KONVERGENSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS) DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN AKUNTANSI PENGANTAR DI PERGURUAN TINGGI
ekonomi
IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN AKUNTANSI
PENGANTAR
DI PERGURUAN TINGGI
Oleh:
Andika Yolanda putra
1413010245
Universitas
pembangunan “veteran” Jawa Timur
Abstrak
Akuntansi adalah
sebuah aktifitas jasa, dimana fungsinya adalah memberikan informasi
kuantitatif, terutama informasi mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja
perusahaan. Sama seperti aktifitas dan disiplin ilmu lainya, akuntansi
merupakan produk dari lingkungan. Lingkungan akuntansi terdiri dari kondisi
sosial ekonomi, politik-hukum, pembatasan-pembatasan, dan pengaruh yang
bervariasi dari waktu ke waktu. Karenanya, teori akuntansi telah berevolusi
untuk memenuhi kebutuhan dan pengaruh yang terus berubah. Salah satu perubahan
tersebut adalah konvergensi standar akuntansi (PSAK) ke
International
Financial Reporting Standards (IFRS). IFRS merupakan standar akuntansi
internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board
(IASB) yang mengatur standar pelaporan akuntansi untuk semua negara di seluruh
dunia. Indonesia sendiri, sebagai salah satu negara anggota G-20 juga tunduk
terhadap kesepakatan G-20 untuk melakukan konvergensi IFRS. Untuk itulah Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK-IAI), telah
berkomitmen untuk melakukan konvergensi standar akuntansi keuangan untuk
entitas yang memiliki akuntabilitas publik. Konvergensi ini diharapkan dapat
diselesaikan dan mulai diterapkan secara menyeluruh pada tahun 2012. Perubahan
ini membawa dampak terhadap pendidikan akuntansi, terutama dalam pembelajaran
akuntansi keuangan, termasuk akuntansi pengantar. Berdasarkan hakekat dan
tujuan pembelajaran akuntansi pengantar yaitu mengantarkan mahasiswa pada
materi akuntansi lanjutan, maka sebaiknya pengenalan IFRS sudah dilakukan pada
mata kuliah pengantar, meskipun hanya sebatas hal-hal yang perlu diketahui.
Sedangkan penerapan IFRS yang sesungguhnya dan implementasinya (pengukuran,
penyajian, dan pelaporannya) akan diberikan pada mata kuliah akuntansi keuangan
menengah dan lanjutan. Untuk itu diperlukan kesiapan tenaga pengajar yang
memahami konvergensi IFRS untuk mewujudkan pembelajaran akuntansi yang
berbasiskan IFRS. Hal ini memerlukan komitmen dan kerja sama tim pengajar di
masing-masing institusi agar menghasilkan lulusan yang siap bekerja pada
berbagai perusahaan baik perusahaan yang sudah go publik (dengan entitas
publik) ataupun perusahaan menengah dan kecil (tanpa entitas publik).
I.
Pendahuluan
Tujuan akuntansi
secara keseluruhan adalah
memberikan informasi yang
dapat
digunakan dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Akuntansi adalah sebuah aktifitas
jasa, dimana fungsinya
adalah memberikan informasi
kuantitatif, terutama informasi
mengenai posisi keuangan dan hasil kinerja perusahaan. Informasi
tersebut nantinya akan
digunakan oleh berbagai pihak untuk pengambilan keputusan, baik pihak internal
(manajemen perusahaan) ataupun pihak eksternal (pemerintah, investor, pemegang
saham, kreditur, dan lainnya). Kebanyakan sistem akuntansi
memang dirancang untuk
dapat memberikan informasi untuk kedua belah pihak (baik
internal maupun eksternal).
Sama seperti aktifitas dan disiplin ilmu lainya, akuntansi merupakan produk dari
lingkungan.
Lingkungan akuntansi terdiri
dari kondisi sosial
ekonomi, politik-hukum,
pembatasan-pembatasan, dan pengaruh yang bervariasi dari waktu
ke waktu. Karenanya,
teori akuntansi telah berevolusi untuk memenuhi kebutuhan dan
pengaruh yang terus
berubah.
Salah satu perubahan tersebut adalah konversi standar akuntansi (PSAK) ke
International Financial Reporting Standards (IFRS). Munculnya IFRS tak bisa lepas dari
perkembangan global, terutama yang terjadi pada pasar modal.
