1.
Budaya
dan Strukur Organiasasi
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari
ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang
bersangkutan, baik dalam keluarga, organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya
membedakan masyarakat satu dengan yang lain dalam cara berinteraksi dan
bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan. Budaya mengikat anggota kelompok
masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan yang menciptakan keseragaman
berperilaku atau bertindak. Seiring dengan bergulirnya waktu, budaya pasti
terbentuk dalam organisasi dan dapat pula dirasakan manfaatnya dalam memberi
kontribusi bagi efektivitas organisasi secara keseluruhan.
Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu
persepsi bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu. Sedangkan menurut
Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima oleh
organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang
mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota
organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru
sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah
yang dihadapi.
Menurut Tosi, Rizzo, Carrol seperti yang dikutip oleh
Munandar (2001:264), budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a) Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau
hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.
b) Pengaruh dari nilai-nilai yang ada
di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari
masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.
c) Faktor-faktor yang spesifik dari
organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam
mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan
penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai
masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.
Robbins (Torang, 2009: 101) berpendapat bahwa struktur
organisasi menetapkan bagaimana tugas dalam organisasi akan dibagi, siapa
melapor kepada siapa, dan mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi
yang akan diikuti. Adapun menurut Robbins (1996 : 294), budaya organisasi berfungsi
antara lainsebagai berikut :
a) Budaya menciptakan pembedaan yang
jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b) Daya membawa suatu rasa identitas
bagi anggota-anggota organisasi.
c) Budaya mempermudah timbulnya
komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual
seseorang.
d) Budaya merupakan perekat sosial yang
membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang
tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e) Budaya sebagai mekanisme pembuat
makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
2. Konflik Antar Budaya dalam Bisnis
dan Kerja
John Kello mencoba menggali
bagaimana konflik yang terjadi di antar budaya yang ada, konflik pribadi dan
benturan budaya antar perusahaan (organisasi) berpengaruh terhadap upaya
penggabungan dua perusahaan atau organisasi. Kello, menyatakan bahwa banyak
merger dan akuisisi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan gagal dikarenakan
faktor benturan (konflik) antar budaya organisasi yang ada dalam masing-masing
perusahaan yang akan dimerger atau diakuisisi.
Masalah konflik antar budaya juga
diperhatikan oleh Kreitner (2008) yang menyatakan bahwa melakukan bisnis dengan
orang yang mempunyai budaya berbeda sudah menjadi biasa dalam ekonomi global
dimana merger lintas batas, joint ventura dan aliansi sudah dilakukan.
Perbedaan asumsi bagaimana berpikir dan bertindak berpotensi menyebabkan adanya
konflik lintas budaya baik secara perlahan maupun cepat.
Kello melihat bahwa setiap
organisasi memiliki kepribadian yang khas, yang biasa disebut budaya
perusahaan. Sama seperti kepribadian seorang individu, yang menetapkan atribut
membuat perbedaan besar dalam bagaimana fungsi perusahaan Ini mempengaruhi
jenis perusahaan itu bisa bermitra dengannya dan tidak mudah untuk melakukan perubahan
didalamnya.
Kello mencoba meneliti alasan
mengapa begitu banyak merger dan akuisisi gagal atau setidaknya terlihat underperformed.
Dan dalam banyak kasus, akar penyebab itu hanyalah benturan budaya – konflik
kepribadian perusahaan. Benturan budaya ini telah menimbulkan adanyanya
ketakutan, kecemasan dan ketidakpastian pada karyawan. Ada permasalahan “Budaya
Lama Versus Budaya Baru” pada saat perusahaan sepakat melakukan merger atau
akuisisi atau kerjasama. Perbedaan budaya yang mencolok dan berbeda inilah yang
mengancam bagi kelangsungan hubungan atau keberhasilan dalam melakukan sebuah
akuisisi atau kerjasama dalam perusahaan.
Kasus yang diangkat oleh Kello juga
menyoroti bagaimana perusahaan besar yang mencaplok perusahaan kecil. Benturan
budaya terjadi ketika budaya perusahaan besar sangat terstruktur dan formal,
dengan banyak aturan dan prosedur yang didokumentasikan, sedangkan budaya
perusahaan kecil sangat fleksibel, kemudahan beradaptasi dan sangat
informal. Tentu hal ini akan menjadi masalah, sekalipun pekerjaannya serupa
namun kepribadian keduanya sangat berbeda. Kello juga menemukan bagaimana
ketika anggota organisasi atau perusahaan tidak dapat menyesuiakan dengan
perusahaan besar yang mengakuisisi dan tidak dapat belajar, maka kerjasama atau
akuisisi yang seharusnya menghasilkan profit lebih menjadi gagal dan tidak
tercapai.
Budaya perusahaan harus diubah,
terutama apabila tidak dapat memenuhi tuntutan pasar, dimana hal itu juga akan
berpengaruh negative kepada karyawan. Misal ketika sebuah perusahaan terlalu
berhati-hati dan lambat mengambil keputusan, tidak menghargai inovasi untuk
mengambil resiko, sementara pasar bergerak cepat dan membutuhkan kelincahan
untuk bergerak, tentu hal ini akan sangat beresiko pada perusahaan. Pilihannya
adalah, apabila budaya perusahaan tidak dirubah maka tamatlah bisnis perusahaan
tersebut.
Hal ini mengisyaratkan bahwa
konflik yang terjadi akibat merger atau akuisisi seperti konflik antar
individu, konflik antar kelompok maupun benturan budaya harus dapat diselesaikan.
Dan budaya negative atau yang tidak cocok dengan perubahan jaman atau kebutuhan
global maka harus dapat dirubah.
Budaya dan Perilaku Sosial
4/
5
Oleh
fuadi