gagal dan tidak tercapai.
Budaya perusahaan harus diubah, terutama apabila tidak dapat memenuhi tuntutan pasar, dimana hal itu juga akan berpengaruh negative kepada karyawan. Misal ketika sebuah perusahaan terlalu berhati-hati dan lambat mengambil keputusan, tidak menghargai inovasi untuk mengambil resiko, sementara pasar bergerak cepat dan membutuhkan kelincahan untuk bergerak, tentu hal ini akan sangat beresiko pada perusahaan. Pilihannya adalah, apabila budaya perusahaan tidak dirubah maka tamatlah bisnis perusahaan tersebut.
Hal ini mengisyaratkan bahwa konflik yang terjadi akibat merger atau akuisisi seperti konflik  antar individu, konflik antar kelompok maupun benturan budaya harus dapat diselesaikan. Dan budaya negative atau yang tidak cocok dengan perubahan jaman atau kebutuhan global maka harus dapat dirubah.


Artikel Terkait

Budaya dan Perilaku Sosial
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email