Perkembangan teknologi
informasi (TI) di lingkungan pasar yang terjadi begitu cepat
dengan sendirinya berdampak
pada banyak aspek di pasar modal, mulai dari model dan standar
pelaporan keuangan,
relativisme jarak dalam
pergerakan modal, hingga
ketersediaan jaringan informasi
ke
seluruh dunia. Disamping itu penyatuan IFRS bukan hanya isu
akuntansi, namun juga
bermanfaat meningkatkan kualitas dan transparansi laporan keuangan di Indonesia
(Boediono, Jurnal Akuntan Indonesia, Juli 2011:8). IFRS menjadi
fenomena global saat ini
karena semakin banyak negara-negara di dunia mengadopsi standar
akuntansi internasional ini. Indonesia sendiri, sebagai salah satu negara
anggota G-20 juga tunduk terhadap kesepakatan G-20 untuk melakukan konvergensi
IFRS. Untuk itulah Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
(DSAK-IAI), telah berkomitmen untuk melakukan konvergensi standar akuntansi
keuangan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik.
Penerapan IFRS di Indonesia harus
menggunakan skala prioritas, terutama kepada perusahaan besar yang merupakan perusahaan
terbuka. Untuk perusahann kecil dan menengah yang belum dimiliki masyarakat
secara luas dan terbatas hanya untuk perusahaan lokal, belum perlu menerapkan
IFRS. Hal ini disebabkan karena ada alternatif peraturan SAK-Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) yang diterbitkan DSAK IAI untuk perusahaan
skala menengah dan kecil.
Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi
internasional (International Accounting Standard/IAS) untuk memudahkan
perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. Namun
demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah karena
memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Dengan pengadopsian IFRS
memang diperuntukkan sebagai contoh bahwa dalam hidup kita memang mengalami
perubahan, dan perubahan ini terjadi akibat adanya perkembangan dari segala
aspek.
Disamping itu konvergensi standar akuntansi
global IFRS (International Financial Reporting Standards) menuntut terjadinya
perubahan terhadap pendidikan akuntansi, termasuk
dalam proses pembelajaran dalam mata kuliah Akuntansi Pengantar. Mata kuliah
ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar tentang akuntansi, sehingga
mahasiswa dapat memahami akuntansi secara utuh dan menyeluruh dengan persepsi
yang benar. Dilain pihak bahasan dalam akuntansi pengantar hendaknya tidak
terlalu rumit, karena diperuntukkan bagi lulusan SMA dari semua jurusan baik
akuntansi maupun nonakuntansi yang memiliki pengetahuan akuntansi yang berbeda.
Hal ini menimbulkan permasalahan bagaimanakah IFRS itu disajikan dalam bahasan
akuntansi pengantar dan apakah sudah semestinya diberikan dalam akuntansi
pengantar.
II. Pembahasan
Pengertian IFRS
Kenapa Indonesia harus beralih ke IFRS (International Financial Reporting Standard)?
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan IFRS? IFRS merupakan standar akuntansi
internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board
(IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting
Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar
Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi
Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal
(IFAC). Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur
dalam standar akuntansi. Yang pertama berkaitan dengan definisi
elemen laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan. Definisi digunakan
dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus
dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan biaya.
Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini digunakan untuk
menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya
transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal
neraca). Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria
yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut
dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan
jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan
dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan
(Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai
laporan keuangan (htpp/warta_ekonomi.blogspot.com/2010/11/Pengertian-IFRS,
diakses tanggal 24 September 2011)
Munculnya IFRS tak bisa lepas dari
perkembangan global, terutama yang terjadi pada pasar modal. perkembangan
teknologi informasi (TI) di lingkungan pasar yang terjadi begitu cepat dengan
sendirinya berdampak pada banyak aspek di pasar modal, mulai dari model dan
standar pelaporan keuangan, relativisme jarak dalam pergerakan modal, hingga
ketersediaan jaringan informasi ke seluruh dunia. Dengan kemajuan dan
kecanggihan TI pasar modal jutaan atau bahkan miliaran investasi dapat dengan
mudah masuk ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia. Pergerakan mereka
tak bisa dihalangi teritori negara. Perkembangan yang mengglobal seperti ini
dengan sendirinya menuntut adanya satu standar akuntansi yang dibutuhkan baik
oleh pasar modal atau lembaga yang memiliki agency
problem.
Di tiap kawasan, penyusunan standar
akuntansi selalu melalui tahapan-tahapan yang cukup panjang. Di AS, misalnya,
pada awalnya standar akuntansi ditentukan oleh masing-masing manajemen
perusahaan dengan pertimbangan yang membutuhkan standar tersebut memang pihak
manajemen. Era berganti, standar kemudian ditentukan kalangan profesi yang
tergabung dalam asosiasi. Pertimbangannya, pihak profesilah yang bertugas
menyusun dan mengaudit laporan keuangan. Barulah, yang mutakhir, yang diacu
adalah US GAAP yang dibuat oleh FASB. Saat ini, terdapat dua kekuatan besar di
bidang standar akuntansi, yaitu US-GAAP dan IFRS yang sebelumnya dikenal
sebagai International Accounting Standard Committee (IASC). IASC dibentuk pada
1973 oleh badan-badan atau asosiasi-asosiasi profesi dari negara-negara
Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, dan Inggris.
Komite ini kemudian menyepakati standar akuntansi internasional yang dikenal
sebagai IAS. Inilah yang menjadi cikal bakal munculnya IFRS.
Agency Problem adalah masalah jarak antara
Principle dan agent yang dalam
relasi membutuhkan jembatan antara
pemilik dan buruh atau pekerja yang disebut agency
relation, yaitu informasi. Informasi adalah berupa laporan tentang aset, resources, dan lainnya yang berhubungan dengan keadaan
perusahaan yang dibuat oleh agent dan diserahkan kepada principles (pemilik). Biaya yang dikeluarkan untuk menjaga hubungan
baik antara principles dan agent disebut agency cost. Fenomena inilah yang kemudian mendorong International
Accounting Standard Boards (IASC) melakukan percepatan harmonisasi standar
akuntansi internasional melalui apa yang disebut IFRS.
Memang, hingga saat ini IFRS belum menjadi one global accounting standard. Namun
standar ini telah digunakan oleh lebih dari 150-an negara, termasuk Jepang,
China, Kanada dan 27 negara Uni Eropa. Sedikitnya, 85 dari negara-negara
tersebut telah mewajibkan laporan keuangan mereka menggunakan IFRS untuk semua
perusahaan domestik atau perusahaan yang tercatat (listed). Bagi Perusahaan yang go international atau yang memiliki
partner dari Uni Eropa, Australia, Russia dan beberapa negara di Timur Tengah
memang tidak ada pilihan lain selain menerapkan IFRS.
Proses yang panjang tersebut akhirnya
menjadi apa yang disebut IFRS, yang merupakan suatu tata cara bagaimana
perusahaan menyusun laporan keuangannya berdasarkan standar yang bisa diterima
secara global. Jika sebuah negara beralih ke IFRS, artinya negara tersebut
sedang mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan membuat perusahaan
(bisnis) bisa dimengerti oleh pasar dunia. Namun, beralih ke IFRS bukanlah
sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di laporan keuangan, tetapi mungkin
akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen di dalam perusahaan. (Akuntan
Indonesia, edisi no 17, Juni, 2009 dalam hepiprayudi.wordpress.com/2009/10/04,
diakses 25 September 2011)
Sebenarnya apakah manfaat penerapan IFRS di
Indonesia pada khususnya dan di Dunia pada umunya. Iqbal, Melcher dan Elmallah
(1997:18) mendefinisikan akuntansi internasional sebagai akuntansi untuk
transaksi antar negara, pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara
yang berlainan dan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia. Suatu
perusahaan mulai terlibat dengan akuntansi internasional adalah pada saat
mendapatkan kesempatan melakukan transaksi ekspor atau impor. IFRS
(Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk
memperkuat arsitektur keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap
kurangnya transparansi informasi keuangan.
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan
keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan
keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang transparan bagi
para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan,
menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS,
dan memberikan manfaat untuk para pengguna yang lebih besar dari biaya yang
dikeluarkan. Sedangkan manfaat dari adanya suatu standard global:
1. pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di
seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas
tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki
efisiensi alokasi local.
2. investor dapat membuat keputusan yang lebih baik
3. perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan
keputusan mengenai merger dan akuisisi
4. gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard
dapat disebarkan dalam mengembangkan standard global yang berkualitas tertinggi
Kebutuhan Indonesia untuk turut serta
melakukan program konverjensi tampaknya
sudah menjadi keharusan jika kita tidak ingin tertinggal.
Sehingga, dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) tidak dapat terlepas dari perkembangan
penyusunan standar akuntansi internasional yang dilakukan oleh International
Accounting Standards Board (IASB). Standar akuntansi keuangan nasional saat ini
sedang dalam proses secara bertahap menuju konvergensi secara penuh dengan
International Financial Reporting Standards yang dikeluarkan oleh IASB.
Banyaknya standar
yang harus dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang
cukup berat bagi DSAK IAI periode 2009-2012. Implementasi program ini akan
dipersiapkan sebaik mungkin oleh IAI. Dukungan dari semua pihak agar proses
konvergensi ini dapat berjalan dengan baik tentunya sangat diharapkan. Untuk
hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional, DSAK akan terus
mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan nyata di
Indonesia, terutama standar akuntansi keuangan untuk transaksi syariah, dengan
semakin berkembangnya usaha berbasis syariah di tanah air. Landasan konseptual
untuk akuntansi transaksi syariah telah disusun oleh DSAK dalam bentuk Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Hal ini diperlukan
karena transaksi syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan transaksi
usaha umumnya sehingga ada beberapa prinsip akuntansi umum yang tidak dapat
diterapkan dan diperlukan suatu penambahan prinsip akuntansi yang dapat
dijadikan landasan konseptual. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk
transaksi syariah akan dimulai dari nomor 101 sampai dengan 200.
Hakekat Akuntansi
Pengantar
Akuntansi Pengantar merupakan salah satu
mata kuliah Akuntansi yang memfokuskan pembelajaran pada implementasi siklus
akuntansi dalam perusahaan jasa, dagang dan manufaktur. Mata kuliah ini
diharapkan dapat mengenalkan akuntansi secara utuh dan menyeluruh pada tingkat
pengantar. Apalagi bagi mahasiswa-mahasiswa yang baru pertama kali mendapatkan
pelajaran akuntansi, dalam hal ini mereka-mereka yang berasal dari lulusan
nonakutansi (IPA,TI,Pariwisata,dll). Mengenalkan dan memahamkan pengetahuan
baru kepada pemula bukanlah hal yang mudah. Tidak terkecuali
mengenalkan dan memahamkan pengetahuan akuntansi secara utuh kepada mahasiswa
baru di Perguruan Tinggi. Akuntansi merupakan pelajaran yang menuntut penalaran
dan pemahamannya, ini menyebabkan tidak jarang mahasiswa yang lulusan non
akuntansi seperti IPA akan mengalami kesulitan di akuntansi pengantar namun
akan bagus atau tidak mengalami kesulitan dalam akuntansi lanjutan. Demikian
sebaliknya, mereka yang berasal dari lulusan jurusan akuntansi akan lebih
memahami akuntansi pengantar, namun menemui kesulitan dalam akuntansi lanjutan.
Keadaan ini menuntut pengetahuan akuntansi yang dikenalkan pada tingkat
pengantar diberikan secara utuh dan menyeluruh agar pengetahuan akuntansi dapat
dipahami dengan persepsi yang semestinya. Hal ini diharapkan tujuan
pembelajaran akuntansi pengantar yaitu mengantarkan mahasiswa untuk memahami
akuntansi lanjutan dapat tercapai.
Akuntansi pengantar pada umumnya diberikan
dalam dua mata kuliah, yaitu akuntansi pengantar I dan akuntansi pengantar II.
Umumnya masing-masing mata kuliah ini memiliki bobot minimal 3 sks dan muncul
di awal semester perkuliahan dalam kurikulum. Akuntansi pengantar I menitik
beratkan pada siklus akuntansi. Siklus akuntansi merupakan urutan proses
sistematis yang terdiri dari 3 tahap, yaitu:
1. Tahap penyiapan transaksi; Tahap penyiapan meliputi fungsi
pengidentifikasian, pengukuran transaksi, dan pendokumentasian transaksi;
2. Tahap pencatatan transaksi; Tahap pemrosesan berupa aktivitas
pencatatan yang meliputi fungsi utama penjurnalan dan pemindah-bukuan, dan
3. Tahap penyajian informasi; Tahap pengoutputan meliputi rangkaian
aktivitas untuk menyajikan informasi keuangan. Siklus akuntansi tersebut secara
lengkap dapat dilihat dalam Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Siklus Akuntansi Keuangan
SELAMA PERIODE BERJALAN
A.
Penginputan & Pemrosesan
1.
Pengidentifikasian
Transaksi
02. Pengukuran
Transaksi
03. Pendokumentasian
Transaksi
04. Peringkasan transaksi
(Penjurnalan/Journalizing)
05.
Pengklasifikasian transaksi (Pemindah-bukuan/Posting)
PADA AKHIR PERIODE
B. Penyusunan Laporan Keuangan
1.
Pembuatan
Daftar Saldo sebelum Penyesuaian (Unadjusted
trial balances)
2.
Pencatatan Penyesuai, termasuk pencatatan pengoreksi
(Penjurnalan & Pemindah-bukuan)
03. Pembuatan Daftar
Saldo setelah Penyesuaian (Adjusted trial
balances)
4.
Penyusunan Laporan Laba Rugi
5.
Pencatatan Penutup (Penjurnalan & Pemindah-bukuan)
6.
Penyusunan Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Posisi Keuangan
& Laporan Arus Kas
7.
Pencatatan Pembalik, jika diperlukan (Penjurnalan &
Pemindah-bukuan)
01.
PERUSAHAAN SEBAGAI ENTITAS
(Diadaptasi dari Soni Warsono, akuntansi dan IFRS, makalah)
Untuk mata kuliah Akuntansi Pengantar 2 akan
dibahas mengenai perlakuan akuntansi terhadap pos-pos yang terdapat dalam
neraca seperti kas, piutang, persediaan barang dagang, investasi sementara,
aktiva tetap, dan hutang baik hutang jangka panjang, maupun jangka pendek.
Berdasarkan paparan materi dalam akuntansi
pengantar I dan akuntansi pengantar 2, dapat dilihat bahwa cakupan
materi-materi tersebut cukup luas dan kompleks. Sementara ini sangat sedikit
literatur yang membahas materi akuntansi pengantar yang berbasiskan IFRS.
Disamping ada beberapa pendapat yang memang mengatakan bahwa IFRS belum perlu
dikenalkan dalam bahasan akuntansi pengantar. Namun dilihat dari hakekat tujuan
pembelajaran akuntansi pengantar maka sebaiknya pengenalan IFRS sudah dilakukan
pada mata kuliah pengantar, meskipun hanya sebatas hal-hal yang perlu
diketahui. Sedangkan penerapan IFRS yang sesungguhnya dan
implementasinya (pengukuran, penyajian, dan pelaporannya) akan diberikan pada
mata kuliah akuntansi keuangan menengah dan lanjutan. Dalam paparan berikutnya
akan disajikan materi-materi yang kiranya dapat dimasukkan atau diselipkan
dalam pembelajaran akuntansi pengantar.
Penerapan IFRS Dalam Materi Pembelajaran
Akuntansi Pengantar
Seperti pada paparan di atas penerapan IFRS
membawa dampak beragam perubahan, baik perubahan yang sebatas bersifat
administratif maupun yang bersifat substantif. Untuk itulah diperlukan peran
perguruan tinggi untuk terus memperbaharui materi-materi akuntansi pengantar
yang selama ini diberikan. Tidak dipungkiri keluar dari zona nyaman itu adalah
sesuatu yang sulit, dalam hal ini kita telah terbiasa untuk mengajarkan materi
akuntansi keuangan yang berdasarkan PSAK yang belum mengadopsi IFRS kepada
mahasiswa. Namun urgensi konvergensi IFRS di Indonesia yang diharapkan rampung
dan telah diterapkan pada tahun 2012 memaksa kita sebagai akademisi untuk mau
tidak mau mengajarkan materi IFRS. Meskipun tidak semua lulusan dapat ditampung
pada perusahaan-perusahaan yang sudah go-publik (dengan entitas publik). Namun
pengetahun IFRS wajib dimiliki oleh para lulusan.
Untuk itu berikut dipaparkan materi-materi
dalam akuntansi pengantar yang menyesuaikan dengan IFRS (dikutip dari Slamet
Sugiri, makalah Materi Bahasan
Akuntansi Berbasis IFRS). Materi tersebut diambil dari buku Financial Accounting IFRS Edition dengan Copyright © 2011 oleh John Wiley & Sons, Inc karya Weygandt,
Kimmel, dan Kieso (2011). Berbeda
dari buku lama mereka yang sudah terbit sampai edisi ke-9 dengan judul Accounting Principles, judul buku yang
baru ini menggunakan kata-kata financial
accounting, sebab buku ini memang secara spesifik mengantarkan ke akuntansi keuangan saja. Sedangkan untuk
keperluan materi akuntansi keuangan menengah, Kieso, Weygandt, dan Warfield
(2011 menerbitkan buku berjudul Intermediate
Accounting IFRS Edition, Voluma 1
dan Voluma 2, dengan Copyright © 2011
oleh John Wiley & Sons, Inc, dan
berikut ringkasan materi yang perlu kiranya ditambahkan atau dikurangkan pada
materi sebelumnya
Pada chapter
1, Accounting in
Action, pada pembahasan ini yang perlu ditambahkan adalah adanya
pengetahuan mengenai IFRS. Dalam hal ini diperlukan pemahaman mahasiswa
mengenai standar akuntansi keuangan di Indonesia yang sedang dalam proses
konvergensi IFRS. Pada subjudul Measurement
Principles: tambahkan prinsip fair
value. Pada subjudul Financial
Statements: tambahkan pengenalan singkat tentang statemen keuangan lengkap
menurut PSAK No. 1 Penyajian Laporan Keuangan (Revisi 2009). Pada
Chapter 3 Adjusting
the Accounts perlu ditambahkan
pemahaman mahasiswa dalam melakukan
penyesuaian untuk proses penilaian ke fair
value. Ambillah sebagai contoh, misalnya, penyesuaian jika terdapat
kenaikan nilai surat berharga. Hal ini penting agar
mahasiswa sejak dini mengetahui implementasi prinsip fair value. Untuk Chapter 6 Inventories
hal yang baru (IFRS): (a) tidak mengizinkan metoda LIFO; (b) penilaian menggunakan lower of cost or net realizable value. Pada Chapter 9 Plant Assets, Natural
Resources, and Intangible Assets, terdapat beberapa tambahan penting, antara lain (a)
Revising Periodic
Depreciation: dalam hal ini
managemen wajib secara periodik mereview depresiasi
tahunan. Jika estimasi tidak memadai lagi, managemen harus merevisi dan
memperlakukan perubahan estimasi ini secara prospektif, (b) Revaluation of Plant Asset: Hal yang
baru adalah bahwa perusahaan boleh memilih model kos dan model revaluasi untuk
mengukur atau menilai aset setelah pengakuan awal, (c) Research and Development Costs.
Hal yang baru adalah bahwa research costs
harus di-expense-kan pada perioda pengeluaran, sedangkan development
costs dikapitalisasi jika telah memenuhi kriteria tertentu. Salah satu
kriterianya adalah technological
feasibility, (d) goodwill tidak
lagi diamortisasi, melainkan dilakukan pengujian impairment (hasil dari proses penilaian) atas goodwill. Jika terdapat
impairment, maka diakui rugi. Untuk
Chapter 10 Liabilities. Adapun hal-hal
yang perlu ditekankan antara lain, (a) nyatakanlah bahwa sebagian liabilitas
adalah liabilitas keuangan, sedangkan sebagian lainnya bukan, (b) IFRS dan U.S.
GAAP mengklasifikasi liabilitas menjadi liabilitas jangka pendek dan liabilitas
jangka panjang. Namun, jika dasar likuiditas menyediakan informasi yang lebih
bermanfaat, maka IFRS mengizinkan klasifikasi liabilitas berdasarkan likuiditasnya,
(c) IFRS menggunakan istilah provision dengan
makna estimated liabilities, (d) IFRS
menggunakan istilah contingent
liabilities hanya untuk possible
obligations yang tidak diakui dalam statemen keuangan tetapi diungkapkan jika kriteria tertentu terpenuhi. Pada Chapter 12 Investments, dalam hal ini
yang perl ditekankan adalah penggunaan fair value untuk menilai sekuritas,
dengan menggunakan kategori apakah termasuk (a) fair value through profit or loss, (b) available-for-sale, dan (c)
held-to-maturity.
Untuk pembahasan mengenai laporan laba rugi
(Income Statement) dan neraca (balance sheet) saja, dapat dilihat pada Chapter 4 Income Statement and Related
Information
(buku Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2011 Intermediate Accounting IFRS Edition, Voluma 1). Dalam pembahasan
materi ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
1.
Istilah income statement diganti statement of comprehensive income.
2.
Kandungan statemen
laba-rugi komprehensif adalah recognized
income (disebut juga profit or loss ataupun net income) dan other comprehensive income (OCI).
3.
Laba komprehensif
dapat dilaporkan dalam (1) laporan laba komprehensif tunggal, berisi laba rugi
dan laba komprehensif lain; atau (2) dalam dua laporan terpisah: (a) laporan
laba-rugi, berisi laba rugi, dan (b) laporan laba rugi komprehensif, berisi (i)
baris terakhir laporan laba rugi, dan (ii) laba rugi komprehensif lain.
4.
Dalam other comprehensive income (OCI)
terdapat pos penyesuaian reklasifikasi.
Penyesuaian reklasifikasi adalah pentransferan untung (rugi) belum terealisasi
perioda sekarang atau perioda lalu ke untung (rugi) terealisasi pada periode
sekarang, atau pos-
sebelumnya diakui dalam OCI.
5.
Pengungkapan bahwa
statemen laba rugi komprehensif merupakan salah satu ukuran kinerja
entitas—bukan kinerja managemen.
6.
Konsekuensi dari
nomor 3 di atas, klasifikasi extraordinary
items (keuntungan dan kerugian di luar kegiatan operasi/pos-pos luar biasa)
tidak diperkenankan lagi.
7.
Terdapat ketentuan
tentang pos-pos minimum yang harus diungkapkan.
8.
Harus disajikan
informasi tentang laba-rugi dan laba rugi-komprehensif yang teratribusikan ke
pemegang saham induk dan yang teratribusikan ke pemegang saham non-pengendali.
Ini khusus bagi statemen laba rugi komprehensif perusahaan kelompok (group).
Untuk Chapter
5Statement of Financial Position and Statement of Cash Flows. Dalam
hal ini terdapat beberapa perubahan antara lain:
a.
Statemen posisi keuangan (SPK):
a. Istilah balance sheet
(neraca) diganti dengan istilah statement
of financial position
(laporan posisi keuangan).
b. Terdapat aturan minimum
line items yang harus diungkapkan di SPK.
c. Tidak seperti IAS No. 1
Presentation of Financial Position, PSAK No. 1 tidak menyertakan biological assets sebagai anggota
himpunan pos-pos minimum.
d. Format dan urutan SPK tidak diatur
e. Aset diklasifikasi ke dalam aset lancar dan aset taklancar;
liabilitas menjadi liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.
f. Jika likuiditas dianggap lebih relevan dan andal, perusahaan
menyajikan aset dan liabilitas berdasar urutan likuiditasnya.
g. Istilah estimated
liabilities diganti dengan provision.
h. Informasi tertentu wajib diungkapkan di lembar muka SPK,
sedangkan informasi tertentu lainnya boleh diungkapan di SPK, laporan perubahan
ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.
i. Kepentingan nonpengendali disajikan sebagai bagian dari ekuitas.
j. Terdapat amar untuk mengidentifikasi nama entitas pelapor, nama
statemen, dan tanggal statemen.
k. SPK harus menyatakan mata uang pelaporan dan angka pembulatan
(ribuan atau jutaan, misalnya).
l. Keharusan menyajikan informasi kuantitatif komparatif.
m. Keharusan mengungkapkan kembali informasi komparatif yang
bersifat naratif dan deskriptif laporan keuangan perioda sebelumnya jika hal
itu dapat menambah pemahaman laporan keuangan perioda berjalan.
a. Nama cash flow statement
(laporan arus kas) diganti dengan statement
of cash flow.
b. Sama klasifikasi aliran kasnya: operasi, investasi, dan pendanaan.
c. Aliran kas dari dan untuk operasi dapat disusun dengan metoda
langsung dan metoda taklangsung. FASB
dan IASB menganjurkan metoda langung.
tidak ada perbedaan.
d. Arus kas dari bunga dan dividen baik yang dibayar maupun yang
diterima, masing-masing diungkapkan secara terpisah. Arus kas tersebut dapat
diklasifikasi sebagai operasi, investasi, dan pendanaan asalkan konsisten.
e. Pembayaran pajak diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasi
sebagai aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat diidentifikasikan
sebagai aktivitas pendanaan dan investasi.
f. Untuk metoda taklangsung, starting
point bisa menggunakan laba bersih ataupun laba sebelum pajak.
g. Transaksi nonkas untuk investasi dan pendanaan tidak dilaporkan
di laporan aliran kas, tetapi diungkapkan di bagian lain dalam laporan keuangan
III. Simpulan
Adopsi dan implementasi standar pelaporan
keuangan internasional (International
Financial Reporting Standards) di
Indonesia membawa konsekuensi yang jelas. Pertama, standar IFRS yang baru menuntut dilakukannya perubahan di
praktik-praktik akuntansi yang sudah ada, terutama terkait dengan pengembangan
standar berbasis prinsip (principle-based)
dan pengukuran berbasis nilai wajar (fair
value). Standar sebelumnya lebih mendasarkan pada pengembangan berbasis
aturan (rules-based) dan pengukuran
berbasis biaya historis (historical cost).
Kedua, pembelajar harus pula mempelajari IFRS yang merupakan bentuk kesepakatan
baru yang diterima oleh banyak negara dan pelaku bisnis.
Hampir di setiap pokok bahasan diperlukan
modifikasi signifikan sebab memang banyak perbedaan antara IFRS dan U.S. GAAP. Untuk
menghadapai perubahan standar yang sedang terjadi, mahasiswa harus dibekali
dengan IFRS meskipun, mereka belum
tentu akan bekerja di perusahaan go
public setelah lulus dari S1 akuntansi. Hal ini menyebabkan, lembaga
pendidikan akuntansi harus menyiapkan mereka agar
siap menghadapi perubahan. Untuk itu
kesiapan tenaga pengajar yang memahami konvergensi IFRS sangat diperlukan untuk
mewujudkan pembelajaran akuntansi yang berbasiskan IFRS. Hal ini memerlukan
komitmen dan kerja sama tim pengajar di masing-masing institusi.
Akhirnya, harapan pembelajaran yang
memperhatikan tuntutan IFRS adalah agar pembelajar memiliki pengetahuan memadai
di bidang akuntansi yang berlaku di dunia praktik, yang selanjutnya berperan
sebagai salah satu pihak yang membawa perubahan di
dunia praktik, karena sudah seharusnya dunia praktik mengikuti
dunia akademik, dan bukan sebaliknya (Soni Warsono, makalah, IFRS dan
Akuntansi)
Referensi
Lampiran I :
Journal
of International Business Research. 10.S3 (Dec. 2011): pSSS35. From InfoTrac Business and Economics Collection 2017.
Lampiran
II :
The state of FASB’ssampification initiative
toward a simpler GAAP By: Jefferson P. Jones
Copyright: COPYRIGHT 2011 Jordan Whitney Enterprises, Inc.
AL Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi , Jilid I, Bagian Penerbitan STIE YKPN,
Yogyakarta, 2001
Boediono, Indonesia Siap Terapkan IFRS, artikel, Jurnal Akuntan Indonesia Edisi
01 Juli 2011, IAI, 2011
Hepiprayudi, IFRS What”s That,
hepiprayudi.wordpress.com/2009/10/04, diakses 25 September 2011
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta, 2002
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) ,
DSAK IAI, Jakarta, 2009
Slamet Sugiri, Materi Bahasan Akuntansi Keuangan Berbasis IFRS, artikel.
Suwardjono, Akuntansi Pengantar 1 Proses Penciptaan Data dan Pendekatan Sistem,
Edisi ketiga, BPFE Yogyakarta, 2009
Soemarso S R, Akuntansi
Suatu Pengantar, Buku Satu, Rineka Cipta, Jakarta, 1999
Soni Warsono, Reformasi
Akuntansi Membongkar Bounded Rationality,
Asgard Chapter,
2010
________, IFRS dan Akuntansi, Makalah, disajikan dalam Workshop
Akuntansi Pengantar Berbasis IFRS di P2EB FEB UGM Yogyakarta, 2011
Warren Reeve Fess, Accounting Pengantar Akuntansi, Buku Satu, Edisi 21, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta, 2005
Weygant,Kimmel, Kieso, Financial Accounting IFRS Edition, Copyright © 2011 John Wiley & Sons, Inc, 2011
______PengertianIFRS,htpp.warta_ekonomi.blogspot.com/2010/11/pengertian_IFRS.html,
diakses tanggal 24 September 2011
______Jurnal
Akuntan Indonesia, edisi no 17, Juni, 2009 dalam
hepiprayudi.wordpress.com/2009/10/04, diakses 25 September 2011)